70

1.4K 155 19
                                    

Keesokan harinya, Putri benar-benar masuk kantor. Ia merasa kondisinya sudah membaik. Ia berlatih menyampaikan presentasi sambil menyisir rambutnya di depan kaca. Walaupun ini bukan presentasi pertamanya, tapi kali ini berbeda. Ini kali pertama ia masuk dalam tim inti yang menangani proyek penting.

Ia harus bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa ia layak masuk dalam tim ini. Sekaligus mematahkan pendapat bahwa ia berada di dalam tim ini karena ia ada hubungan dengan Vincent. Ini adalah kesempatannya untuk memperbaiki citranya di kantor.

Putri keluar dari kamar apartemennya dengan bersemangat. Sebelum ia melihat Amar dan Queensha yang sedang berjalan di lorong.

Queensha berlari dengan riang menghampiri Putri. Putri berjongkok menyamakan tingginya dengan balita itu, ia mengelus pelan rambut Queensha. "Anak Mama masih pagi kok udah di sini?"

"Tadi dia minta ke sini. Katanya kangen sama kamu. Telpon pun kamu nggak angkat." Amar yang menjawab.

Putri sedikit merasa bersalah karena sejak kemarin mengabaikan panggilan dari Amar. Saat itu ia benar-benar sedang fokus dengan masalahnya selain fokus menyelesaikan target pekerjaan.

"Aku antar ke kantor." Amar berbalik sebelum mendengar penolakan dari Putri.

Putri hanya bisa menghembuskan nafas sambil menggandeng tangan Queensha. Mengikuti Amar dari belakang. Ia tak sempat memikirkan tentang kemarahan Nando jika tau dirinya berangkat kerja diantar Amar.

"Pulang kerja jam berapa? Aku jemput," kata Amar setelah menurunkan Putri di depan gedung kantornya.

"Nggak usah, aku bisa pulang sendiri. Lagipula nggak tentu jam pulangnya. Seringnya ada lembur mendadak." Putri beralasan.

"Aku besok kembali ke Lampung. Sekalian aku ngajak kamu makan malam. Anggap saja perpisahan. Queensha juga pasti senang." Lagi-lagi Amar menggunakan Putrinya untuk meluluhkan hati Putri. Amar tau, kalau Putri paling lemah jika berkaitan dengan Queensha.

"Oke, aku kabari nanti." Putri mengelus sekilas kepala Queensha sebelum masuk ke lobby kantornya. Amar tersenyum memandangi punggung Putri dari jauh.

***

Presentasi hari ini berlalu dengan lancar. Putri sangat bersyukur hasil kerja kerasnya semalam berbuah manis. Ternyata memang benar adanya kalau hasil tidak akan menghianati kerja keras.

Ia segera berdiri dari kursinya ketika Vincent datang untuk memberikan selamat. Putri melihat ke sekitar, beberapa karyawan yang sedang berkerja tampak sesekali melirik ke arahnya, Putri yakin kalau saat ini mereka sedang menajamkan pendengarannya masing-masing.

"Selamat, karena kamu sudah berhasil menyampaikan presentasi dengan sempurna. Saya rasa ide kamu ini akan membawa terobosan besar untuk kedepannya. Saya suka ide kamu soal bekerja sama dengan petani sekitar. Selain menghemat ongkos distribusi dan pergudangan juga bisa membudidayakan petani sekitar, nice, good job." Vincent berbicara panjang lebar tanpa menghiraukan tatapan sekitarnya.

Putri merasa pujian Vincent terlalu berlebihan. Ia hanya memberikan solusi bagi perusahaannya terkait masalah supplier kelapa sawit yang meminta kenaikan harga.

Kebetulan tempo hari Vincent mengajaknya untuk meninjau tempat produksi yang ada di Bogor. Putri melihat di sekitar pabrik itu banyak terdapat kebun kelapa sawit. Putri jadi berpikir, mengapa tak mengajak para petani itu untuk bekerja sama? Selain bisa menghemat ongkos kirim, juga sewa gudang di pelabuhan. Daripada mereka harus membeli dari supplier lama mereka di luar pulau.

Putri tak menyangka ide yang sederhana itu ternyata mendapatkan pujian yang terlalu berlebihan dari Vincent. Bahkan menurut Putri ide itu masih terlalu mentah untuk diterapkan, mengingat ia juga belum melakukan survei tentang kualitas sawit dan juga harga yang dipatok para petani sekitar.

"Terimakasih, Pak." Putri menjawab dengan nada seformal mungkin.

Vincent hanya tersenyum kecil sambil berlalu dari ruangan itu. Putri menghembuskan nafas lega sambil memandangi punggung pria itu dari kejauhan.

"Enaknya jadi kesayangan si bos, baru segitu aja udah dipuji setinggi langit," sindir teman Putri yang mejanya terletak di ruangan paling ujung. Semua percakapan Putri dan Vincent tentu tak luput dari pendengaran para teman sejawat Putri.

Putri memilih mengabaikan hal itu. Ia segera mengemasi barang-barangnya agar bisa secepatnya pulang. Beberapa menit yang lalu Amar menelponnya, mengatakan akan menjemputnya.

Putri berjalan dengan cepat ke arah lobby, tampak mobil Amar sudah terparkir di seberang jalan.

Putri melangkahkan kaki hendak menghampiri mobil berwarna putih itu. Tapi tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

"Put?"

Putri menoleh, ia kaget karena Nando sudah ada di belakangnya. Rupanya pria itu berinisiatif menjemputnya seusai kerja. Ia sengaja tak memberitahu kepada Putri, berniat memberi kejutan.

"Kamu?" tanya Putri sambil melirik ke seberang jalan. Ia panik saat melihat Amar yang tak sabar menunggu memutuskan keluar dari mobil sambil menggandeng Queensha. Kini keduanya sedang berjalan menghampirinya.

"Nonton, yuk?" ajak Nando. Ia memutuskan untuk melupakan kejadian semalam. Ia ingin mengajak Putri berjalan-jalan untuk mencairkan suasana.

Putri hanya tersenyum canggung, tak tau harus menjawab apa. Sementara Amar dan Queensha sudah semakin dekat.

"Aku nggak bisa sekarang." Putri menjawab dengan perasaan bersalah. Ia sadar, Nando sudah mengalah dengan mengajaknya berbaikan.

Nando mengerutkan dahi mendengar penolakan Putri. Sedetik kemudian ia menemukan jawabannya.

"Sudah siap, Put?" tanya Amar.

***

Si Putri ini laku keras ya, Gaes. Kalian setuju yang mana, nih ....

a. Putri-Nando
b. Putri-Vincent
c. Putri-Amar

Atau sad ending, Putri meninggal kena tipes? 😂

Part dilanjut abis lebaran, gimana?

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang