103

1.3K 175 4
                                    

Nando pulang ke rumah susun seorang diri. Nayla melarangnya menginap. Sekarang Nando hanya bisa menatap ruangan sunyi di depannya. Tak tau apa yang ingin dilakukan.

Tiba-tiba perutnya berbunyi, ia lapar. Nando berjalan ke arah kulkas, kemudian ia membukanya. Tampak bahan makanan yang masih penuh, ada sayur, ikan dan juga telur. Masalahnya, Nando tak bisa mengolahnya.

Nando menutup pintu kulkas dengan galau, ia duduk bersandar di pintu kulkas sambil menopang dagu.

"Oh, gini rasanya nggak punya istri?"

Perut Nando kembali berbunyi, ia sadar 'penduduk kampung tengah' sedang berdemo. Ia harus segera memberi mereka nafkah.

Nando mengambil ponselnya, ia menggulir aplikasi makanan siap antar. Tiba-tiba ia merasa ingin memakan nasi goreng gila yang super pedas, juga bakso beranak yang sedang hamil muda.

Mungkin ini yang dinamakan ngidam. Istrinya yang hamil, dia yang ngidam. Tak apa, asal dirinya tak ikut merasakan kontraksi saat melahirkan.

***

Sementara itu, di rumah Nayla, Putri tak tenang memikirkan Nando. Apa pria itu sudah makan atau belum? Putri tau, Nando bukanlah tipe pria yang bisa mengurus dirinya sendiri.

"Kenapa, Put?" tanya Nayla yang sedari tadi melihat Putri melamun seorang diri sambil sesekali menghela nafas berat.

"Kepikiran suami Putri, Ma."

Nayla tersenyum mendengar jawaban Putri. Ia mengelus pelan punggung Putri. "Nggak papa, Put. Mama yakin dia bisa mengurus dirinya sendiri. Masa kalah dengan kucing jalanan. Pasti sekarang dia lagi pesen makanan. Kamu tenang aja."

"Tapi, Ma ...."

"Kamu lebih aman tinggal sama Mama. Kamu ingat apa kata dokter? Kandungan kamu ini lemah. Kalau kamu tinggal sama dia, Mama takut kamu di 'apa-apain' sama dia. Kan nggak baik buat kandungan kamu? Minimal tunggu sampai trimester kedua, ya?"

Wajah Putri memerah mendengar ucapan Nayla. Sepertinya ibu mertuanya itu tau, sifat Nando yang suka bar-bar.

Terdengar pintu di ketuk cukup kuat, dengan bersungut-sungut Nayla pergi membuka pintu, ingin segera melihat, manusia kurang ajar mana yang mendatangi rumahnya.

"Oh, kamu?" Nayla melihat Nando datang dengan membawa tas plastik minimarket.

Tanpa dipersilakan masuk, Nando segera menerobos. Yang ia cari pertama kali adalah istrinya.

"Kamu sudah makan, Put?" tanya Nando dengan perhatian. Putri tidak menjawab, ia hanya memalingkan muka.

"Udah makan tadi. Memangnya kamu pikir Mama ini mertua yang jahat. Masa menantu tinggal di sini nggak dikasih makan?" Nayla menjawab pertanyaan Nando dengan kesal.

"Mau apa kesini?" tanya Nayla galak.

"Cuma mau ketemu istri Nando, Ma. Masa gak boleh, sih?" Nando mendekati Putri, ia memberikan kantong plastik kepada Putri.

"Kesukaan kamu, seblak sama Pocky."

Putri hanya melirik Nando sekilas, ia tak menghiraukan Nando yang berdiri di dekatnya.

"Sini. Biar Mama pindahin ke piring." Nayla mengambil alih kantong plastik itu. Ia melihat isinya. "Kok cuma satu, Do? Mama juga mau kali. Pelit amat, sih!" Nayla mendengus kesal sambil berlalu ke dapur.

Perginya Nayla dimanfaatkan oleh Nando untuk membujuk Putri. "Kamu kok masih marah aja, sih?"

Putri diam, tak mau menanggapi pertanyaan Nando. Ia malah pura-pura sibuk dengan majalah di depannya.

"Baca apa sih, Sayang? Kok serius banget?" Nando pura-pura membaca sampul majalah itu. "Oh, majalah tentang flora dan Fauzan ...."

"Fauna!" Putri refleks mengoreksi ucapan Nando.

"Akhirnya bisa bicara juga." Nando senang karena pancingannya berhasil.

Putri kesal karena dengan mudahnya ia terpedaya dengan akal bulus Nando.

"Udahan marahnya dong, Sayang. Kamu nggak kasihan apa sama aku? Kayaknya berat badanku turun satu ons gara-gara mikirin kamu terus."

"Bodo! Suka-suka akulah, namanya hormon wanita hamil." Putri menjawab cuek.

"Oh, jadi wanita hamil itu adat istiadatnya emang begitu, ya? Gampang emosi? Oke, baik." Nando menggaruk pelipisnya, kehilangan cara untuk berbaikan dengan istrinya.

"Kalau kamu ngambek gini, tambah imut deh." Nando mencolek pipi Putri, membuat Putri refleks menggigit tangannya.

"Adohhh!" Nando menjerit kesakitan. "Sakit. Kamu kayak ikan piranha deh."

"Kenapa? Kenapa?" Nayla berlarian dari dapur mendengar jeritan Nando.

"Nggak papa, Ma. Cuma KDRT dikit." Nando mengusap tangannya yang digigit Putri.

"Hah, KDRT?"

"Iya, KDRT, keseruan dalam rumah tangga, hehe ...." Nando menjawab sambil cengengesan. Sementara wajah Putri memerah, takut Nando mengadukan perbuatannya kepada Nayla.

Tiba-tiba yang baru saja pulang dari kantor memanggil Nando. Wajahnya tampak sangat serius.

"Do, ayo ikut Papa. Ada yang mau Papa bicarakan."

***

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang