99

1.1K 163 13
                                    

Putri segera menuju lemari, mengepak baju. Bukan baju dia, tapi baju Nando. Kalau biasanya wanita yang akan kabur dari rumah jika ada masalah, ini kebalikannya. Putri malah mengusir Nando.

"Pergi. Untuk sementara aku nggak mau liat muka kamu lagi." Putri melemparkan koper ke arah Nando.

"Dengar dulu, Put. Aku bisa jelasin ...." Nando berusaha meraih tangan Putri, tapi segera ditepis.

"Ngapain aja kamu, sampai-sampai bekas lipstik pelakor itu nempel di kerah bajumu? Kalian tidur bareng, hah?"

Hati Nando teramat sakit mendengar tuduhan Putri. Ia maklum, istri mana yang tidak akan mencak-mencak mana kala melihat ada bekas lipstik wanita lain di baju suaminya.

"Aku nggak pernah selingkuh, Put. Lagian buat apa? Orang jatah dari kamu aja aman terkendali kok." Nando berusaha menjelaskan kepada Putri.

"Terus gimana ceritanya, lipstik itu bisa nempel sampai sana, hah?" Putri bersikeras dengan pemikirannya, bahwa diam-diam Nando telah berselingkuh di belakangnya.

"Sumpah demi Allah, Put. Aku nggak pernah selingkuh sama wanita lain. Harus gimana supaya kamu mau percaya sama aku? Kamu mau aku sumpah pocong? Kamu mau apa, Put? Bilang. Aku sanggup melakukannya." Nando berkata dengan nada putus asa.

"Aku nggak mau apa-apa. Aku cuma mau kamu pergi untuk sementara. Aku muak melihat wajah pezina seperti kamu."

Nando ikut terpancing emosi mendengar tuduhan Putri. Kesabarannya telah habis. "Percuma saja aku ngejelasin ke kamu, Put. Sampai kapanpun kamu nggak akan percaya. Jujur aku sakit hati. Kamu pikir aku ini cowok murahan? Zina apa maksud kamu? Aku ini masih suci. Aku nggak pernah 'tuh lirik-lirik cewek lain."

Putri hanya diam. Ia masih bimbang, antara ingin mempercayai Nando atau tidak. Sejujurnya Putri trauma, ia trauma karena pernah diselingkuhi oleh mantan kekasihnya, Amar.

"Put ...."  Nando berusaha menyentuh lengan Putri, tapi sayangnya Putri menghindar. Seolah jijik dengan sentuhan Nando.

"Kalau kamu nggak mau pergi, biar aku yang pergi."

Dengan cepat Putri berjalan ke arah lemari, hendak berkemas. Nando dengan sigap mencegahnya. Ia segera memeluk Putri dari belakang. Tentu saja Putri berusaha berontak.

"Lepas!"

"Nggak, nggak akan."

Putri semakin marah dengan kegigihan Nando. Ia segera menyikut perut Nando serta menginjak kakinya. Nando berteriak kesakitan. Kesempatan itu digunakan Putri untuk melarikan diri.

Nando tidak tinggal diam, ia segera mengejar Putri, membawanya ke tempat tidur, kemudian menindihnya dalam posisi duduk. Wajah Putri memerah menyadari posisi mereka yang seperti orang apa, ya ... yah, you know lah ....

"Minggir, aku jijik sama kamu." Putri berusaha mendorong Nando, akan tetapi tangannya di tahan oleh Nando, dikunci di atas kepalanya. Kini Putri tak bisa berbuat apa-apa. Nando telah mengunci pergerakannya.

"Jijik kamu bilang?" Nando mendekatkan wajahnya ke arah Putri.

"Aku jijik karena mungkin saja kamu dan wanita itu sudah ...."

Nando membungkam mulut Putri dengan ciumannya, sebuah ciuman yang brutal dan mengandung unsur kekerasan, sebagai pelampiasan emosinya karena bibir Putri dari tadi mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Semakin lama ciumannya jadi semakin kasar. Nando baru berhenti ketika melihat Putri telah kehabisan nafas.

"Brengsek!" Putri kembali mengumpat, emosi Nando tersulut lagi, ia kembali melakukan hal yang sama. Ketika Putri kembali kehabisan nafas, Nando baru melepaskannya.

"Berani kamu mengumpat lagi, kamu akan tau akibatnya." Nando mengancam. Putri tampak tak gentar sama sekali.

"Dasar manusia breng ... hempt ...."

Nando melaksanakan ucapannya. Sepertinya Putri sengaja menantangnya. Baiklah, dengan senang hati ia akan menghukum wanita cerewet ini.

Putri tidak hilang akal, ia menggigit bibir Nando hingga berdarah.

"Mama!" Nando berteriak kesakitan sambil memegangi bibirnya yang berdarah. Putri kaget karena melihat darah di bibir Nando, ia merasa menyesal karena menggigit terlalu kencang.

"Salah kamu sendiri ...." Putri malah menyalahkan Nando untuk menutupi rasa bersalahnya.

"Kita perlu bicara, Put. Aku nggak bisa biarin kamu salah paham terus seperti ini."

"Iya! Tapi kamu turun dulu. Kamu kira nggak berat apa?!"

Nando baru menyadari posisi tubuhnya yang masih ada di atas tubuh Putri.

Setelah Nando turun dari atas tubuhnya, barulah Putri bisa duduk. Ia segera merapikan baju dan rambutnya yang acak-acakan. Begitu juga bibirnya, bengkak.

"Kalau ada masalah itu, dibicarakan baik-baik. Bukannya malah nyuruh aku pergi. Terus kemana aku harus pergi? Ke rumah mama? Itu sama aja kamu bikin mama khawatir. Kita belum genap sebulan menikah, Put."

Putri terdiam mendengar ucapan Nando yang ada benarnya. Jangan sampai mertuanya tau masalah rumah tangga mereka.

"Aku nggak pernah selingkuh, Put. Dalam pikiran aku, nggak ada sedikitpun niatan untuk selingkuh, percaya sama aku."

Putri memotong ucapan Nando. "Terus lipstik itu?"

"Aku baru aja dilecehkan oleh seorang wanita gatal." Nando berkata dengan sedih. Tentu saja Putri kaget mendengar pengakuan suaminya. Seketika emosinya tersulut.

"Hah? Yang benar? Siapa wanita itu, hah? Biar aku jambak rambutnya sampai gundul!!!"

***

Nggak kerasa mau part yang ke 100. Ini adalah judul terpanjang yang gue buat. Biasanya hanya sekitar 50an aja.

Biasanya author lain itu nulis per partnya sekitar 1000-2000 kata. Nah, gue? Cuma sekitar 500an kata aja hehe ... jarang yang 1000.

Bisa dibilang, aslinya cerita gue ini kalau buat author lain, sekitar 50 part aja sih hehe ....

Kalian udah bosan belum sama cerita ini? Apa mau ditamatin sampai sini aja?

***

Cinta Modal DengkulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang