00:02

1.7K 166 8
                                    

"Noo.. Ayo makan." Jay kini berada di depan kamar kakak beradik Kim.

Clek

Sunoo keluar dari dal kamar dengan wajah yang lebih segar. Sepertinya sulung Kim ini baru selesai mandi.

"Makanan udah siap. Ayo!" Titah Jay.

Sunoo mengangguk, lalu berbalik menuju kamar lagi untuk membangunkan bayi puma kesayangannya.

Sunoo duduk di dekat kepala Riki. Ia mengelus surai pirang adiknya penuh kasih sayang. Rasanya tak tega membangunkan si bayi puma. Tapi mau bagaimana, adik bongsornya itu masih masa pertumbuhan, dia harus banyak makan. Supaya makin enak buat di unyel-unyel sang kakak.

"Ikie~" Panggil Sunoo.

"Bangun sayang. Kita makan malam."

"Kie.."

"Makan ayo. Tadi kamu gak makan siang loh."

"Sayang. Dek. Ikie. Ayo bangun."

Sunoo terus membujuk. Tapi Riki malah menggeliat ribut. Oke. Nampaknya bayi kita kesal tidurnya terusik.

"Na mawu.." Guman Riki.

"Nantu."

Sunoo mengelus poni Riki. Gemas. Tapi dia belum menyerah. Ia harus tetap membangunkan Riki.

"Nanti tidurnya gak nyenyak kalo perut Kie kosong." Bujuknya lagi.

"Eungg.." Bibir si bayi puma melengkung ke bawah. Oke. Sunoo mengalah.

Ia masuk kembali ke selimut. Menidurkan lagi adik tercinta. Mengusap punggung Riki. Tak lama, dengkuran halus terdengar.

Sunoo mematri langkah menuju ruang makan. Sunoo lapar. Sedari pagi tak henti menggendong Riki. Lelah? Iya. Tapi ia sangat menyayangi adiknya. Apapun akan dilakukan Sunoo untuk Riki.

Di meja makan belum ada seonggok manusia. Jay masih berada di luar pintu kamar si kembar Lee.

"Hee, Jake. Ayo makan." Titahnya.

Si kembar keluar bersamaan. Meski terlihat habis mandi. Jay menyadari mata Jake bengkak. Tapi ia tak mau ikut campur urusan mereka. Ia hanya tersenyum tipis.

Lalu beranjak menuju kamarnya sendiri. Hanya ada Jungwon yang masih tertidur di ranjang. Tapi suara shower terdengar dari kamar mandi. Sunghoon sedang mandi, pikir Jay.

"Wonie.."

"Bangun yuk. Makan." Ajak Jay.

Jungwon langsung membuka manik kucingnya. Menggeliat seperti anak kucing. Ia menatap Jay yang duduk di sebelahnya. Tangan mungil itu ia rentangkan. Mmm.. Akan ada yang encok sepertinya.

"Genong.." Pinta Jungwon. Matanya berkedip lucu.

Dengan cepat Jay menarik tubuh mungil itu untuk digendong ala koala. Sebelum keluar ia mendekat ke pintu kamar mandi.

"Hoon. Makan."

Lalu pergi dari sana tanpa menunggu sahutan dari Sunghoon. Di meja makan kini sudah terisi Heeseung, Jake, dan Sunoo.

Jay mendudukan Jungwon di kursi sebelahnya.
Ia mengedarkan pandangannya. Di mana si bungsu?

"Noo. Ikie?" Tanya Jay.

"Tidur. Gapapa kok. Kalo dia lapar nanti gue panasin makanan aja."Jawab Sunoo.

Jay hanya mengangguk.

Mereka makan dengan khidmat. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu pada piring. Selesai makan, Jay dan Heeseung bertugas mencuci peralatan makan. Sunghoon dan Jake membereskan meja makan. Sedangkan Sunoo dan Jungwon sibuk memakan camilan.

Sekarang mereka berada di ruang tv. Menonton serial kartun favorit Jungwon. Ditemani makanan ringan di genggaman masing-masing. Sesekali mengobrol hal random.

Jungwon tidak berhenti berceloteh di pangkuan Jay. Sedang Sunghoon tengah nyaman bersandar pada pundak sang kakak. Tak lupa Jake yang tidur dengan paha Heeseung sebagai pengganti bantal. Sunoo fokus menonton dan sesekali memasukan chiki di tangannya.

"Kak Noo. Ikie bilang, dia punya belalang besar. Uwon mau liat." Celoteh Jungwon.

Sunoo tersenyum. Jungwon itu juga adiknya. Dia menggemaskan. Pantas Jay dan Sunghoon bucin. Wkwk.

"Pulang dari sini ya." Jungwon mengangguk lucu.

"Kak Hoon di kamar mandi lama." Adu Jungwon tiba-tiba.

"Masa dari Kak Jay ke dapur sampe balik lagi gak keluar-keluar." Jungwon merajuk karena ditinggal sendirian.

Sunghoon memutar bola matanya malas.

"Panggilan alam." Sungutnya.

Semua orang tertawa mendengar Sunghoon yang ikut merajuk. Jay mengusak surai legam adiknya.

Cukup lama mengobrol. Tak sadar jam menunjukan pukul 21:15. Berniat untuk pergi bersih-bersih dan tidur. Aktivitas mereka terhenti karena raungan seseorang.

"Sialan kau Kim Sunoo."

Umpat Sunoo merutuki diri sendiri. Bagaimana bisa ia meninggalkan Riki sangat lama.

"KAK NOO!" Jeritan demi jeritan terus keluar dari bilah bibir yang gemetar itu.

Sunoo secepat kilat menuju lantai 2. Menghiraukan tenggerokannya yang sakit karena sempat tersedak.

Brak

Pintu dibuka dengan brutal. Menampilkan seorang anak berusia 13 tahun dalam keadaan kacau. Mata yang tal henti mengeluarkan cairan bening. Tubuh yang gemetar. Serta tangan yang menjambak-jambak rambutnya sendiri.

Hancur. Hati mereka hancur menyaksikan adik kecilnya ketakutan.

Sunoo segera mendekat. Memeluk tubuh gemetar itu. Berusaha mengucapkan kata-kata penenang. Selalu seperti ini, jika Riki bangun dengan tanpa siapapun di sisinya.

"Maafin, Kak Noo ya. Sekarang Ikie tenang."

Riki mulai membalas pelukan kakaknya. Tubuhnya juga berangsur tenang. Isak tangisnya juga mulai reda. Semua orang di ruangan itu menghela nafas lega.

"Jangan tinggalin, Ikie." Gumam Riki samar.

"Gak akan. Maafin, Kak Noo." Sunoo masih mengelus surai pirang itu.

Hening. Sampai buntalan uwu mendekat ke kasur dengan wajah polos.

"Ikie. Di belakang villa ada kolam ikan. Mau liat sama Uwon gak?"

Jangan bayangin Kak Noo gemoy. Visualisasi nya pake Kak Noo yang black hair terus tindik alis. Hehe..

Kasih yang manis-manis dulu yee..











Papai!

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang