00:13

906 107 4
                                    

"Jungwonie.."

"Lihat kakak bawa apa?"

"Wonie?"

Sunghoon. Pemuda itu baru saja pulang dari sekolah. Tadi mereka bertiga pulang bersama. Ya. Hanya bertiga. Entah ke mana perginya sulung Kim.

Sunoo sempat mengirim pesan pada Jake untuk mengantar adik bongsornya pulang. Dia ada urusan. Apapunlah..

Kembali ke sulung Park. Ia menyimpan kantong keresek berisi se ember ayam goreng di meja belajar adiknya. Sedang si empu ruangan tidak kelihatan batang hidung sama sekali.

Sunghoon berjalan mendekati kamar mandi yang mengeluarkan bunyi gemerincik air. Apa Jungwon sedang mandi? Tapi biasanya ia akan menunggu sang kakak.

Tok!  Tok!  Tok!

"Jungwon?"

"Sayang?"

"Dek?"

"Kamu lagi mandi?"

Tak ada jawaban. Tapi suara desisan pelan berhasil membuat Sunghoon panik seketika.

"Jungwon?"

"Dek?"

"Sayang? Kamu lagi ngapain?"

Nalurinya mengatakan Jungwon sedang berbuat yang tidak-tidak. Tapi segera ditepis. Ia tidak boleh berpikir negatif.

"Uwon? Dek? Lagi apa sayang?"

Sunghoon terus mencoba menggedor dan menggerakkan knop pintu, namun nihil. Pintu kayu itu dikunci dari dalam.

Dengan kekhawatiran yang menyelimuti. Sunghoon memutuskan untuk mendobrak saja pintu itu.

Brak!

Brak!

Brak!

Brak!

Pintu terbuka didobrakan ke-4. Abai pada rasa perih di bagian lengam atas. Sunghoon tidak buang waktu untuk berlari menuju bilik shower. Membuka pintu kaca yang memburam terkena cipratan air.

Ia mematikan kran shower, lalu berjongkok di hadapan tubuh sang adik yang masih bergeming dengan tatapan kosong.

"Jungwon?" Sunghoon menepuk pipi pucat dan dingin adiknya.

"Hey. Kamu denger kakak?"

Sunghoon dengan segera mengangkat tubuh basah kuyup itu. Total abai pada seragam SMA nya yang akan ikut basah.

Ia mendudukkan tubuh mungil itu di meja wastafel. Secepat kilat mengambil sweeter tebal dan celana training yang tak kalah tebal dari dalam lemari milik bungsu Park itu.

Dengan telaten membuka pakaian yang menempel pada tubuh adiknya karena basah. Ia mengusap sisa-sisa air, lalu memasangkan baju yang ia bawa tadi.

Rambut basah itu diusak lembut menggunakan handuk kecil. Pandangan Sunghoon bertemu dengan manik kelam tanpa kehidupan itu. Ia tersenyum getir.

Yang lebih tua menangkup pipi berisi yang kini kehilangan rona merah mudanya. Membelainya lembut, menyalurkan rasa hangat.

"Jangan kayak gini, dek."

"Kakak takut."

"Kamu punya kakak."

"Jungwon sayang kak Hoon kan?"

"Kamu denger kakak, sayang?"

Tidak ada respon.

Sunghoon mendekap tubuh mungil itu. Tolong kembalikan Jungwonnya yang dulu. Ia tak apa jika diganggu ketika menghapal. Tapi jangan didiamkan seperti sekarang.

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang