Selepas subuh, El mulai memasak nasi, sambil menunggu nasi itu matang, El mengiris-iris bawang merah untuk membuat tumisan namun tanpa sengaja mata pisau meleset dan mengiris ujung jemarinya.
"Aww," gadis meringis perih, buru-buru mencuci tangan untuk membersihkan darahnya.
Namun, entah kenapa lukanya itu tak berhenti-henti mengeluarkan darah. El panik dan buru-buru mengambil hansaplast di kamarnya, menutup lukanya dengan itu agar darahnya berhenti keluar.
El tak tahu kenapa, setiap ia terluka, walau lukanya hanya luka kecil namun darah yang keluar sangatlah banyak.
El tak boleh lama-lama mengeluh sakit, ia harus kembali memasak.
Nasi goreng telur akhirnya terhidang di meja makan, aromanya menyeruak membuat orang-orang dalam rumah jadi kelaparan.
"Wah, kelihatannya enak nih El." Surya yang pertama duduk depan meja makan.
El menyunggingkan senyum, ikut senang.
"Kemarin nunggu lama ya? Aa, saya nggak tahu kamu pulangnya jam setengah tiga. Kiranya jam limaan."
"Nggak papa kak."
"Lain kali kita coba makan malam di luar lagi. Kemarin mau nelpon, tapi kamu nggak punya hp ternyata."
Raya datang, duduk di samping suaminya dengan raut dongkol. Ia mendengar semua percakapan adiknya dengan suaminya.
"Masakan adik kamu enak banget Bu. Sesekali aku pengen masak buatan kamu," kata suaminya Sirat menyindir yang membuat Raya mencebik kesal, bertambahlah rasa bencinya pada sang adik.
"Kamulah yang masak, Bu," tambah Surya dengan maksud agar sang istri tak melimpahkan semua pekerjaan rumah pada adiknya.
"Apa sih mas," cebik wanita yang sedang menyendok nasi.
El meletakkan tiga gelas di meja lalu hendak pergi.
"Mau ke mana El? Ayo sarapan bareng kita di sini!"
"Mas," tegur sang istri kesal.
"Kenapa Bu?"
"Kamu kenapa sih, aneh banget. Biarin lah dia pergi, toh biasanya dia makan habis kita." Raya merasa curiga dengan sikap suaminya itu.
"Dia keluarga Bu, bukan orang lain. Bahkan walau dia bukan keluarga, kita nggak boleh perlakuin dia nggak baik," terang sang suami.
Merasa menjadi penyebab keributan lagi, El merasa tidak enak, "nggak apa kak, saya sarapannya nanti."
"Nggak. Duduk! Dan selalu kayak gini, semua anggota keluarga makan bareng," tegasnya.
El melempar pandang pada kakak kandungnya itu, ia nampak kesal.
"Duduk El!"
El pun duduk, makan dengan canggung di sana.
"Nanti saya antar kamu ke sekolah lagi El!"
Raya melirik bergantian suami dan adiknya, perasaan perempuan itu tidak enak, entah ada apa dengan mereka berdua.
---
Tiba di sekolah, El langsung melangkahkan kakinya menuju kelas.
Namun, atmosfer di sekitar gadis itu terasa aneh, orang-orang memandanginya lalu mulai berbisik-bisik seolah ada yang salah dengannya.
El berhenti, meneguk ludah kasar saat indera pendengarannya mendengar dengan jelas apa yang sedang ramai diperbincangkan di SMA itu.
"Itu yang namanya Elvira 'kan? Yang selingkuhannya Hapati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dalam Kisah (END)
Teen FictionKeduanya saling mencintai, namun situasi sangat pelik. Perasaan cinta itu justru berubah saling melukai. Tuhan selalu punya jalan mempertemukan keduanya namun Tak pernah mempersatukan mereka. - Ini kisah Elvira Gamayanti yang bermimpi jadi penulis b...