40

1.4K 182 7
                                    

Nando heran melihat Putri yang berdandan cantik, seperti hendak ke pesta. Lebih mengherankan lagi karena Putri tidak mengajaknya.

"Mau kemana, Put?"

Putri menggaruk dahinya. "Mau kondangan, Bang. Diundang klien."

"Oh." Nando mengangguk paham, sambil mengamati penampilan Putri dari atas ke bawah.

"Mau aku antar? Tapi kalau naik motor kayaknya bakal ribet, sih. Apa mau aku panggilin Grab?"

"Nggak usah, Bang. Nanti ada yang jemput." Putri berkata pelan, sambil menunduk.

"Siapa, Put?" Nando bertanya curiga.

"Adalah."

Nando mengantarkan Putri sampai ke depan pintu lobby, ketika tiba-tiba seorang pria yang memakai kemeja rapi bagai prince charming datang menghampiri.

"Ayo, Put."

Pria itu melirik ke arah Nando sekilas. Kebetulan saat itu Nando hanya memakai kaos dan celana pendek, plus sandal jepit. Gembel banget pokoknya.

Model gini, selera kamu, Put? Vincent mencibir dalam hati.

Putri berdehem sedikit, kemudian ia memperkenalkan Vincent pada Nando. "Ini bos gue, Bang. Namanya pak Vincent."

Vincent mengangguk sekilas ke arah Nando, begitupun sebaliknya.

"Bang, gue berangkat dulu, ya?"

Nando hanya mengangguk singkat, Putri berjalan beriringan dengan Vincent menuju mobil.

Nando masih sempat melihat, saat Vincent membuka pintu mobil untuk Putri. Ia terus mengamati mereka sampai mobil itu menghilang dari pandangannya.

"Bosnya Putri cakep ya, Bang." Amel sengaja menyulut api dengan bensin.

"Dia udah punya istri, Mel?" Nando penasaran setengah mati.

"Kayaknya sih masih single."

Mampus!

***

Pesta yang didatangi Putri terletak di sebuah hotel mewah, tamu yang diundang pun luar biasa banyaknya. Putri yang sejak tadi mengantri untuk bersalaman dengan mempelai sampai hampir pingsan. Sementara Vincent yang berdiri di belakangnya, malah asyik mengobrol dengan koleganya.

Ketika mendapat giliran bersalaman dengan mempelai, Vincent disapa oleh orang tua sang mempelai.

"Wah, tumben Pak Vincent bawa gandengan. Gitu dong, Pak. Semoga cepat nyusul."

"Aamiin. Makasih doanya, Pak." Vincent tersenyum sambil melirik ke arah Putri. Ia senang karena Putri tampak biasa saja, tidak berusaha meralat atau sebagainya.

Saat mengantri untuk mengambil makanan, Vincent bertanya kepada Putri. "Kamu nggak papa, saya bilang gitu?"

Putri mengerti maksud pembicaraan Vincent, ia menggeleng pelan. "Mau klarifikasi juga males, Pak. Nanti malah tambah lama. Antriannya panjang banget tadi. Kasihan sama yang dibelakang. Kalau kelemaan bisa-bisa mereka nggak kebagian rendang."

Vincent hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Putri.

***

"Ini langsung pulang apa gimana?" tanya Vincent, ketika mereka ada di dalam mobil.

"Langsung pulang aja, ya, Pak. Tadi itu tamunya banyak banget, kepala saya sampai pusing."

"Maaf, udah ngerepotin kamu."

"Nggak papa, tapi lain kali jangan ajak saya, ya, Pak."

"Kamu kapok pergi sama saya?"

"Nggak gitu. Cuma saya nggak enak sama pacar saya. Takutnya dia ngambek." Putri teringat wajah Nando yang masam.

"Cowok kok ngambekan." Vincent mencibir.

"Mendingan Bapak cari pacar aja, kan lumayan kalau kondangan ada yang nemenin." Saran Putri.

"Kok kamu ngatur?" Vincent pura-pura marah.

"Eh, maaf, Pak. Saya nggak maksud." Putri buru-buru minta maaf.

Vincent merasa kasihan melihat wajah Putri yang tampak ketakutan kepadanya. Ia mulai mengajak Putri bicara lagi.

"Hubungan kamu sama pacar kamu itu, sudah sampai mana?"

Putri menggaruk alisnya. "Sampai mana, ya? Saya juga bingung ini, soalnya masih baru hehehe."

"Udah dikenalin orang tuanya?"

"Udah, tapi cuma lewat video call aja. Saya belum siap mau dibawa ke rumah."

"Lho? Kenapa?" Vincent mengangkat sebelah alisnya.

"Belum waktunya, Pak. Masih baru juga."

"Oh." Vincent kembali fokus menyetir. Ia merasa beberapa kali Putri mencuri pandang padanya.

"Kenapa?"

Putri menelan ludahnya beberapa kali. "Ada yang mau saya tanyakan."

Vincent menepikan mobilnya, kemudian ia menoleh ke arah Putri. "Mau nanya apa?"

"Em, soal mutasi saya ...." Putri ragu-ragu untuk meneruskan ucapannya.

"Iya?"

"Apa Bapak sengaja mau menjauhkan saya dengan pacar saya?" Putri memicingkan matanya, siap menerima kemarahan dari Vincent.

Tapi pria itu malah menatapnya sambil tersenyum. "Kalau iya, kenapa?"

***

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang