28

1.7K 228 3
                                    

"Jangan gitu, Put. Saya geli."

Putri buru-buru melepaskan tangannya dari punggung Vincent. Ia buru-buru minta maaf.

"Maaf, Pak. Nggak sengaja."

Vincent hanya mengangguk saja, sambil menahan senyum. Geli sekali melihat wajah Putri yang tiba-tiba memerah seperti kepiting saos Padang.

"Coba dari depan, Put."

Putri hendak menempelkan kemeja itu ke dada Vincent, tapi mendadak tangannya tremor.

"Bapak coba di ruang ganti aja." Putri mengulurkan kemeja itu dengan canggung.

***

Setelah berbelanja kebutuhan mereka, Vincent mengajak Putri meninjau lokasi pabrik yang terkena masalah.

Jajaran manajemen sudah menyambut mereka, setelah dipersilahkan memasuki ruangan meeting. Mereka memulai rapatnya.

Putri mengeluarkan tablet miliknya untuk mencatat hal-hal penting yang akan dibahas di sini. Ia juga menyalakan perekam suara di ponselnya, siapa tau ada yang terlewat.

Vincent tak pernah memberi instruksi, tentang apa saja yang perlu dilakukan. Ini inisiatif Putri sendiri. Daripada cuma bengong dan menganggur 'kan?

Dalam hati Putri heran, bukannya membawa asistennya, Vincent malah mengajak dirinya yang notabene hanya karyawan rendahan dari bagian perencanaan.

Setelah selesai meeting yang membahas tentang demo karyawan yang melakukan kenaikan upah, mereka pun menuju hotel.

Selama dalam perjalanan, mereka lebih banyak diam. Putri paham, mungkin masalah yang tadi cukup serius untuk Vincent yang baru menjabat sebagai direktur pelaksana selama beberapa bulan.

"Nanti salinan isi rapatnya tadi, saya kirim ke email Bapak." Putri memecah keheningan.

"Iya, makasih. Tapi saya ngajak kamu bukan untuk itu."

"Tapi ...."

"Saya sengaja ngajak kamu, supaya kamu tau kendala di lapangan nantinya," kata Vincent sambil fokus menyetir.

"Tapi saya 'kan orang bagian perencanaan, Pak ...."

"Saya berencana mengajukan promosi untuk kamu, nantinya kamu akan dimutasi ke kantor cabang di sini."

"Hah?" Putri segera menutup mulutnya yang terbuka lebar. Mutasi? What the hell, gue baru aja mau jadian, masa harus LDR? Putri mengumpat dalam hati.

Vincent melirik ekspresi bingung Putri dengan ekor matanya, ia tersenyum dalam hati.

Saya terpaksa ngelakuin ini, Put. Supaya kamu jangan dekat-dekat dengan cowok itu. Tapi kamu tenang aja, seminggu sekali saya akan datang buat mengunjungi kamu. Entah alasan cek kantor cabang atau sebagainya, nanti saya pikirkan hehe ....

Putri hanya bisa diam sambil terus berpikir, kenapa dirinya bisa dimutasi?

Apa gue bikin kesalahan? Apa gue salah bicara sama si bos? Apa si bos bosen liat muka gue? Makanya gue diasingkan.

Tanpa sadar mereka sudah sampai di depan lobby hotel. Putri segera turun, sebelum Vincent membuka pintu mobil untuknya.

Setelah memesan kamar, yang ternyata bersebelahan, mereka menuju kamar masing-masing.

"Nggak makan dulu?" tanya Vincent.

Putri mengerutkan dahi, bukannya tadi mereka baru saja makan di restoran Sunda, "Bapak mau makan lagi?"

Vincent mengangkat bahu. "Siapa tau, habis meeting kamu lapar lagi."

"Saya nggak lapar, tapi kalau Bapak mau makan saya temani."

Vincent melihat keadaan Putri yang sepertinya sangat lelah. Mungkin juga syok. Sebenarnya Vincent tidak tega juga.

Maafin saya, ya, Put ....

"Nanti aja, sekalian malam malam. Kamu istirahat aja dulu."

Putri hanya mengangguk singkat sebelum menutup pintu kamarnya. Vincent menatap pintu yang tertutup itu, lama. Sebelum ia masuk ke kamarnya sendiri.

Di dalam kamar Putri jadi bingung, bagaimana caranya memberi tahu Nando tentang rencana mutasinya.

***

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang