Chapter 11. Alfan

2.9K 361 104
                                    

Alfan tersenyum simpul saat punggung mungil milik Bagas menjauh dari pandangannya. Ia menghela nafas kemudian lalu mata hitamnya melirik pada sesosok makhluk kelewat mungil yang sedang duduk manis di atas kursi Range Rover kesayangannya.

Ccino telah menggantikan Bagas untuk duduk di sana beberapa detik lalu. Anak anjing berwarna mocca itu dititipkan oleh Bagas kepadanya. Bocah itu harus menghadiri seminar di kampunya walaupun ini adalah hari Sabtu. Sedangkan Alfan mempunyai libur di akhir pekannya.

Biasanya anak anjing yang diberi nama Ccino itu akan Bagas titipkan pada Lyro atau pada orang-orang yang berada di Lullaby tapi sejak mereka tidak bisa melakukannya, maka Alfan menjadi pilihan terakhir.

Alfan teringat ketika Bagas ribut sendiri tentang nama yang akan diberikan kepada anak anjing tersebut. Sampai akhirnya nama Ccino yang terpilih. Alfan menemukan itu sebagai hal yang lucu.

Sebenarnya Alfan tidak merasa keberatan saat Bagas meminta izin untuk merawat anak anjing tersebut. Tidak ada peraturan di apartemennya untuk tidak memelihara hewan. Lagipula Ccino itu bukan tipe anjing yang rewel. Anak anjing itu terkesan sangat penurut dan lucu dan menggemaskan seperti pemiliknya.

Alfan sendiri tidak asing dengan anjing. Ia pernah merawat seekor anjing. Itu terasa sudah sangat lama sekali.

Dulu, saat ia masih duduk di bangku SMP, Alfan mempunyai peliharan. Itu adalah anjing besar berjenis golden retriever dengan bulunya yang berwarna coklat keemasan. Golden retriever itu diberi nama dengan nama Roscoe.

Alfan mendapatkan Roscoe untuk ulang tahunnya yang ke tiga belas. Ia merasa sangat senang ketika ia mendapatkan Roscoe di dalam hidupnya. Alfan merasa mempunyai teman yang benar-benar dekat dengannya.

Alfan menyayangi Roscoe dengan sepenuh hati. Alfan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan anjingnya tersebut. Bahkan ketika anjingnya sudah bertambah besar dengan ukurannya, Alfan masih mengajaknya untuk tidur bersama di kamarnya; di atas tempat tidurnya. Ia tidak memedulikan saat orangtuanya menegur.

Alfan sampai harus membuat kesepakatan dengan keluarganya. Ia ingin keluarganya membiarkan dirinya dan Roscoe untuk melakukan apapun dan ia sendiri yang akan membereskan semua kekacauanya.

Sementata kesepakatan terjalin, Alfan pun melakukan dan menepati janjinya. Alfan begitu menyayangi Roscoe.

Hingga pada akhirnya saat Alfan harus kehilangan Roscoe ketika menjelang ujiannya untuk memasuki universitas, tidak ada yang bisa ia rasakan selain perasaan sedih dan bersalah. Alfan terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia terlalu sibuk untuk ujiannya dan menelantarkan Roscoe.

Ibu dan Kakak perempuannya tidak pernah beranggapan demikian. Mereka berkata bahwa Roscoe memang sudah harus pergi pada usianya yang semakin tua.

Alfan tidak pernah melupakan hal itu. Perasaan bersalah dan kesedihannya seakan terus berlarut. Ia bahkan menolak saat keluarganya menawarkan anjing lain padanya. Satu-satunya anjing yang ia inginkan di dunia ini hanyalah Roscoe.

Dan ketika sekarang Alfan dihadapkan pada seekor anjing kelewat mungil milik Bagas, ia bahkan tidak tahu tentang apa yang harus dilakukannya.

Ccino begitu mungil. Ukuran anak anjing itu bahkan hanya sedikit lebih besar dari ukuran ruas-ruas tangannya. Alfan sempat merasa takjub ketika melihat anak anjing dengan ukuran semungil itu. Ia juga sempat merasa ragu untuk menyentuh anak anjing tersebut seakan-akan Alfan dapat merusaknya.

Perasaan bersalah dan sedih masih membekas walau itu telah terjadi sudah lama sekali. Dan Alfan tidak ingin Bagas merasakan hal itu. Bocah itu terlihat sangat menyayangi Ccino dan Alfan merasa takut bahwa ia akan melukai anak anjing itu.

When Love Happens Pt. 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang