Part 15

20 8 13
                                    

Bel istirahat berbunyi, menggema hampir di setiap sudut sekolah. Di sudut perpustakaan, El masih sibuk dengan ketikannya.

Galaksi bangkit, "gue mau ke kelas. Lo?"

El mendongak menatap seniornya itu, "guru El cuti melahirkan kak, jadi nggak belajar."

Galaksi manggut-manggut, "oh ya? Kalau gitu laptopnya Lo pakai aja, kalau Lo mau ke kelas Lo juga boleh. Pokoknya nanti kita ketemu di sini pas jam pulang."

"Thanks kak."

Galaksi menaruh kembali buku yang sudah ia baca di raknya lalu berjalan keluar perpustakaan menuju kelasnya.

Tiba di kelas, rupanya guru belum masuk hingga teman-teman Galaksi masih berhamburan dan membuat keributan.

Laki-laki itu memutar bola mata kesal akibat keributan itu, ia memilih duduk di bangkunya, punggung bersandar di sandaran kursi, dua lengan bersilang depan dada dan mata yang dipejamkan.

Pria itu tanpa sadar tersenyum, memikirkan rasa senangnya telah membangkitkan semangat El. Entah mengapa, ia merasa sangat senang dan bangga akan itu.

Galaksi sadar ia telah tersenyum bodoh, ia mengatur raut mukanya.

"Lo parah banget sih Rin, udah buat si Elvira nangis." Elsa bercerita heboh, merasa puas atas apa yang ia lakukan pada Elvira.

"Lo juga kali," timpal Ririn.

Namun, mendengar nama El disebut membuat Galaksi membuka matanya, melirik ke sumber suara lalu menajamkan pendengarannya.

"Kalian beneran lakuin itu?" tanya Tiara, tak percaya dengan kelakuan kawannya.

"Iyalah Ra, kita perlu kasih pembalasan ke cewek itu, supaya nggak caper ke pacar orang. Itu juga hukuman udah buat Lo nangis," kata Elsa menggebu-gebu.

Dua alis Galaksi bertaut, bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya telah mereka perbuat pada El.

"Tapi mereka nggak selingkuh kok, gue sama Hapati juga dah baikan."

"Ya tetep aja Ra, tuh cewek harus disentil dikit supaya tahu rasa dan gangguin hubungan Lo."

"Hmm, tapi kasihan nggak sih, dia udah capek-capek nulis tapi kalian malah jatuhin tuh tulisan ke air sampai rusak. Takutnya lagi kalau lombanya udah Deket deadline," iba Tiara.

Bola mata Galaksi melebar mendengar penuturan Tiara, "jadi tulisan gadis itu hilang karena ulah Elsa sama Ririn?" batin cowok itu juga ikut kesal.

"Ya ampun Ra, Lo baik banget sih. Udah nggak usah dipikirin, setelah ini dia nggak bakal caper dan sok cantik lagi."

Galaksi mengepalkan tangan kuat-kuat, "brengsek."

Mereka pikir mudah membuat sebuah cerita? Seenak jidat mereka hancurkan hasil karya seseorang hanya karena ingin balas dendam atas sesuatu yang tak pernah dibuat El.

Kemarahan Galaksi memuncak tat kala ingatan tentang wajah sedih dan putus asa El muncul dalam ingatannya.

"Keterlaluan," geram cowok itu. Galaksi baru saja ingin bangkit dari kursinya, memberi pelajaran pada tiga sekawan itu namun urung karena penjaga pintu kelasnya berteriak.

"Woyy, Bu Lila udah mau ke sini."

Seisi kelas pun heboh, mereka bersegera duduk rapi di bangkunya.

Elsa tiba-tiba berdiri, "guyss," teriak gadis itu dari bangkunya yang mengundang seluruh atensi.

Galaksi mendelik mendengar suara cewek itu, terlalu muak dengannya.

"Ingat ya, jangan bilang ke Bu Lila kalau hari ini kita ada quis!" titahnya mengajak kawannya kerja sama.

Kita dalam Kisah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang