00:04

1.2K 137 4
                                    

Ini adalah malam terakhir mereka di Villa. Esok mereka semua akan kembali ke kota dan kesibukannya.

7 sekawan itu sudah berada di halaman belakang untuk bakar-bakar. Awalnya sekalian mau main kembang api. Tapi karena si bungsu takut dengan bunyi-bunyi ledakan keras. Rencana itu dihilangkan dari list.

Jay, Jake, Heeseung bertugas di pemanggang. Sunghoon dan Sunoo bertugas membereskan meja untuk makan. Jangang tanya di mana dua bayi kita. Tentu saja berlarian saling kejar.

Tawa menguar di area pemanggangan. Jay sudah memegangi perutnya karena terlalu lama tertawa. Jake juga tak jauh beda. Sedangkan Heeseung, si pencerita masih berusaha menyelesaikan candaannya.

"Serius, Kak Hee?" Tanya Jake, masih dengan tawanya.

"Iyalah. Orang gue kesel."

"Ya tapi, kenapa harus di depan gebetannya Beomgyu juga. Pasti tambah malu itu beruang." Timpal Jay.

"Gue diketawain sekelas gara-gara teriak pas dibangunin Beomgyu. Emang gak ada akhlak tu bocah." Sungut Heeseung.

"Salah sendiri tidur pas pelajaran sejarah."

Jake mengangguki ucapan Jay. Kakak kembarnya ini ada-ada saja. Masa menendang temannya di depan calon pacar. Pasti itu memalukan buat Beomgyu. Mana cuma perkara dibangunin pas pelajaran sejarah.

Ada-ada saja.

"Ikie, Uwon jangan kenceng-kenceng! Nanti jatuh." Teriak Sunoo.

Hep.

"Kak Wonie kalah." Girang Riki. Ia berhasil memegang tangan si mbek yang kini tengah merengut.

Brugh

Seluruh atensi tertuju pada anak kucing yang baru saja nyungsep. Sunoo segera berlari menghampiri keduanya.

"Kan udah dibilang, jangan kenceng-kenceng." Tegur si rubah, lembut.

Dua bocah itu tersenyum menujukkan gigi. Riki mengulurkan tangannya untuk membantu Jungwon. Yang untungnya tidak menangis.

Jungwon segera menerima uluran tangan mungil itu. Tapi bukannya bangkit, ide jahil melintas. Ia menarik Riki untuk sama-sama jatuh. Lalu memeluknya erat.

Interaksi manis itu tak luput dari pandangan 5 pemuda lainnya. Mereka serempak geleng-geleng.

"Sunoo, Wonie, Ikie. Sini." Si empu nama segera menghampiri Jay.

"Ayo makan."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa yang kau tunggu?"

"Segera lakukan!"

"Lebih cepat-lebih baik."

"Aku sudah muak mendengar tawa mereka."

"Sebentar lagi kau akan mendengar berita duka. Tenang dan persiapkan aktingmu."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Tertawalah.. Karena hari esok belum tentu kalian masih bisa tersenyum." Orang itu menyeringai.

Pendek dulu. Soalnya mau...

Republish, ada kesalahan :(









Papai

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang