00:05

1.2K 136 10
                                    

Dor!

. . .

"JAY!"

"BRENGSEK!"

"LO APA-APAAN?"

Semua orang di villa segera keluar dari ruangan masing-masing setelah mendengar teriakan Jake. Sunoo, orang pertama yang sampai di dapur. Kini mematung. Menutup mulutnya yang terbuka karena tidak percaya.

Di hadapannya. Jake dengan wajah berderai air mata, namun manik menyiratkan kemurkaan. Jay.. Dia tangannya berlumur darah. Dan..




















HEESEUNG?!!


























Tergeletak di lantai bersimpah darah yang bersumber dari bagian kepala. Ada peluru tertanam di sana.

Tuk

Pistol yang sedari tadi di genggaman Jay terlepas. Kaki jenjangnya tak lagi kuat menahan bobot tubuh pemuda rambut blone itu.

Sunoo mematri langkah berlawanan. Menarik paksa dua bocah yang tampak syok dan takut. Dengan segera masuk ke kamar bagian depan. Yang tertua mendudukan keduanya di kiri, kanan tubuhnya.

Menangkup kepala keduanya agar menempel di dada bidang pemuda manik rubah itu. Dengan sebelah telinga menempel pada tubuhnya. Dan sisi telinga lain, ia tutup dengan telapak tangan si sulung.

"Semua bakal baik. Tenang ya."

"Kak Jay." Gumam Jungwon.

"Dia orang baik, Wonie. Tak mungkin."

"Tenang ya."

Isak tangis mulai terdengar, mengiringi teriakan dan bentakan dari luar kamar.

Ledakan. Darah. Amarah. Tiga hal yang amat ditakuti dua bocah dalam dekapan Sunoo.

Jake. Pemuda itu masih menyalahkan Jay. Ia percaya pada apa yang di lihatnya sendiri. Di mana anak tengah Park? Dia masih terdiam di dua anak tangga terakhir dekat dapur.

"Bu-bukan gue, Jake." Lirih Jay.

"LO MAU NGELAK?" Bentak Jake.

"KAK HEE SALAH APA SAMA LO?"

"JAY, ANJING!!"

Jay menutup telinganya. Tubuhnya mulai gemetar. Bagaimana pun, Jay punya trauma dengan ledakan. Suara Jake memekak telingannya.

"Paman jangan.. " Lirih Jay, lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Paman jangan!" Suara yang teramat pelan karena teredam telapak tangan sendiri.

Jay. Anak berusia 9 tahun meringkuk di bawah ranjang dengan tubuh gemetar.

"Tuan Park. Selamat tinggal."

Dor!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sunoo menyelimuti dua adiknya. Baru saja Riki tertidur. Kadang dia memang harus bersyukur karena anak itu mudah tertidur.

Sunoo keluar dari kamar, berjalan menuju dapur guna menghentikan perdebatan bodoh Jake.

"Bisa tolong diam?" Teramat dingin. Membuat atmosfer ruangan itu berubah seketika.

"Jay, bersih-bersih sana!" Titah Sunoo.

"Jake, lo juga!"

"Sunghoon, lo ke kamar liat Jungwon sama Riki!"

"J-Jungwon?" Tanya Jay. Ia meranjak.

"Jay, bersihin dulu badan lo!"

"Tapi, Jung--"

"Dia takut darah. Lo tau itu."

Tanpa menunggu lebih lama. Jay beranjak menuju kamar mandi.

"Paman San. Ada orang lain?" Tanya Sunoo pada San yang entah sejak kapan diam si sebelahnya.

"Saya tidak tahu pasti, Tuan Muda. Hanya saja, tadi saya melihat ada orang dengan pakaian serba tertutup berwarna hitam." Jelas San.

Sunoo mengangguk. Menoleh pada Jake yang juga tengah memandang ke arahnya.

"Kak Hee.." Suar lirih Jake mengakhiri perdebatan kali ini.  Ia pergi menuju kamar.

"Paman San. Bisa minta tolong hubungi orang tua kami?" Pintanya. Mendapat anggukan dari si empu nama.

Setelah semua pergi. Tersisa Sunoo yang berjalan menuju tubuh Heeseung. Ia menatap lamat bagian kepala pemuda jangkung itu.

"Seseorang yang dilatih." Sunoo mengedikan bahu.

Ia berjalan menuju area luar dapur. Mendongkak, menatap nyalang sebuah kamera cctv yang terpasang di sudut ruangan. Senyum miring tercipta di wajahnya.

"Ayo bermain."
































"Kau sangat cerdik, Kim Sunoo."



























* * * *

"Katakan saja, kau melihat seorang berpakaian tertutup serba hitam."

"Baik, Tuan."

Hehe, persuuzonan dimulai..

Sudah menemukan hal janggal?

















Papai

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang