3

2.8K 199 8
                                    

Terperangkap.

Jeka menghela nafas, berusaha melepaskan diri dari cengkraman kakaknya. Wangi musk yang menusuk hidung, membuat kepala Jeka mulai pusing.

Dia terhimpit antara tembok dan tubuh kekar kakaknya. Kedua tangannya ditahan masing-masing di samping kepalanya.

"Jangan pernah berurusan dengan yang namanya narkoba! Aku dengar dari temanmu bahwa kau mulai memesannya!"

Nafas kakaknya mulai memberat, menahan gejolak emosi dan entah apa itu, karena sedari tadi kakaknya itu menatap bibirnya.

"Dengar kak. Aku mengaku salah karena aku memesan barang terlarang itu. Aku akan membatalkannya, lagi pula aku belum pernah mencobanya, sekalipun tidak. Jadi kak Vicle tidak usah khawatir berlebihan, br*ngs*k!"

Jeka menendang kaki Vicle, berusaha melepaskan diri dari kungkungan Vicle.

"Dengar badebah kecil, kenapa kau sulit sekali diatur hah? Bagaimana cara untuk membuatmu jadi takut padaku?"

"Lakukan apapun sesukamu! Aku tidak akan ta-mmmhhhhhhhh"
Mata bulat Jeka langsung membelalak, tubuhnya beku beberapa saat karena terkejut.
Otaknya memproses, bibir tebal kakaknya itu sedang m*l*m*t bibirnya dengan lembut.

"Mmhhh"

Tubuh kurusnya meronta-ronta, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan kakaknya.

Vicle merengkuh pinggang ramping Jeka, berusaha untuk berpindah tempat ke arah ranjang tanpa melepas ciumannya, meski Jeka terus meronta.

Brugh.

"Br*ngs*k! Lepaskan aku! Stop! Dasar gila! Aghhh!"

Vicle menyerang leher putih pucat milik Jeka, memberinya tanda disana. Lanjut dengan menyerang bibirnya lagi. Jeka mendorong-dorong dada bidang sang kakak. Ciuman itu begitu menuntut, hingga Jeka tidak bisa melawan ataupun mengimbanginya, tubuhnya mulai lemas karena banyak meronta.

Vicle menyeringai dalam ciumannya kemudian melepaskan tautan bibirnya.

"Haah...haahh, b*j*ngan..hahh br*ngs*k, ahh k*par*t! Anj*ng!"

Vicle menikmati paras manis adiknya yang tersengal-sengal  di bawah kungkungannya, ditambah dengan kedua pipinya yang merona dan jangan lupakan umpatan-umpatan dari bibir bengkak yang merah merekah itu. Vicle menahan diri sekuat tenaga agar tidak 'memakan' adiknya ini.

"Kau! Menyingkir dari atasku!"

Vicle tersentak ketika adiknya mendorong kuat dirinya, sehingga Vicle oleng, kesempatan itu digunakan Jeka untuk berlari ke kamar mandi dan mengunci diri.

"VICLE! KELUAR KAU DARI KAMARKU!"

Vicle mengangkat sebelah alisnya mendengar teriakan dari adiknya.

"Sepertinya aku membuatnya sangat marah, dia tidak memanggilku kakak"
Kemudian pemuda kekar itu langsung keluar dari kamar adiknya.
Dari kamar mandi, Jeka mendengar suara pintu tertutup. Pemuda itu menghela nafas dan melihat dirinya di pantulan cermin, bibirnya bengkak, dan ada tanda merah keunguan di dekat jakunnya.

"Apa dia sudah gila? Apa dia kekurangan orang sampai menciumku? Kenapa harus aku? Seperti tidak ada orang lain saja. Kenapa dia tidak memukulku atau menendangku saja? Beraninya dia sudah merendahkanku!"

Jeka meremat rambutnya.
Sepertinya Jeka sama sekali tidak menyadari perasaan kakaknya.
Sedangkan dibalik pintu kamar Jeka, terdapat Vicle yang memegang dada kirinya.

Sesak, itu yang sedang dirasakan. Pikirannya berkecamuk, dia sangat mencintai Jeka, tapi kenapa Jeka harus jadi adiknya? Dan lihat kan tadi? Dia ditolak mentah-mentah oleh Jeka.

Vicle mengacak rambutnya frustasi.

"Oke, mari kita coba singkirkan perasaan ini"

Pemuda kekar itu berjalan menuju kamarnya, mengambil jaket hoodie, topi, laptop dan kunci mobilnya.

Segera pergi dari rumahnya, mencoba menghilangkan rasa sesak di dadanya.
Beberapa saat kemudian, Vicle sampai  di sebuah tempat yang cukup mewah. Tampak beberapa orang dengan setelan hitam berjaga, mereka memberi hormat pada Vicle yang sedang memasuki tempat itu.

"Ho! Vic! Apa kita punya target baru?"
Seseorang dengan tubuh tinggi dan berlesung pipi itu segera menghampirinya.

" Tidak Ricco, semuanya baik-baik saja dan dibawah kendali. Berikan aku sebotol beer"

Vicle langsung duduk dan melepas topinya.

"Sepertinya kau tidak baik-baik saja. Apa ini karna adikmu?"

Ricco menaruh sebotol beer besar di depan Vicle.

"Diamlah, aku hanya ingin mabuk hari ini"

Ricco merupakan tangan kanan dari Vicle. Ngomong-ngomong, ini adalah perkumpulan para hacker professional yang biasa disewa para mafia, itu adalah identitas mereka di luar. Sedangkan di dalamnya, mereka juga mafia, tapi berjalan dengan halus dan sulit diendus.

"Vic, tadi orang dari Blackpaper menelpon kita, mereka butuh bantuan. Seperti biasa, bayarannya fantastis. Dan kita diminta untuk membuat sistem keamanan. Mereka membuat gudang emas baru"

Ricco menjelaskan setenang mungkin, Ricco tau benar jika bosnya ini sedang galau karena adiknya. Tapi, pekerjaan tetaplah pekerjaan, hal itu harus tersampaikan.

"Wow, kirimkan alamat gudangnya besok, aku yang akan menanganinya kali ini"

Ricco hanya mengangguk. Vicle menatap Ricco yang sedang menuangkan beernya.

"Ric, apa aku salah?"

"Dalam hal apa?"

"Mencintai adikku"

"Aku tau. Apa kau sudah lakukan saranku? Mengencani gadis atau pria?"

Ricco tau kalau bosnya ini memiliki cinta terlarang, Ricco bahkan sudah berulang kali memberi saran untuk menjauhi Jeka, tapi nyatanya itu tidak berhasil. Semakin hari malah Vicle terlihat semakin mencintai adiknya itu. Ricco tidak pernah sekalipun melihat atau mendengar Vicle menyakiti adiknya dengan memukul atau main fisik lainnya. Bahkan Vicle sangat memanjakan adiknya itu dengan harta yang dia miliki, melindunginya juga dari segala bahaya yang mengancam, walau kelakuan adiknya pada Vicle sangat tidak baik dan keterlaluan.

Vicle terdiam. Dia sudah melakukannya berulang kali, tapi tetap saja tidak bisa melupakan adiknya.

"Aku sudah melakukannya, 14 kali. Dan semua gagal! Saat aku membuka dan menutup mataku, aku hanya melihat Jeka"

"Sampai kapan kau bisa menyembunyikan hal ini dari Jeka?"

"Aku hanya tidak ingin dia semakin membenciku karena aku memiliki perasaan gila ini. Jika aku tidak mengungkapkannya aku akan tersiksa, tapi jika aku mengungkapkannya....aku takut jika Jeka meninggalkanku"
Vicle menenggak beernya dengan kasar.

"Vic, apa kau yakin jika adikmu tidak mencintaimu? Maksudku...kita tidak tau kan, apakah dia benar-benar tidak ada rasa? Kupikir, masih ada kemungkinan Jeka menyukaimu, karena kita belum mengetahui segalanya..."


Tbc
Duh-duh gimana nih?

Kurang lebih inilah wujud Ricco:

Kurang lebih inilah wujud Ricco:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DANGEROUS BROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang