2019
Rambut digerai, seragam putih abu-abu yang rapi dan sepatu tali yang usang. Langkah kakinya menapak malu-malu memasuki ruang kelas barunya, ia terus menunduk tak berani menatap teman-teman baru yang sudah memperhatikannya.
"Perkenalkan dirimu nak!" perintah Bu Adya selaku wali kelas 11 MIPA 3.
Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap seisi kelas yang masih terlalu asing.
Kecuali satu orang.
Satu orang yang duduk di bangku pojok kiri, satu orang yang berhasil membuat pupilnya melebar bersamaan dengan sekelabat ingatan masa lalu yang langsung menyerangnya.
Gadis itu menegang, jantung yang berdebar-debar hingga ia susah payah meneguk salivanya, "bagaimana bisa?"
Dulu ia selalu bertanya-tanya, bagaimana Tuhan akan mempertemukan mereka lagi. Namun, takdir Tuhan begitu lucu, laki-laki yang dulu adalah kakak kelasnya sekarang menjadi teman sekelasnya.
Mereka kini menjadi sedekat itu.
"Ada apa nak?" tegur Bu Adya, menepuk lembut bahu muridnya yang entah kenapa hanya diam.
Gadis itu agak tersentak, "maaf Bu," katanya lalu berusaha menatap ke depan dan berdiri tegak.
"Perkenalkan, saya Elvira Gamayanti, siswa pindahan dari Kalimantan. kalian bisa panggil saya El."
"Haii Ell," seru seisi kelas.
"Baik El, kamu bisa duduk di samping Amanda!" Ibu Adya menunjuk bangku tepat di depan bangku laki-laki itu. Hapati.
Bahkan terlalu dekat.
"Bagaimana aku akan ngejalanin hari-hari di kelas ini?" gerutu Elvira dalam hati sambil berjalan ke samping Amanda.
"Hai El, gue Amanda," sapa gadis berambut Bob itu ceria.
Elvira tersenyum kaku, "hai." Lalu duduk.
"Ini Hapati-" kata Amanda menunjuk cowok di belakangnya. Laki-laki yang masih sama seperti 3 tahun lalu, kulit putih, mata kecil, hidung Bangir dan rahang tajam, yang berubah hanyalah rambutnya yang mulai panjang dan poni yang belah dua.
"Pacar gue." Kalimat selanjutnya dari Amanda sukses membuat Elvira terkejut bukan main.
"Ngaku-ngaku," kata cowok yang duduk di samping Hapati.
"Apa sih Lo? Emang kita kenal?" sewot Amanda pada pria dengan tahi lalat di atas alis kirinya.
Elvira benar-benar gugup, tak tahu harus berbuat apa, ia juga sebisa mungkin menghindari menatap Hapati.
"Ha-i El," sapa Hapati ragu-ragu.
Elvira meneguk salivanya kasar, memberanikan diri menatap laki-laki itu, mencoba tersenyum meski berakhir menunjukkan senyuman kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dalam Kisah (END)
Teen FictionKeduanya saling mencintai, namun situasi sangat pelik. Perasaan cinta itu justru berubah saling melukai. Tuhan selalu punya jalan mempertemukan keduanya namun Tak pernah mempersatukan mereka. - Ini kisah Elvira Gamayanti yang bermimpi jadi penulis b...