Part 19

14 7 4
                                    

Meski belum benar-benar pulih, namun Hapati tetap berlari memasuki halaman rumah Elsa dengan perasaan tak karuan, ia takut Tiara marah padanya karena ingkar janji dan mengabaikan 9 panggilan telepon gadis itu.

Hapati mengetuk pintu kayu rumah itu sambil menunggu dengan harap-harap cemas. Ia juga mencoba beberapa kali menelpon Tiara yang hasilnya selalu sama, tidak diangkat.

Pintu rumah terbuka, seorang gadis berpakaian santai keluar dari rumahnya.

"Elsa, Tiara ada?" tanya Hapati tanpa basa-basi.

Elsa memasang wajah tak bersahabat, "Lo dari mana aja? Tiara dari tadi nungguin Lo, nelpon-nelpon Lo tapi Lo nggak ngangkat."

"Gue bakal jelasin ke Tiara. Sekarang dia di mana?"

"Balik ke rumahnya lah," jawab Elsa masih ketus.

"Okay thanks." Laki-laki jangkung itu berbalik namun langkahnya dicekat oleh omongan Elsa.

"Habis berduaan lagi sama selingkuhan Lo? Sampai lupa punya janji ke Tiara."

Hapati mendengus, mengepalkan tangan kuat, lalu berbalik menatap Elsa tajam.

"Nggak usah nuduh-nuduh! Please El, jangan hasut Tiara yang enggak-enggak! Lo tahu, hubungan gue makin rumit karena gosip Lo." Laki-laki itu lantas pergi meninggalkan rumah mewah Elsa.

Elsa mendecih, memutar bola mata kesal.

---

Hapati beberapa kali kehilangan langkah, kali ini mencoba berlari memasuki halaman rumah Tiara dengan nafas yang saling memburu.

Masih sama, dengan panik, laki-laki itu mengetuk pintu rumah Tiara dan dengan harapan yang masih sama yakni Tiara akan memaafkannya. Memang terdengar begitu brengsek.

Pintu terbuka, seorang gadis dengan baju santai namun mata sembab terlihat.

"Ra, maafin aku," kata pertama yang Hapati lontarkan langsung dibalas anggukan pasrah oleh Tiara membuat Hapati merasa ada yang salah.

Hapati meraih jemari gadis di hadapannya, lalu menunduk, "maafin aku Ra, adik aku tiba-tiba-"

"Let's break up!"

Kalimat yang keluar dengan mudah dari bibir Tiara membuat Hapati mencelos.

Cowok berambut acak-acakan itu mengangkat wajah, menatap perempuan yang detik itu menarik tangannya dari genggaman Hapati.

Hapati menggeleng, "Ra, aku minta maaf. Aku salah, aku ingkar janji ke kamu tapi adik aku tadi dioperasi Ra."

"Setidaknya Lo hubungin gue Ti!!! supaya gue bisa datang ke rumah sakit. Tapi Lo malah manggil El buat temenin Lo," suara Tiara meninggi, terdengar emosi dan ada kekecewaan di sana.

Hapati menatap Tiara tak percaya, "tahu dari ma-"

"Kenapa? Nggak nyangka kalau kamu ketahuan?" Sela gadis itu dengan rahang terangkat.

"Itu nggak seperti yang kamu bayangin Ra. Aku nggak pernah manggil El, kita ketemu di rumah sakit."

Tiara mendelik, muak dengan alasan Hapati.

"Apapun itu, gue udah muak."

"Ra, aku mohon, kita pikirin ini baik-baik!"

"NO, NO, NO! Let's break up!"

Hapati mengusap wajahnya kasar, dadanya terasa amat sesak seolah persediaan oksigen di sekitarnya menipis.

"Lo tahu Ti, gue iri sama El, kok Lo bisa punya waktu buat cewek itu? Main basket bareng dan ketemu di waktu selain sekolah. Anehnya, We don't have it, lo selalu sibuk, Lo selalu ingkar, Lo nggak ada waktu buat gue," sergah Tiara.

Kita dalam Kisah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang