9

1.9K 157 0
                                    

Sesampainya di markas, semua anak buahnya menunduk, memberi rasa hormat pada dua tuan muda mereka.

Sedangkan Ricco sudah menyambut di depan pintu markas.

"Bagaimana, apa kau sudah memberikan penjelasan pada anak buah kita?"

Vicle bertanya pada Ricco.

"Sudah tuan"

Vicle kemudian berbalik menghadap para anak buahnya.

"Dengar semuanya, kita hancurkan markas mereka di tengah hutan! Tugas kalian memang menghancurkan markas musuh. Tapi prioritas kalian adalah menjaga adikku! Apapun terjadi jangan sampai adikku terluka!" Suara deep voice milik Vicle membuat Jeka merinding. Kakaknya ini berkharisma.

"Baik tuan"

Semuanya kemudian melaju menuju sebuah hutan.

Di mobil Vicle hanya ada dirinya, Jeka, dan Ricco.

"Ricco, berikan satu handgun pada Jeka"

Ricco yang sedang menyetir, merogoh jaket bagian dalamnya dan memberikan handgunnya pada Jeka yang duduk di jok belakang bersama Vicle.

Tangan Jeka membolak-balikkan senjata itu.

"Dengarkan aku sayang, kau hanya perlu mengikutiku. Ketika ada situasi bahaya, ikuti semua perintahku. Jangan berlaku seenaknya. Kalau bisa memilih aku tidak akan mengajakmu kemari. Tapi ini harus, supaya kau bisa ikut mengelola bisnis ini"

Vicle memeluk Jeka dan hidung mancungnya menancap pada perpotongan leher Jeka, sekalian mengendus bau favoritnya. Modus.

"Berikan aku uang 200 dolar"

Vicle menaikan sebelah alisnya, sedangkan Ricco membuang wajahnya ke arah jendela. Kesal bukan main. Vicle susah payah bekerja siang malam, sedangkan adiknya ini hanya bersenang-senang dan disituasi seperti ini malah meminta uang? Yang benar saja, begitulah pikiran Ricco.

Ingin sekali Ricco meninju bosnya itu, agar sadar diri.

Mereka akhirnya sampai di lokasi.
Pasukannya sudah mengepung dan menghancurkan markas yang hanya sedikit orang itu.

"Kenapa sepi sekali disini?"

Jeka bertanya sambil meringis, karena sebelah tangannya dicengkram oleh kakaknya. Seperti mengikatnya.

"Penghuni markas sedang melakukan pesta di sebuah bar. Jadi karena kelengahannya itu, kita jadi memiliki kesempatan untuk menghancurkan tempat ini"

Jeka kemudian di ajak berlari ke dalam bangunan itu. Dan memasuki sebuah ruangan dengan penuh komputer.

"Kita sedang apa?"

Jeka melontarkan pertanyaan, karena kakaknya ini terlihat mengutak atik salah satu komputer.

"Memasukan virus"

Jeka cukup takjub. Mata jernihnya memperhatikan wajah sang kakak yang terlihat jantan. Mata tajam yang fokus pada layar komputer, rahangnya yang tegas, bibirnya yang tebal nan menggoda, jakunnya yang naik turun, anak rambut yang jatuh berantakan di kening lebar itu.

"Woah"

Jeka sedikit memekik.

"Kenapa sayang?"

Vicle berkata dengan raut wajah khawatir.

"Ngg..tidak"

Jeka sedikit salah tingkah, bibir cherrynya mengerucut.

Cup

Vicle tidak tahan untuk tidak mengecup bilah bibir lembut itu.
Pipi gembil milik Jeka langsung merona, pemuda manis itu langsung menunduk.

'Sial! Memalukan!' Batin Jeka dalam hati.

Sedangkan Vicle tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Fokuslah, perhatikan apa yang aku lakukan, aku sudah pernah mengajarimu bagaimana untuk memasukan virus ke dalam komputer. Dan aku sudah melakukannya sebagian. Sekarang giliranmu"

Setelah berkata, Vicle bergeser dan memegang bahu sempit adik manisnya, menggesernya agar berada di depan komputer. Sedangkan Vicle berada di belakang Jeka. Mengamati.
Tangan pucat milik Jeka  dengan ragu-ragu memegang  mouse komputer, matanya mulai fokus.

"Lakukan dengan santai baby, sistem ini sedikit rumit. Jadi...biarkan aku menuntunmu"

Tep

Tangan besar Vicle menangkup tangan kecil dan pucat milik Jeka yang sedang memegang mouse. Menuntun tangan pucat itu untuk menggerakan mouse.

Sedangkan sebelah tangan Vicle memeluk pinggang ramping Jeka, dan dagunya bertumpu pada bahu sempit milik adik manisnya.

Jeka sedikit terkejut dengan sentuhan kakaknya, jantungnya berdegup kencang, matanya memejam berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlena, karena dia harus fokus.
Pemuda manis itu memperhatikan baik-baik bagaimana virus itu sedikit demi sedikit merusak sistem komputer itu.

Brak

Jeka dan Vicle menoleh ke sumber suara.

Di depan pintu sudah ada orang tinggi dengan berpakian serba hitam menodongkan pistolnya pada mereka.

Vicle langsung memasang badan di depan Jeka, tangan kekarnya langsung mengacungkan pistol pada orang asing di ambang pintu.












Tbc.. 

DANGEROUS BROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang