00:10

1K 116 8
                                    

Seorang remaja berusia 14 tahun tengah berjalan riang di trotoar menuju rumahnya. Tangan mungil itu menggenggam sekantong snack yang baru saja ia beli dari mini market. Sebelah lengan mungil lain, memegang cone es cream.

Sesekali bersenandung di tengah aktivitas menjilat es cream yang hampir meleleh.

Suasana musim pada terasa begitu asli. Langit biru bercampur jingga di waktu senja memang yang terbaik.

"Langit sore Korea memang sangat cantik." Gumam remaja itu.

Ia masih terus berjalan dengan riang. Sampai---

"Akh.."

Remaja itu menoleh ke seluruh penjuru jalanan komplek yang sepi. Ia masih berusaha mencari asal suara rintihan tadi. Mematri langkah menuju sebuah gang yang biasa digunakan menyimpan sampah oleh penghuni komplek elit itu.

Semakin masuk ke dalam. Di belokakan pertama, di mana terdapat banyak bak sampah berjejer di sana. Ia semakin mendekati sumber suara.

Srakk

Suara pisau yang di lepas dari daging (?) mengingtrupsi remaja itu untuk bersembunyi di balik bak sampah. Ia menyembulkan kepala guna melihat apa yang terjadi.

Jleb

Suara pisau yang ditancapkan terdengar. Berulang hingga hampir 18 kali. Remaja itu mulai gemetar. Menyaksikan seorang pria dengan balutan jaket dan celana berwarna hitam tengah menusuk-nusuk sosok pemuda yang sudah terbujur bersimpah darah segar.

Remaja itu meringsut masuk ke persembunyiannya. Tubuh yang gemetar, jantung berdebar tak teratur, serta cairan bening yang saling menerobos untuk lebih dahulu keluar.

Ponselnya terus bergetar. Masih untung saja dalam mode hening. Dia tidak berani mengecek ponsel miliknya.

Ia terlalu takut.

Di sisi lain. Sunoo, dia sedang panik mencari adiknya yang tadi izin pergi ke mini market, tapi belum juga kembali setelah satu jam lamanya.

Mencoba menelpon tapi tidak kunjung mendapat jawaban. Dengan tergesa melacak keberadaan kesayangannya lewat alat pelacak yang terpasang pada ponsel milik si bungsu.

Setelah menemukan keberadaan Riki, sang kakak malah dibuat bingung. Lokasinya sudah dekat dengan rumah, tapi kenapa si bayi puma itu tidak bergerak.

Sunoo berusaha berpikiran positif, ia bergegas mengeluarkan motor dan menyusul adiknya.

Perasaannya tidak tenang. Ia mengencangkan laju motor sport itu.

Sebuah gang sudah ada di depan mata, namun---

Dor!

Sunoo masih berusaha menenangkan prasangka. Gagal. Setelah suara tembakan terdengar, ia semakin panik. Baru saja turun dari motor, sesosok pria dengan pakaian serba hitam dan tertutup keluar dari gang.

Sunoo mengabaikannya. Yang penting sekarang adalah keadaan Rikinya.

Pemuda itu membeku. Manik rubah itu membelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Dengan kesadaran yang masih di perjalanan, Sunoo meronghoh saku celananya.

"Ada apa, Noo? Riki ketemu?" Orang si seberang memulai obrolan.

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang