Elvira, Alif dan Amanda berjalan bersama menuju lapangan, ketiganya memakai baju olahraga karena hari ini mereka ada pelajaran olahraga.
"Eh, Man, Lo lihat Tupperware nyokap gue yang ungu itu, nggak?" tanya Alif, kemarin ibunya mencari-cari tempat makan yang ia bawa ke sekolah.
"Lah nanya gue, mana gue tahu," sewot Amanda.
"Kan kemarin setelah Lo ngehabisin nasi goreng gue, Lo bawa tuh Tupperware ke kantin buat diisiin cilok, bakso sama kemarin beli mie-."
Gadis berambut Bob itu berdesis, meletakkan satu telunjuk depan bibir, meminta Alif tidak berisik, "berisik banget Lo, Lo mau kasi tahu satu dunia kalau gue rakus? Tolong jangan rusak imaje gue ya."
Alif mendelik, "terus Tupperware emak gue gimana? Mati gue diamuk kalau tuh plastik ilang. Pokoknya Lo harus tanggung jawab Man kalau hilang, Lo ke rumah gue buat jelasin ke emak gue semua kronologinya."
"Soalnya emak gue, ke anak orang aja baiknya minta ampun, ke anak sendiri udah kayak penjajah jaman dulu."
Elvira tak bisa lagi menahan tawa mendengar celotehan anak cowok itu.
"Maaf ya El, anak satu ini memang hiperbolik orangnya."
"Serah Lo. Pikirin tuh Tupperware emak gue!"
El hanya menyimak bagaimana dua temannya itu kembali meributkan hal sepele. Tapi kali ini sepertinya tidak sesepele itu karena melibatkan Tupperware dan ibu Alif.
Ekor mata El menangkap keberadaan seorang pria yang nampak familiar baginya. El berhenti, memfokuskan pandangan pada laki-laki yang sedang membaca Mading kelas, "kak Galaksi?"
El buru-buru mengejar Amanda dan Alif, menepuk bahu Amanda. Amanda lantas menoleh.
"Kalian duluan aja ya, gue ada urusan bentar," kata Elvira.
"Iya, buruan ke lapangan ya!"
"Okayy."
Alif dan Amanda berjalan meninggalkan El, sementara itu Elvira menghampiri Galaksi.
Tepat saat El berada di hadapan cowok jangkung itu, Hapati menaikkan satu alisnya.
Gadis berambut kuncir itu tersenyum tipis, "Kak Galaksi sekolah di sini?"
"Nggak lihat gue pakai seragam SMA sini?" ketus cowok itu, nada bicaranya tak pernah santai.
"Cuman nanya kok. Kalau tahu kakak sekolah di sini, sapu tangannya gue bawa ke sekolah aja. Oiya, waktu pulang kemarin aman-aman aja 'kan?"
Galaksi hanya berdehem menanggapi Elvira.
Gadis itu menyadari satu hal di wajah Galaksi, "ini kenapa?" gadis itu menunjuk luka lebam di pelipis Galaksi.
Galaksi menepis telunjuk El yang mengarah padanya, "CK, Lo nggak punya kerjaan ya? Sibuk banget ngurusin orang lain," kata cowok itu dingin.
"Keselamatan Lo pulang sampai rumah urusan gue kak, Lo udah ngante-"
"Nggak usah sok care," sela Galaksi lalu mengambil langkah pergi meninggalkan Elvira.
El mengatupkan bibirnya rapat, "galak banget," gerutunya lagi dalam hati.
Gadis itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar lalu berbalik, ingin segera ke lapangan.
Namun, tatapannya bertemu pada Hapati yang ternyata sedang berdiri memandanginya.
Hapati maupun El langsung gelagapan dan salah tingkah. El memalingkan wajah dan buru-buru pergi.
"Sekarang El terus ngehindarin gue. Padahal hal ini yang dulu paling gue hindari. Tapi kenapa dia ngejauhin gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dalam Kisah (END)
Teen FictionKeduanya saling mencintai, namun situasi sangat pelik. Perasaan cinta itu justru berubah saling melukai. Tuhan selalu punya jalan mempertemukan keduanya namun Tak pernah mempersatukan mereka. - Ini kisah Elvira Gamayanti yang bermimpi jadi penulis b...