PROLOG

18.5K 1K 20
                                    

CERITA SAYA REVISI DAN PUBLISH ULANG. TERIMAKASIH ATAS PENGERTIANNYA.

***

Tempat ini membosankan.

Itulah kesimpulan yang dirasakan Joya saat ini. Bagaimana tidak, diantara kebanyakan orang yang hadir di tempat tersebut, semuanya memakai jas putih sama seperti yang dikenakan ibunya. Mungkin yang tidak memakai jas putih hanya beberapa orang saja.

"Hai Joy... Apa kabar sayang?"

"Baik tante." jawab Joya menyambut hangat sapaan seorang wanita yang ia kenal sebagai rekan kerja ibunya sebagai dokter. Tapi Joya sama sekali nggak ingat dengan namanya.

"Sendirian aja? Ini kan acara penghargaan buat Mama kamu sebagai dokter anak terbaik dan terfavorit. Masa kamu nggak gabung sama yang lain?"

Males tante, gue sih bangga jadi anaknya Mama Aya, tapi buat acara kayak begini? Lebih asyk clubbing, disini ngebosenin. Joya menjawab dalam hati.

Wanita yang menyapa Joya tak mendengar jawaban apapun kecuali hanya sebuah senyuman berjuta makna.

"Tante sudah lama mau kenalin kamu sama anaknya tante. Dia dokter juga, dokter spesialis mata." Kata wanita itu lagi.

Joya tersenyum sekenanya. Sumpah, hal terakhir yang ia pikirkan dalam dunia ini adalah hal-hal berbau perjodohan yang diawali dengan -mau kenalin kami sama-.

"Ehm, maaf tante, Joya mau ke sana sebentar." Pamitnya sopan.

Sopan? Tentu saja, ia dididik oleh seorang wanita berpendidikan yang berprofesi sebagai dokter anak terbaik yang termasuk dalam golongan lembut dan penyayang, pada anak orang terutama anak sendiri.

Masalahnya, gen sang Papa mendominasi dirinya, Joe Hansen, pengusaha properti yang slenge'an meski usia sudah tak muda dan jahilnya minta ampun sehingga ia tumbuh besar dengan sifat yang diwariskan sang Papa.

Periang, agresif, cantik, ekspresif juga suka tantangan. Sifatnya lebih mirip dengan aunty Adriana-nya saat muda, karena sifat sang Papa dan adik Mamanya itu memang tak jauh berbeda.

Joya menyapu pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sama sekali tak ada yang menarik perhatiannya.

Ralat...

Di arah sudut ruangan ini ada seseorang yang berhasil mencuri perhatiannya. Seorang pria tinggi, tampan, berkaca mata, dengan aura yang sangat dingin.

Joya memperhatikannya beberapa saat, bagaimana beberapa perempuan mendekatinya- mengajak ngobrol (tapi tak dipedulikan sama sekali)- lalu menyerah- pergi.

Yah, dia sekarang mulai penasaran pada sosok itu. Pada pandangan pertama pun pria itu telah mampu membuatnya tertarik. Salahkan Joe Hansen yang menurunkan sifat sanguin padanya. Joya paling tidak suka melihat orang yang menyendiri.

Dengan anggun, gadis 26 tahun itu berjalan menuju target. Ia yakin, tak ada satupun pria yang mampu menolaknya. Terbukti selama ini ia selalu jadi pusat perhatian pria. Ia perempuan yang hampir sempurna sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan.

Joya cantik, bertubuh seksi, pintar, terpelajar, sukses dengan bisnis fashionnya, anak orang kaya, dan jangan lupa dia juga cucu orang kaya. Dia punya segalanya dan mampu melakukan banyak hal kecuali urusan pekerjaan perempuan. Jangan tanya cara mencuci piring, mencuci pakaian, apalagi masak padanya. Joya tak bisa melakukan satupun.

Kalau urusan itu semua bisa ditemukan pada sosok adiknya Libra Lefrando Hansen. Dia suka sekali memasak, tapi catat ia pria sejati loh, terlalu pria malah sampai-sampai dijuluki playboy.

"Hai... Nama gue Joya. Gue anaknya dr.Aryana dan pengusaha properti Joe Hansen." perempuan muda nan cantik itu mengulurkan tangannya pada seorang pria berjas putih berkaca mata yang sejak beberapa saat lalu mencuri perhatiannya.

Sedetik-dua detik-lebih dari sepuluh detik.

TIK.TOK.TIK.TOK.TIK.TOK. --- Joya merasa seperti mendengar nada itu di telinganya dengan tangan yang masih terulur tanpa sambutan sama sekali. Pria itu hanya diam tak merespon dengan ucapan juga gerakan. Hanya diam menikmati minuman juga memainkan ponsel di tangan kanannya. Ini kali pertamanya tak mendapat sambutan lebih dari 10 detik. Biasanya sebelum sampai hitungan ke sepuluh ia pasti mendapat respon.

Lalu tepat pada detik ke 35 yang dihitung Joya dalam hatinya, pria yang ia ajak berkenalan berdiri dari tempat duduknya lalu beranjak pergi meninggalkan gadis itu tanpa sambutan apapun.

Joya menatap tangannya sendiri, kemudian tatapannya berpindah pada sosok pria yang telah berlalu dengan dinginnya meninggalkan dirinya.

"Gue bakal bikin cowok dingin kayak loe jadi hanget... kalo perlu panas sekalian!" teriaknya tak perduli dilihati oleh banyak pasang mata.

Aryana  menatap pada putrinya yang sedikit membuat keributan tapi karena hanya sesaat ia kembali ngobrol dengan suami dan rekan sesama dokter lainnya.

"Joya sudah kenal sama anak tante?"

Joya menoleh pada asal suara dan menatap pada wanita yang ternyata sempat menyapanya beberapa waktu lalu.

"An-naak?"

"Iya. dr.Darren Atmaja, Sp.M. Dia anak tante yang mau tan-"

"Mau... Mau dikenalin sama anaknya yang itu kan? Kenalin aja tante. Saya bersedia dikenalin. Dijodohin juga nggak keberatan." Kata Joya terus terang.

Pernyataan itu tercetus begitu saja, karena entah kenapa sosok yang bernama Darren itu membuatnya penasaran, dan tidak ada yang bisa membuat Joya berhenti saat ia sudah penasaran akan sesuatu.

"Beneran mau dijodohin sama Darren?" Wanita itu tampak begitu bahagia. Kening Joya jadi berkerut. Ia menatap curiga.

"Kok tante senang banget saya mau dikenalin dan dijodohin sama anak tante? Ehm, anak tante normal kan? Dia nggak bengkok kan tan-te?" Dengan kurang ajarnya mulut Joya menanyakan itu.

Ekspresi wajah wanita paruh baya itu tampak suram. Joya jadi tidak enak hati karena pertanyaannya.

"Dia nggak seperti itu. Setahu tante dia normal hanya..." Wanita itu menggantung kalimat membuat Joya menyipit kan sebelah matanya.

"Dia normal sebagai lelaki kok tetapi hatinya aja yang bermasalah. Anak tante pernah gagal dan sejak itu dia jadi lelaki yang tak pernah lagi mau mengenal perempuan. Tante tahu kamu pribadi yang hangat dan ceria, tante berharap kamu bisa jadi warna dalam hidupnya nak."

Oh my God... Ini mak-mak terus terang sekali ya pemirsa. Ga takut gue ilfeel gitu sama anaknya karena curhatannya? Joya berucap dalam hati.

Sebaiknya gue tolak aja deh... Lagi Joya berucap dalam hati. Tapi saat ia sekali lagi menatap ke arah pria itu, pria pertama yang mengabaikannya, juga wanita yang tampak rapuh ini, spontan saja ia menjawab...

"Saya kayaknya tertarik sama anak tante." Joya tersenyum.

Wanita itu tampak begitu lega dan tersenyum lebar pada Joya. Joya tidak tahu betapa rumit hari esok setelah ia mengucapkan kalimat persetujuannya ini.

Ia tidak tahu seberapa parah luka kasat mata Darren. Ia tidak tahu betapa susahnya menghadapi pria koleris dengan masa lalu kelam itu. Yang ia tahu, lelaki itu harus bertanggungjawab karena telah membuat seorang Joya PENASARAN.

----

Yang PENASARAN boleh di vote donk... Biar Mak semangat. 😘

My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang