Hapati mengembung-ngembungkan permen karet dalam mulutnya dengan malas, ia sedang duduk sendirian di kelas karena datang terlalu pagi.
Hingga sosok tinggi El memasuki kelas membuat cowok itu mendapatkan kembali semangatnya.
"Hai El," sapa Hapati lebih dulu.
Gadis berkuncir kuda itu nampak terkejut dengan kehadiran Hapati, "hai," balas El singkat lalu duduk di kursinya, di depan Hapati. Tenggorokannya gatal ingin menanyai keadaan cowok itu namun coba ia tahan.
"El, pinjem PR PKN Lo dong!" pelas cowok itu membuat El langsung mengambil buku di tasnya lalu memberinya pada Hapati lalu buru-buru menghadap ke depan lagi.
El perlu menjaga jarak dari cowok itu karena El tahu persis bagaimana dampaknya. El tahu bagaimana ada banyak yang terluka jika ia dekat dengan Hapati.
"Lo kok nggak pernah jengukin gue El?" tanya cowok itu di sela-sela kesibukan menulisnya.
"Sorry, gue nggak sempet kak," balas cewek itu masih memunggungi Hapati.
Entah jawaban seperti apa yang Hapati harapkan, namun jujur ia merasa terluka dengan jawaban yang El berikan. Setidak penting itukah Hapati bagi El?
Hapati tersenyum getir, "sibuk banget ya? jalan-jalan bareng Galaksi seseru itu ya? Kalian berdua serasi sih, pacaran aja!" tanyanya Sirat menyindir.
El tertohok, benci dengan ucapan Hapati. Bagaimana bisa, Hapati dengan gamang mengatakan itu, meminta El berpacaran dengan Galaksi, saat perasaan El kacau karena Hapati? Saat dunia El hancur karena Hapati memilih menyinari dunia Tiara.
"Bukan urusan kakak," tegas El dengan dada sesak seperti dihimpit.
"El-" suara Hapati menggantung karena kedatangan Amanda dengan langkah yang sengaja dihentak-hentakkan di lantai.
"Lo kenapa Man?" tanya Hapati ketika cewek berambut Bob itu mendudukkan dirinya di samping El.
"Gue jelek banget ya?" tanya Amanda tiba-tiba, menatap Hapati dan El bergantian.
"Ha?"
Baik El maupun Hapati sama-sama memasang wajah cengo.
El menepuk bahu Amanda, "coba cerita pelan-pelan Man, Lo kenapa?"
Wajah Amanda yang kusut itu kembali bertanya, "gue tanya dulu, gue emang jelek banget ya sampai disakitin Mulu?"
El menggeleng, "Lo cantik Man," kata El yang disetujui Hapati.
"Emang kenapa sih Bambang? Lo kenapa?" Hapati gemas sendiri.
Bibir Amanda masih manyun, moodnya sedang buruk, "cantikan gue apa Alifah?" tanya cewek itu lagi, tiba-tiba menyebut nama seorang cewek.
"Alifah siapa?" tanya El benar-benar kebingungan dengan teman sebangkunya itu.
"Yang model itu, anak kelas dua belas kan?"
Amanda mengangguki ucapan Hapati.
Hapati mengerling, "Lo mau jawaban jujur tapi nyelekit atau bohong tapi buat terbang?"
Amanda menatap Hapati setajam silet, "yaa, Lo jujur lah!"
"Cantikan Alifah sih, tap-"
"Brengsek Lo," umpat Amanda pada Hapati membuat cowok itu kicep.
Amanda balik melirik El, "menurut Lo El?"
"Menurut gue, Lo lebih cantik Man, lebih lucu," jawab El mencoba memuji cewek yang entah kenapa bertingkah aneh itu.
"Bohong banget," sela Amanda lalu terisak.
"Terus Lo mau kita jawab apa Bambang? Jawab ini salah, jawab itu salah," Kesal Hapati, "Lo pukul gue aja deh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita dalam Kisah (END)
Teen FictionKeduanya saling mencintai, namun situasi sangat pelik. Perasaan cinta itu justru berubah saling melukai. Tuhan selalu punya jalan mempertemukan keduanya namun Tak pernah mempersatukan mereka. - Ini kisah Elvira Gamayanti yang bermimpi jadi penulis b...