6

2.4K 194 2
                                    

Pemuda manis itu membuka matanya perlahan, cahaya matahari pagi membuatnya matanya menyipit.

Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk ke matanya, dia menyibak selimutnya dan mata bulat jernihnya terbelalak melihat piyama hitamnya tidak terkancing.

"Br*ngs*k! Vicle sialan!"

Jeka langsung berlari ke arah cermin dan mendapati tanda kemerahan di leher dan dadanya.

"Pasti aku langsung ketiduran kemarin disini"

Jeka memeriksa kembali semua bagian tubuhnya, dia bernafas lega karena hanya leher dan dadanya saja yang 'diserang' kakaknya. Selainnya aman.

Aroma musk-parfum milik Vicle membuat kepalanya semakin sakit.
Andai jika Jeka tidak takut dengan kegelapan. Ada cerita dibalik ketakutannya itu, berhubungan dengan insiden kematian orang tuanya. Jeka mengacak surainya karena mengingat peristiwa berdarah itu.

"Aku harus menghancurkan Vicle br*ngs*k itu dan menguak kematian ibu dan ayah"

Jeka menggumam dan melihat ke sekeliling kamar kakaknya.

Brak

Prang

Brugh

Pemuda manis itu memporak-poranda kamar Vicle untuk melampiaskan rasa kesalnya pada sang kakak.

Kemudian berhenti sejenak dari acara mengamuknya.

"Tunggu, aku harus sabar dan banyak belajar. Kemudian menyusun rencana untuk menghancurkan Vicle. Kemudian aku yang akan memimpin perusahaan ayah, tanpa Vicle"
Jeka tersenyum miring dan keluar dari kamar Vicle yang sudah seperti kapal pecah.

....

DOR

DOR

DOR

Suara tembakan bertubi-tubi datang dari arah belakang, tepatnya di belakang mobil Ricco.

"Uwooh, pagi hari yang menegangkan bukan?"

Ricco menoleh ke arah Vicle yang juga sibuk menembaki mobil di belakang mereka.

"Iya, panas sekali pagi ini. Sepanas kemarin bersama pujaan hatiku"
Ricco menaikan satu alisnya sambil melajukan dengan cepat mobilnya supaya tidak tertangkap lawan.

"Pujaan hati yang mana?"

Ricco bertanya sedikit berteriak karena ributnya suara tembakan dari senjata Vicle.

"Kau bodoh! Tentu saja Jeka!"

Setelah berbicara begitu, Vicle pindah posisi ke jok belakang dan membuka bagian atas mobil. Menembak dari sana.

"KAU SUDAH MENODAINYA?"
Ricco berteriak kencang, sambil berusaha menghindari tembakan-tembakan, menjalankan mobil ke kanan dan ke kiri.

DUAR

Mobil yang di belakang meledak.
Vicle kemudian turun, menutup bagian atas mobil dan terduduk di jok belakang, sambil memegangi bahu kirinya.

Puk

"Aw"

Ricco meringis ketika kepalanya dipukul oleh Vicle.

"Aku tidak menodainya! Aku hanya menciuminya! Aah sialan bahuku"
Vicle melihat darah merembes dari kain jaketnya. Ricco menoleh dan melihat bahu bagian kiri Vicle berdarah.

"Astaga! Bertahanlah sebentar. Sebentar lagi kita akan sampai di markas utama"

"Tapi ini hanya luka kecil, terkena serpihan ledakan mobil tadi"

Ya, benar. Luka seperti itu adalah makanan sehari-harinya, tubuhnya bahkan sudah terbiasa menerima rasa sakit itu.

Ricco kembali mempercepat laju mobilnya, hingga mereka memasuki sebuah hutan.

Di tengah hutan itu terdapat mansion besar dengan tembok tinggi yang mengelilinginya. Mobil mereka memasuki kawasan itu dan langsung disambut para bawahannya.
Mobil terhenti tepat di depan mansion besar itu. Vicle keluar terlebih dahulu dan diikuti Ricco, semua bawahannya menunduk hormat pada Vicle. Vicle berjalan cepat memasuki ruang kerjanya dan diikuti Ricco.

"Cepat panggilkan dr. Ryan, tuan muda sedang terluka"

Setelah itu Ricco hilang tertelan ruangan bersama Vicle. Ricco memang sangat dekat dengan Vicle. Tapi jika sedang tidak berdua, dia akan memanggil Vicle 'tuan muda' seperti yang lain. Tapi Vicle tidak akan mempermasalahkan nama panggilannya, karena dia tidak gila hormat. Tapi Vicle adalah sosok yang paling ditakuti disana, tentu saja, sebagai bos besar disana dia harus tegas dan kejam.

.....

Jeka mulai meninggalkan kebiasaan minum-minumnya dan nongkrong tidak jelas sana-sini. Tapi untuk merokok, dia akan berusaha menguranginya. Dan dia sudah bosan menghambur-hamburkan uang kakaknya yang tidak habis-habis itu.
Jeka sadar dia sudah besar, dia harus menjalankan misinya. Dari tadi pagi, dia ke kampus. Dia terpaksa memakai syal untuk menutup tanda di leher yang dibuat kakaknya semalam. Di kelas, belajar dengan serius, sampai teman dan dosen  takjub dengan jawaban-jawaban Jeka saat berdiskusi. Karena biasanya, Jeka tidak akan menghiraukan apapun di kelas, bahkan jika diberikan pertanyaan oleh dosen, dia hanya menjawab

'jangan tanya aku, aku sedang malas'

Wow, tapi dosen tidak akan berani membantahnya karena sang kakak adalah pemilik universitas swasta itu.
Teman-temannya berbisik-bisik.

"Ternyata kalau dia serius. Dia bisa mengerikan seperti itu"

Begitulah. Jam pulangpun tiba dan sampai rumah. Jeka mengganti bajunya dengan kaos putih dan celana pendek hitam. Jeka meminjam peralatan olahraga kakaknya, dia ingin lebih kuat dari kakaknya. Dan mengikuti tutorial olahraga yang benar di sebuah situs berbagi video di internet.

Jeka mengambil handuk dan mengelap keringat yang bercucuran di kaos oblong putihnya.

"Keringatmu harum sekali"

Tubuh Jeka menegang ketika tangan kekar itu melingkar di pinggang rampingnya.





Tbc....

DANGEROUS BROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang