17

1.8K 151 3
                                    

Dongkol.

Itu yang dirasa Travis ketika pasukannya habis dibabat oleh Vicle.
Travis tentu hafal dengan ketua mafia muda itu, namun dia hanya mengincar perusahaan senjatanya.

Tidak lebih.

Tanda tangan penyerahan perusahan dan selesai. Itu di pikiran Travis.
Isakan dari pemuda manis menjadi musik yang terdengar hangat baginya. Memberikannya afeksi yang ambigu.

"Dengar suara tembakan itu. Kakakmu mengamuk"

Jeka hanya diam dan sangat bersyukur, kakaknya datang kemari.
Walau malu berkecamuk. Orang yang tiap hari dia bencilah yang terus menolongnya.

Jeka, pemuda manis dengan harga diri dan ego tinggi itu, pertama kali berdoa agar Vicle selamat.

Bukankah diawal dia ingin sekali jika pria tampan itu tewas dan Jeka yang akan memimpin perusahaan sendirian?

Sumpah. Jeka telah membuang itu semua.

Bodoh. Itu yang dirasa kala ketakutan merasukinya. Darah, uang, senjata, gelap dan kejam.

Itu dunia kakaknya yang baru dia kenal lebih detail. Jeka merasa dirinya belum cukup kuat untuk menghadapi itu, tapi dia tidak mundur untuk terus ingin tau apa yang sedang terjadi antara dia, kakaknya dan orangtuanya.

Namun, pemuda manis itu tetap menyimpan benci pada Vicle. Oh tentu saja.

Tapi juga tidak bisa dipungkiri kalau dia menginginkan kehadiran Vicle. Luar biasa sangat ingin.

Kenapa?

Secara perlahan, Vicle memaksa masuk ke dalam relung hati Jeka, mengobrak-abrik pintu portal milik Jeka walaupun tidak dalam. Pria tampan dengan surai auburn itu telah berhasil membuat Jeka bersusah payah menutup pintu hati yang sudah dikoyak oleh Vicle. Pemuda manis itu tidak bisa menutup hatinya secara sempurna untuk Vicle. Ada celah disana. Sebab, beribu-ribu afeksi hangat yang lembut telah diberikan oleh Vicle. Jeka berusaha menutupi kalau dia tidak terpengaruh. Tapi hatinya tidak bisa berbohong. Namun benci juga masih meradang. Terlalu sibuk diotaknya memastikan apakah dia adiknya atau bukan. Terlalu sibuk juga menolak perasaan ini, hei! Saat ini yang dia tahu Vicle adalah kakaknya! Itu yang menjadikan mengapa dia bersusah payah menolak afeksi-afeksi hangat dari Vicle walau terlanjur mengena di hati.

Jeka hanya bocah dengan harga diri tinggi yang tidak tau apa-apa.

Sungguh perpaduan kompleks.

Nyeri.

Bibirnya bengkak dan lecet.

Tau kenapa?

Pasti kalian tau.

Jeka sangat merasa terhina ketika dia tidak bisa melawan karena tangan dan kakinya terikat. Tendangan berhasil dilayangkan ke selangkangan Travis.

Nyeri dan panas. Itu yang didapat tatkala Travis melayangkan tamparan pada pipinya.

Cumbuan di bibirnya dari Travis dan Vicle berbeda. Dalam keadaan mabuk sekalipun, Vicle bisa menunjukan kelembutan yang tulus walau tidak penuh.

Travis di luar dugaan. Jeka jijik pada dirinya sendiri.

"Maaf sayang, seharusnya kita melanjutkan ke tahap inti, tapi hanya ciuman yang bisa aku nikmati. Lihat? Wow....kakakmu mandi darah. Lihat setelan jas hitamnya! Mengkilap karena darah!"

Travis menunjuk-nunjuk ke arah jendela, perasaan rindu menjalar memberi afeksi hangat dalam ruangan dingin itu pada Jeka.

"Sayang, apa kau tau? Orang yang biasa melihat kekejam demi kekejaman yang bisa menampilkan pertunjukan ruangan merah"

DANGEROUS BROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang