00:15

952 99 4
                                    

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bogeman mentah terus di layangan pada sosok pemuda yang kini tengah terkapar. Pemuda itu masih enggan melawan, atau sekedar menghindar.

"Sialan. Kau tidak becus."

"Jadi kau menembak si Lee Heeseung itu karena tidak bisa menembak kakakmu?"

"Anak tidak berguna."

Umpatan dan caci maki terus dilayangkan. Tertuju pada pemuda yang masih dipukulinya. Park Sunghoon.

Tuan Park marah besar. Jelas. Ia mendengar semua yang dibicarakan di halaman belakang rumah Kim.

Jadi semua orang sudah tahu tentang rencananya. Bahkan kakek Yang.

"Berhenti, ayah."

"Berhenti katamu? Aku susah payah untuk mendapatkan ini. Dan kau menyuruhku berhenti?"

"Jungwon sudah tahu."

"Lalu kau akan berhenti sesuai keinginannya?"

"Tentu. Aku sudah berjaji untuk melindungi dia."

"Sialan. Kau bunuh semua temanmu itu. Mereka sudah ikut campur."

Sunghoon. Pemuda itu memilih diam saja. Percuma menyaut,  tidak akan digubris. Namun hinaan yang terus terlontar membuatnya naik pitam seketika.

Manik kelam itu menajam. Sunghoon bangkit dan mengambil sebilah pisau tajam yang ada di meja. Ini adalah ruang rahasia milik sang ayah. Tidak heran banyak terdapat senjata-senjata tajam.

Jleb

Kurang dari satu kedipan mata, pisau itu sudah menancap sempurna di bagian jantung.

Srak

Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Sunghoon kalap. Dia dikuasai emosi.

"Kau yang selalu menekanku."

"Kau yang mendidikku menjadi pembunuh."

"Aku selalu diam dan mengikuti permainan gila ini."

"Bahkan aku diam ketika kau membunuh ibuku."

"Dasar tua bangka gila harta sialan."






















































Dor!






































* * * *

Suasana sibuk sekolah kembali. Sudah beberapa bulan berlalu semenjak kelulusan. Berita tentang keluarga Park sudah menyebar ke mana-mana.

Tentang Tuan Park yang merupakan dalang dari kematian anggota keluarga Park yang sebenarnya. Lalu berita tentang Park Sunghoon putranya, yang membunuh ia tepat di hari kelulusan.

Sunghoon tidak dipenjara. Dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Kejiwaan dan kondisi mentalnya amat memprihatinkan. Dia selalu ditekan untuk membunuh.

Perusahaan P Corp kini berada di bawah naungan kakek Yang, tentu karena pewaris tunggalnya masih sangat kecil. Park Jungwon. Satu-satunya putra Park yang tersisa.

Omong-omong soal Park Jungwon. Dia kini tinggal bersama keluarga Kim. Kakek Yang, yang menyuruh.

Jam istirahat berjalan cukup cepat, tersisa 15 menit lagi menuju bell masuk. Sunoo. Pemuda yang kini duduk di bangku kelas XII itu masih enggan meninggalkan ruang kelas. Tidak ke kantin atau halaman belakang tempat ia biasa menemani kedua adiknya.

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang