Di malam lengang dan dinginnya udara, Galaksi duduk depan meja belajarnya, menatap mainan talking hamster yang El pernah berikan padanya.
Besok ia akan berangkat ke Yogya, semua barang yang ia butuhkan sudah siap namun perasaannya masih berat untuk meninggalkan kota Jakarta.
Galaksi menekan tombol on mainan itu, menghela nafas sejenak, "gue akan jalanin dulu."
Laki-laki itu mencoba berdamai dengan diri sendiri dan takdirnya.
---
Laki-laki yang memakai seragam basket timnya itu tak bisa berhenti tersenyum dengan jantung yang berdebar-debar karena membayangkan rencana-rencana indah yang akan ia lakukan seusai pertandingan.
Hapati melihat layar ponselnya yang mana jam sudah menunjukkan pukul 8.50 pagi, sebentar lagi pertandingan dimulai.
"Apa dia udah datang ya?" batin cowok itu.
Sementara itu, di waktu yang sama, El baru saja menaiki sebuah ojek untuk menuju SMA Cendana dengan membawa buku death note tempat ia selalu menulis novel yang mana novel tersebut telah mencapai endingnya semalam.
Ia tak tahu kenapa ingin membawanya. Ia hanya ingin menunjukkan tulisannya tersebut pada Hapati, meski sebenarnya ia sedikit malu menunjukkannya.
"Mbak, nanti kalau saya mampir di apotek dulu, gapapa 'kan? Sekalian saya pinjam helm buat mbak sama tukang ojek di sana." tanya tukang ojek yang mengantar El menuju SMA Cendana.
"Iya pak, gapapa," jawab El.
"Soalnya kepala saya agak pening mbak mungkin karena pusing mikirin akhir-akhir ini panggilan ngojek lagi sepi." Tukang ojek tersebut berakhir curhat pada El.
"Kenapa nggak ikut jadi jadi ojek online aja pak?" tanya El.
"Ngg-ak punya hp layar sentuh git-" motor tiba-tiba oleng beberapa saat Untung bapaknya bisa kembali ke jalur normal.
El panik, "pak? Bapak gapapa 'kan?"
"Maaf mbak."
"Kita nggak berhenti aja pak, beli minum dulu pak!"
"Ehumg iya mbak ..."
Alih-alih memelankan laju motornya, laju motor justru bertambah.
"Paakk?" El melotot kaget.
Tambah terkejut dengan kemunculan sebuah truk dari arah belokan.
"PAK AWAS PAAK?!! El refleks memukul-mukul punggung bapak tersebut.
"Aggh iy-a mbbak..." tukang ojek tersebut menekan rem kuat-kuat hingga suara decitan ban motor dengan aspal terdengar.
Namun terlambat, mobil truk melaju menabrak motor astra Honda bersama penggunanya itu hingga terlempar cukup jauh.
Sudah menjadi takdir, jalanan Jakarta pagi itu bersimbah darah.
Tukang ojek tertindih motornya, sementara El terlempar lebih jauh dan jatuh dengan kepala terbentur di trotoar.
Karena mengidap ITP, membuat El mengalami pendarahan besar yang sulit dihentikan. Darah bercucuran, mengalir di aspal dan ikut membasahi buku death note yang ia bawa.
Pandangan gadis itu buram, tenaganya habis walau untuk berkedip, dan hal yang terakhir yang ia lihat sebelum semuanya menjadi gelap adalah kaki-kaki yang berlari mendekatinya.
---
Grup XI MIPA 3
Guys, doain temen kita, semoga dia baik-baik aja.
Elvira kecelakaan
Sekarang udah dibawa ke rumah sakitPesan masuk di grub kelasnya, sukses membuat jantung cowok itu rasanya mencelos keluar, nafas yang tertahan, tak percaya dengan apa yang ia baca.
Tangan Hapati gemetaran, "nggak mungkin." Ia menggeleng dengan wajah pucat pasi.
"Nggak mungkin." Jantung cowok itu berdentum-dentum tak karuan.
"Ayo guys, buruan kumpul! Kita doa sebelum tanding," teriak kapten basket kepada semua anggotanya.
Semua laki-laki dengan pakaian seragam dalam ruang ganti itu berkumpul kecuali Hapati yang mematung seolah kehilangan arwahnya.
"Woy Hapati!!! Ngapain bengong aja!" sentak si kapten basket membuat Hapati mendapatkan kembali kesadarannya.
"Kenapa Lo?" tanya salah satu dari mereka karena melihat Hapati yang kalut.
Hapati mengusap kasar wajahnya, "Gu-gue nggak bisa ikut tanding. Gue harus pergi."
"Jawab dulu!"
Hapati langsung pergi dari sana tanpa penjelasan apapun, membuat yang lainnya bingung.
---
Hapati berlari kencang menuju tempat El dioperasi setelah bertanya pada perawat, mengabaikan ponselnya yang terus berdering karena grup kelasnya sangat ramai.
"El..." gumam cowok itu.
Kepalanya dipenuhi bayangan wajah El yang selalu tersenyum malu-malu padanya. Ia juga masih ingat percakapannya malam itu dengan gadis itu.
"Lo datang ya?"
"Iya gue akan datang."
Emosi menyesaki dada dan perasaan tak berdaya menguasai jiwanya.
"Lo nggak boleh kenapa-napa-" ucapan putus asa terdengar pelan seirama dengan detak jantung yang amat cepat.
Hapati belok ke tikungan, di sana sudah ada Galaksi berdiri bersandar depan pintu operasi serta ada dua orang lainnya.
"El gimana?" Tanya Hapati pada siapapun yang ada di sana.
"Lagi dioperasi."
Semua orang menunggu dengan pikiran kalut depan ruang operasi itu, perawat beberapa kali keluar masuk ruangan itu untuk mengambil kantong darah.
"Pasien mengalami pendarahan otak, ditambah lagi pasien adalah pengidap ITP sehingga terjadi pendarahan yang parah dan sulit dihentikan. Tapi kami akan melakukan sebaik mungkin."
Samar-samar Hapati mengingat ucapan dokter itu.
Suara derap langkah kembali terdengar seperti sebuah irama kematian membuat degup jantungnya bertambah. Seorang dokter keluar dari ruangan dan berbicara pada kakak El.
"Kami gagal menyelamatkan nyawa pasien, pasien dinyatakan meninggal dunia."
Adalah kalimat yang paling menusuk indera pendengaran Hapati.
"Arkkkhhhh..." teriakan melengking dari Raya menambah kalut suasana di koridor itu.
Hapati meneguk salivanya kasar, ia kehabisan nafas dan dada sakit karena bertalu-talu amat kencang.
"Katanya Lo bakal datang kali ini El, tapi kenapa Lo justru pulang. Lo ingkar lagi sama seperti dulu," batin Hapati yang sudah meringkuk di dinding rumah sakit.
Galaksi bersandar pada dinding putih rumah sakit, ia hanya diam dengan tatapan kosong, "Lo janji bakal selalu nemuin gue di cafe. Tapi Lo ingkar El. Kata Lo, Lo bakal selalu mau dengar cerita gue. Kata Lo kita sahabat El," batinnya.
---
★ITP : Rendahnya tingkat sel darah yang mencegah pendarahan (trombosit).
Maaf ceritanya nggak jelas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dalam Kisah (END)
Novela JuvenilKeduanya saling mencintai, namun situasi sangat pelik. Perasaan cinta itu justru berubah saling melukai. Tuhan selalu punya jalan mempertemukan keduanya namun Tak pernah mempersatukan mereka. - Ini kisah Elvira Gamayanti yang bermimpi jadi penulis b...