19

2K 161 6
                                    

Jeka sedang memasak di dapur, sudah hampir jam 9 pagi namun kakaknya belum juga bangun.

Jeka melepaskan apron yang menyisakan kaos putih kebesaran dan celana pendek hitam. Kaki jenjangnya berjalan menuju kamar sang kakak.
Menghampiri pria tampan yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
Wajah tegas dengan luka di beberapa bagiannya wajahnya itu diterangi oleh cahaya mentari pagi.

'Wuoh tampan sekali' batin Jeka.

Kedip

Kedip

"Ishh aku sudah gila" Jeka menggumam sambil memukul-mukul keningnya.

Tapi iya, Jeka tidak bisa memungkiri kalau memang wajah kakaknya begitu tampan.

Tanpa sadar, tangan pucat itu hendak meraih wajah tegas itu.

Tep

Detik selanjutnya, mata cantik itu melebar ketika sebuah tangan kekar menangkap tangan pucatnya.

"Selamat pagi baby"

Suara berat khas bangun tidur itu membuat jantung Jeka bertalu kencang.

"Lepaskan tanganku"

Jeka berusaha terlihat setenang mungkin. Namun, senyuman sehangat mentari itu membuatnya sedikit goyah.

"Duduklah baby"

Jeka menurut begitu saja, duduk di pinggir kasur dan Vicle tidak melepaskan tangannya, pemuda tampan itu mengambil posisi duduk agar bisa lebih dekat dengan Jeka.
Nafas hangat milik Vicle menerpa wajah manisnya, dia ingin menjauh, tapi tubuhnya tidak bisa, matanya seolah dikunci oleh tatapan Vicle.

"Kau memang bukan adikku, kau adalah anak dari teman ayahku"
Rangkaian kata dari Vicle sukses membuat Jeka menganga.

"Ha-aa"

Bibir pemuda manis itu sedikit bergetar.

Cup

Vicle mencuri kecupan.

"Tenang baby. Walau kau bukan adik kandungku, aku mencintaimu, lebih malah"

Vicle menguncang bahu sempit Jeka karena dari tadi pemuda manis itu seperti patung.

"Hei hei baby, berbicaralah! Atau akan kucium lagi! Aku masih ingin menciummu."

Mendengar hal itu, Jeka langsung menarik kesadaran sepenuhnya. Dan menahan dada bidang Vicle agar tidak terlalu menempel padanya.

"Be-benarkah? Kak Vicle bisa membuktikanya?"

Akhirnya Jeka mengeluarkan suara.

"Tentu, aku punya dokumen lengkap tentang adopsimu. Apa kau masih ingat? Ketika kita akan kabur, ibu memintaku untuk mengamankam dokumenmu, kau sempat bertanya tentang hal itu kan? Tapi aku belum bisa menjawab" kata Vicle menikmati ekspresi terkejut Jeka yang menurutnya imut sekali. Matanya yang melebar dan bibirnya yang terbuka. Vicle fokus pada bibir bawah Jeka penuh, merah dan basah.

Vicle hendak mendekatkan diri lagi, sudah memeluk Jeka, namun terhalang oleh tangan pucat yang menahan dadanya.

"Dimana sekarang orang tuaku?" Nada suara milik Jeka terdengar menuntut.

"Mereka meninggal, dibunuh mafia" suara berat milik Vicle menjawab dengan pelan.

Jeka menghembuskan nafasnya kasar.

"Sudah kuduga. Dan mengapa kak Vicle lama merahasiakan hal itu padaku?"

Sekarang satu tangan Jeka mengelus rahang Vicle. Yang membuat Vicle menjadi berdebar.

DANGEROUS BROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang