26

2.8K 284 19
                                    

Joya menjalani terapi rutinnya setiap 3x seminggu. Ia di terapi oleh seorang therapist khusus tanpa dibantu oleh tenaga medis lainnya, mereka hanya berdua. Kalau saja therapist nya seorang pria pasti Joya sudah digosipin, untungnya dia ditherapi oleh therapist wanita.

Darren sering menawarkan diri ikut menemani sesi therapy Joya, namun Joya menolaknya dengan alasan ia merasa canggung jika ditemani sehingga Darren hanya akan menunggu di ruang tunggu selama dua jam seperti saat ini.

"Kamu nggak ngerasa aneh istri kamu itu selalu menjalani terapi berdua saja dengan therapist nya?" Seorang wanita cantik duduk di sebelahnya dan bertanya.

Darren sudah lelah sebenarnya menolak kehadiran wanita tersebut, tetapi dia sangat kekeuh. Seperti sekarang ini, selalu mencari celah membuat riuh di antara hubungan Darren dan Joya.

"Tidak ada yang aneh. Setiap orang memiliki Me Time termasuk saat ia ingin menjalani therapy, juga saat seseorang ingin sendiri saja menunggui istrinya tanpa diganggu." Jawab Darren acuh.

Tatiana tersenyum lebar. "Kenapa? Kamu ngerasa terganggu karena takut hati kamu goyah?" Tanya Tatiana penuh percaya diri.

"Tidak, aku tidak takut pada hatiku, tetapi aku takut kalau kehadiran kamu saat ini bisa membuat hati wanita yang ku cintai terluka."

"Kamu berlebihan." Ucap Tatiana kesal.

"Hmmm, mungkin karena aku terlalu mencintainya." Ucap Darren mengulum senyum dengan sorot mata penuh cinta yang dulu tertuju untuknya.

Tatiana menahan perih di hatinya, masih mencintai orang yang tidak lagi mencintai dirimu merupakan hal yang sangat menyakitkan, tetapi ini juga karena kesalahannya sehingga ia tak punya pilihan lain selain menahan rasa sakit demi merebut cinta Darren kembali.

Joya keluar dari ruang therapy bersama dengan therapist-nya yang mendorong kursi rodanya. Ia merasa tidak nyaman melihat Tatiana duduk berdua saja dengan Darren. Tetapi ia tentu tidak boleh jadi wanita yang posesif. Joya harus belajar percaya diri, jika Darren sekarang mencintainya.

Darren berdiri menyambut Joya yang dibalas senyum hangat Joya. Joya tidak mau membuat Darren tidak nyaman dengan sikap cemburuannya yang malah akan menguntungkan Tatiana.

"Bagaimana perkembangan Joya, Mbak Calissta?" Tanya Darren pada therapist Joya.

"Sejauh ini baik, dia juga semakin percaya diri meskipun masih dalam proses beradaptasi."jawab Calissta.

"Setahu saya keterlibatan keluarga terutama dukungan suami sangat dibutuhkan saat therapy tetapi kenapa kok kamu nggak mengijinkan Darren menemani kamu ya? Apa ada yang kamu rahasiakan atau tutup-tutupi Joya?"

Wajah Joya seketika berubah tegang. "Apa yang harus aku tutupi di hadapan suamiku?" Joya menjawab pertanyaan Tatiana dengan pertanyaan balasan yang menegaskan status Darren.

Seperti biasanya Tatiana tidak mau kalah. "Misalnya kamu sebenarnya nggak mau therapy atau..." (Tatiana menggantung ucapannya menatap kedua kaki Joya sekilas) "Kamu pura-pura cacat barangkali demi mendapatkan Darren." Sambungnya.

"Dokter Tatiana jangan sikap anda!" bentak Darren.

"Maaf mbak, kami akan pulang sekarang." Ucap Darren kepada Calissta lalu mengambil alih gagang kursi roda Joya dan meninggalkan Tatiana.

"Kamu harus hati-hati dengan wanita yang mau melakukan apapun demi mendapatkan cinta Darren! Dia bisa saja melakukan apapun, termasuk menipu kamu!" ucap Tatiana kesal ditinggal begitu saja.

Sementara itu Darren tetap mendorong kursi roda Joya menuju keluar rumah sakit tanpa peduli ocehan mantan kekasihnya.

Joya menggigit bibir bawahnya dengan hati berdebar. Ucapan Tatiana benar-benar mengerikan. Bagaimana jika Darren percaya?

My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang