16

2K 274 4
                                    

Nando sedang berjoging seorang diri di taman dekat apartemen. Ia melihat Putri berdiri seorang diri di depan loby. Tampaknya gadis itu sedang menunggu seseorang. 

Nando hanya mengamati dari jauh sambil melakukan gerakan peregangan, mencoba tak peduli. Lagi pula ini bukan urusannya. Tak perlu sok ramah menyapa, yang ada gadis itu malah marah-marah.

Dari kejauhan tampak Putri yang semakin gelisah, sambil berkali-kali melihat ke arah jam tangannya.

Nando yang gatal untuk bertanya, tanpa sadar menghampiri, "Nunggu siapa?"

Putri melirik Nando sekilas, ia malas menjawab. Gadis itu malah sibuk dengan ponselnya, sedang menghubungi seseorang.

Nando yang merasa diabaikan memilih untuk pergi. Tapi, tiba-tiba Putri memanggilnya.

"Bang!"

Nando membalikkan badan sambil menunjuk diri sendiri, "Lo manggil gue?"

Putri mengangguk dengan malas, terpaksa meminta tolong manusia satu ini. "Lo ... Punya motor 'kan?"

Nando heran dengan pertanyaan Putri. "Punya, tapi sebenarnya motor Abang gue, sih. Dia yang nyicil, gue mah tinggal pakai aja ...."

"Anterin gue." Putri memotong cepat. Wajahnya memerah, ia menundukkan muka saat Nando melihat penuh selidik padanya.

"Kok gue?" tanya Nando, pura-pura jual mahal.

Putri yang merasa tak ada harapan mengandalkan manusia yang satu ini, pergi begitu saja dari hadapan Nando.

"Heh! Tunggu!" Nando menghentikan Putri, "Mau kemana?"

Putri membalikkan badan dengan kesal, "Mau jalan ke halte bis. Gue lagi buru-buru. Kalau lo nggak mau nolongin gue, ya udah."

Nando hanya bisa memandang kepergian gadis itu dengan takjub, "Itu orang kenapa, sih? Gue 'kan cuma nanya."

***

Dengan resah Putri menunggu bis di halte dekat apartemen. Berkali-kali gadis itu melihat ke arah jam tangannya.

"Mampus! Telat nih gue."

Tiba-tiba seorang pria bermotor yang memakai helm full face berhenti di depannya.

"Ayo buruan naik."

Putri hanya tertegun melihat pemuda itu. Saat pemuda itu membuka kaca helmnya, tanpa pikir dua kali ia segera melompat ke boncengannya. Ternyata pemuda itu adalah Nando.

"Di mana kantor lo?" tanya Nando sebelum melakukan motornya.

"Kemang."

Nando melajukan motornya secara tiba-tiba, hingga kepala Putri, dan juga salah satu organ lain  membentur punggung Nando. Wajah Putri memerah. Ia memundurkan tubuhnya.

"Bang, lo belum mandi?"

Nando melirik ke arah spion, tampak Putri yang sedang menutup hidungnya.

"Belum." Nando menjawab cuek.

Putri memukul bahu Nando, "Pantes! Polusi udara lo!"

Nando hanya terkekeh, ia merasa hubungannya dan Putri sudah sedikit mencair. Bahkan gadis itu kini sudah berani melakukan kontak fisik dengannya. Yah, walupun cuma memukul.

"Namanya abis joging. Pastilah keringetan. Anggap aja Stella jeruk."

"Stella pala lo!"

Dalam hati Putri merasa bersalah karena sudah terlanjur membenci Nando. Padahal aslinya cowok itu baik juga. Mau saja ia mintai tolong.

Setelah sampai di depan kantor Putri, gadis itu turun dari motor sambil membenahi kemejanya yang kusut. Ia merogoh tasnya untuk mengambil dompet.

"Nih, ongkos."

Nando hanya memandangi selembar uang hijau di tangan Putri, dahinya mengerut.

"Lo pikir gue driver ojol?"

Putri memaksa memasukkan uang itu ke saku jaket Nando, "Gue nggak mau utang budi. Makasih udah nganterin gue."

Putri berlalu begitu saja dari hadapan Nando, menyisakan cowok itu yang terbengong seorang diri.

"Tuh orang kenapa, sih? Aneh banget!"

***




Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang