Extra:Part

929 72 10
                                    

"Hallo keponakan om ganteng~" Pekik pemuda bersurai blonde. Sosok itu masih berada di ambang pintu, tapi suaranya sudah menggelegar di seisi rumah.

Tak!

"Ya Tuhan." Kagetnya.

"Bebi Jeki, berisik!" Hardik yang memukul kepala Jake tadi.

"Maaf, yayang Hoonie."

Jake. Pemuda itu nyengir polos. Masih dengan mengusap-usap bagian ubun-ubun yang di pukul sepupunya. Sunghoon.

"Kak Jae, kapan sampai?" Tanya Wonyoung. Terlihat dari apron yang dikenakan. Wanita itu baru selesai masak.

"Kemarin. Kangen gue sama ponakan tercinta ini. Jadi sekarang ke sini." Jawabnya. Masih terus berusaha menyentuh bayi berusia 7 bulan digendongan sang ayah.

"Jijik." Sinis Sunghoon.

Jake mengerucutkan bibirnya. Dia baru ke kembali  dari Amerika setelah perjalanan bisnis 3 bulan lalu. Jujur. Dia rindu ponakannya. Anak dari Sunghoon dan Wonyoung yang menikah 2 tahun lalu.

"Jaywon." Panggil Wonyoung pada bayi digendongan sang suami.

"Waktunya tidur siang, sayang." Wanita cantik itu segera mengambil alih sang anak dari ayahnya.

"Silahkan ngobrol dulu. Aku akan menidurkan, Jaywon." Pamitnya.

Suasana ruang tamu berubah sunyi. Canggung lebih tepatnya. Padahal hanya tidak bertemu selama 3 bulan, itupun masih video call.

"Park Jaywon. Kenapa Hoon?" Tanya Jake diiringi kekehan hampa.

"Gue mau dia punya sifat kayak kakak dan adek gue." Jawabnya tanpa mengalihkan atensi dari tv yang mati.

"Semua udah jadi masa lalu. Gue harap lo bisa ikhlas. Gak perlu lupa, Hoon. Yang penting lo ikhlas." Tutur Jake.

"Pipi anak gue mirip Jungwon, tapi matanya mirip Kak Jay."

Sunghoon tersenyum.

"Gue harap sifatnya gak ngambil di gue."

"Iya."

Sahutan dari Jake membuat laki-laki putih pucat itu menatapnya sinis. Malah di iyain.

"Bercanda. Lo orang baik kok."

"Temenin ke makam, yuk."

Dibalas anggukan setuju oleh yang diajak.

Sorot sang surya mulai redup. Orange menguasai langit Korea sore ini. Tidak banyak yang berubah. Komplek yang sama, rumah yang sama. Hanya orang-orang yang tiada mengubah suasana jadi sepi.

"Papapapapa... Bwa.. Hihihihi.." Celotehan khas bayi memenuhi ruang tamu. Bayi itu baru saja digendong ke sana setelah bangun dari tidur siangnya.

"Sore anak papa." Sapa Sunghoon, mengambil alih sang putra dari istrinya.

"Kita jalan-jalan sore yu, kak." Ajak Wonyoung.

Masih ada Jake di sana. Dia juga akan ikut jalan-jalan bersama keluarga kecil itu.

* * * *

Pemakaman khusus Keluarga Yang.

3 orang dewasa dan 1 bayi itu berada sekarang. Jake yang meminta. Katanya rindu sang kakak. Mulai dari blok pemakaman keluarga Lee, yang hanya terisi si putra sulung, Lee Heeseung.

Lanjut ke blok pemakaman keluarga Kim. Diisi Nyonya Kim, dan kakak beradik Kim. Kim Sunoo dan Kim Riki. Ah.. Tepatnya Nishimura Riki.

Lalu ada blok pemakaman keluarga Park. Seluruh keluarga Park di sini. Tuan Park, Nyonya Park, Park Jay, Park Jungwon.

Di bagian paling ujung. Ada makam yang menyendiri. Makam Kakek Yang. Beliau meninggal 7 bulan lalu. Setelah melihat sang cicit. Jaywon.

"Kek. Ini cicit kakek. Rindu katanya."

"Maaf untuk semua kesalahan, Sunghoon."

"Terima kasih. Telah memberikan kesempatan kedua."

"Sunghoon bakal jalanin amanah kakek."

Setetes air mata lolos. Buru-buru diusap oleh sang istri yang tengah menggeleng lemah.

"Terima kasih dan maaf." Ucap Jake.

"Istriku dan cicit kakek dari aku sedang di perjalanan. Nanti aku dan istri ke sini lagi. Bersama Lee Heeyun dan Lee Sunki."

"Kami pamit."



































"Kami Pamit."































Extra Part cuma sampai sini. Tapi up berikutnya bakal ada kejutan, semoga suka. Hihi..

The Darkness Side Of Friendship [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang