66

1.1K 171 7
                                    

"Aku ganggu?"

Nando tersenyum kaku, melihat ke arah Amar yang sedang duduk di kursi meja makan. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Putri, tampak wajah gadis itu yang terlihat pucat.

"Ada apa?" tanya Putri pelan. Ia tahu, pasti sekarang Nando sedang salah paham lagi padanya. Masalah semalam saja belum tuntas, ditambah pagi ini Nando melihat Amar ada di kamarnya. Putri semakin pesimis hubungannya dan Nando akan berlanjut.

"Cuma mau ngantar ini. Disuruh mama." Nando mengulurkan sebuah kantung plastik berisi kotak makanan.

"Terimakasih." Putri menyambut tangan Nando dengan singkat.

Nando kembali mengalihkan pandangannya ke arah Amar yang sedang memperhatikannya dari jauh.

"Aku mau bicara." Nando berkata kepada Putri.

"Jangan sekarang."

Putri sedang tidak siap berdebat dengan Nando. Ia merasa amat lelah, ia hanya ingin istirahat sekarang.

"Kapan?" Nando tak sabar ingin mendengar penjelasan dari mulut Putri sendiri. Kenapa pria itu bisa ada di kamarnya sepagi ini? Apa pria itu menginap, atau ....

"Kapan saja, asal jangan sekarang."

"Kenapa nggak bisa sekarang?"

Tiba-tiba Amar menyela. "Dia lagi sakit. Kalau ada yang penting, datang saja besok."

Putri tak tau, bagaimana pria itu tiba-tiba ada di belakangnya. Nando mengeratkan rahangnya sambil menatap wajah Amar. "Jangan mencampuri urusan kami."

"Saya cuma ...."

Kepala Putri merasa semakin pusing dengan keadaan di depannya ini. Dua pria keras kepala yang bersiap adu mulut di apartemennya.

"Aku antar ke dokter." Nando berkata tegas kepada Putri. Dari nada suaranya sepertinya ia tak menerima penolakan.

"Nggak perlu sampai ke dokter juga. Aku cuma ...." Putri menghentikan ucapannya ketika melihat wajah Nando yang berubah semakin datar.

"Baiklah, kita ke dokter."

Akhirnya Putri menuruti perintah Nando. Ia segera pergi mengambil cardigan dan juga dompet miliknya. Ia sempat berpamitan kepada Queensha sebelum pergi.

"Mama pergi ke dokter dulu, ya?" Putri mengusap pelan kepala anak itu.

Amar memandang kepergian Putri dan Nando dengan kesal. Sudah jelas-jelas Putri menolak tawarannya untuk mengantar pergi ke dokter. Tapi ini apa?

Amar memeriksa pesan yang masuk ke ponselnya, dari Putri. Aku pergi dulu. Kunci apartemen, kamu titip ke satpam saja.

Amar merasa Putri mengusir dirinya secara halus.

***

"Ke klinik dekat masjid saja." Putri memberikan arahan kepada Nando.  Sejak tadi pria itu hanya diam, tak bertanya sedikitpun tentang tujuan mereka.

Nando hanya diam menanggapi perkataan Putri. Ia membelokkan motornya ke sebuah parkiran sebuah klinik.

Putri meninggalkan Nando memasuki klinik itu. Nando berhasil menyusul Putri dengan kaki panjangnya. Ia berjalan sejajar dengan Putri. "Kamu tunggu sini, biar aku yang daftar."

Putri menuruti perintah Nando, ia duduk di kursi tunggu dengan tenang sambil memandangi punggung pria itu.

Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya nama Putri dipanggil untuk masuk ke ruangan pemeriksaan.

Putri mengerutkan dahi ketika melihat Nando ikut masuk bersamanya. Namun ia membiarkan saja.

"Keluhannya apa, Mbak?" tanya dokter umum wanita berusia akhir tiga puluhan.

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang