Lagi-lagi Bagas tidak menemukan Alfan ketika ia membuka matanya pagi itu.
Tapi ketika ia bangkit untuk duduk, pintu kamar terbuka dan terlihat sosok Alfan yang membawa nampan penuh dengan makanan di atasnya. Bagas mengesampingkan masalah perutnya yang automatically merasa lapar dan lebih memilih untuk membalas senyuman yang Alfan lemparkan padanya.
Sosok itu mengenakan celana training panjang berwarna hitam dan kaus polos tanpa motif berwarna putih. Alfan dengan segala kesederhanannya di pagi hari justru membuat sosok itu terlihat semakin sempurna.
Diam-diam Bagas tersenyum dengan kebahagiaan saat pemikiran bahwa sosok sempurna itu adalah miliknya.
Alfan memberinya sebuah kecupan kupu-kupu di bibirnya dan Bagas membalasnya dengan senyuman terbaiknya. "Selamat pagi." Katanya.
"Hari ini sarapan di sini ya," Usul Alfan. "Di luar lagi hujan, Alfan pengen deket-deket Bagas di bawah selimut." Katanya disertai sebuah cengiran.
Alfan terlihat begitu bersemangat dan Bagas menemukan hal itu sebagai hal yang sangat manis. Ia hanya bisa mengangguk ketika Alfan masuk ke dalam selimut dan memangku nampan yang terbuat dari kayu tersebut.
Bagas bisa melihat toast yang di atasnya dihiasi scramble eggs, sosis bakar dan baked potato. Juga satu gelas orange juice, satu gelas susu vanila dan satu cangkir kopi. Melihat itu semua hanya membuat Bagas ingin meneteskan air liurnya.
"Bagas bisa ambil semua yang Bagas mau." Alfan mempersilahkan dan Bagas hanya bisa tersenyum dengan tingkah Alfan yang selalu saja mementingkan dirinya terlebih dulu. Bagas bahkan bisa menebak bahwa sosok itu akan rela jika ia mengambil semua makanan dan minuman yang ada.
Alfan hanya sangat memanjakannya.
Pagi yang ditemani dengan hujan itu berlangsung dengan menyenangkan. Bagas menikmati sarapannya dengan begitu lahap. Alfan bahkan membiarkan Bagas untuk memiliki susu vanila dan orange juice, sedangkan sosok itu hanya meminum kopi hitam miliknya.
Setelah sarapan selesai, Bagas turun untuk ke kamar mandi dan kembali bergelung di dalam selimut bersama Alfan. Tempat tidur Alfan menghadap dinding yang sepenuhnya terbuat dari kaca dan sepertinya hujan belum mau berhenti mengingat Bagas bisa dengan jelas melihatnya dari posisinya sekarang.
Alfan menarik tubuhnya untuk mendekat dan Bagas mengambil kesempatan itu untuk menyamankan posisinya di rengkuhan seorang Alfan Prasetya.
Hari hujan di akhir minggu dengan ditemani oleh orang tersayang menjadi sesuatu yang Bagas rasakan sekarang. Ia menikmati setiap detik kebersamaannya bersama Alfan.
"Alfan pikir kita udah baikan kan?"
Ketika Alfan membawa hal itu kembali, Bagas terpaku. Tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya yang tengah bersandar pada dada bidang milik sosok itu.
Jika mengingat tentang apa yang terjadi pada mereka tempo hari, hanya penyesalan yang bisa Bagas rasakan. Ia tidak pernah berniat untuk menyakiti Alfan dan membuat semuanya menjadi rumit. Bagas ingin jujur pada Alfan tapi emosi lebih dulu menguasainya saat itu.
"Tapi Bagas tetep nggak mau dianter sama Alfan ke kampus lagi."
Dengan perkataannya, rengkuhan terlepas seketika.
Bagas menemukan tatapan tidak percaya di mata hitam milik Alfan dan ia menundukkan kepalanya. "Bagas mau bawa ini kemana lagi? Alfan pikir ini udah selesai." Alfan berkata dan Bagas mengetahui jika sosok itu mencoba dengan keras untuk bersabar terhadapnya.
Tapi kali ini Bagas tidak berniat untuk diam saja. Alfan menyuruhnya untuk jujur terhadap apapun yang ia rasakan dan Bagas akan melakukan itu.
"Bagas nggak mau Alfan ketemu dia." Katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Love Happens Pt. 2 [END]
Narrativa generaleCerita tentang Alfan yang memberikan semua moment 'pertama kali' miliknya hanya untuk Bagas dan Bagas yang menerima begitu banyak perasaan dengan level yang tidak pernah ia temui sebelumnya dari seorang Alfan. When Love Happens Pt. 2 © sllymcknn