Cerita sudah saya REVISI ya... SILAHKAN BACA ULANG.
-
-
-Joya membuka matanya. Seketika pandangannya memutar sehingga ia putuskan kembali menutupnya. Perutnya mual. Kepalanya sakit sekali.
Ach, efek alkohol memang luar biasa. Joya sampai meringis.
Setelah beberapa saat kesadarannya mulai normal meskipun masih pusing, mual dan haus--tenggorokannya kering sekali, namun ia berusaha duduk di ranjang.
"Ach..." Keluhnya memijit pangkal hidungnya. Ia sering clubbing tapi hampir tak pernah mabuk, kecuali jika ada Virgo baru ia berani sedikit mabuk karena akan ada adiknya yang menjaganya tapi itupun tidak pernah separah ini. Semalam dia benar-benar gila karena marah.
Joya lalu mencoba membuka mata menatap sekelilingnya. Hal pertama yang terbersit dalam ingatannya ketika sadar adalah Darren meninggalkannya bersama Paulo.
Tiba-tiba Joya teringat Paulo, terakhir ia minum alkohol bersama pria itu, ia bahkan rela terbangun dalam posisi telanjang di pelukan pria itu karena frustasi atas sikap Darren. Tetapi itu kemarin malam, kalau saat ini ia tak rela sama sekali.
Joya lalu memeriksa tubuhnya dan melakukan gerakan kegel di bagian sensitifnya. Tidak perih artinya ia masih perawan. Pakaiannya masih utuh dan ia sedang berada di ranjang dalam kamar seseorang. Kamar yang asing, entah kamar siapa. Tapi setidaknya apa yang ia cemaskan tidak terjadi. Joya menghela nafas lega.
Ia lalu berjalan keluar kamar. Ia harus tahu sedang berada dimana saat ini. Seketika matanya membelalak. Ia tahu berada dimana sekarang.
Ini apartemen Darren!!!
---
Joya senyum-senyum gaje dengan pipinya yang bersemu merah merona seperti buah tomat, sambil menikmati sarapan yang dihidangkan di meja pantry.
Pria yang berada di hadapannya saat ini memang hanya diam dan tak bersikap ramah tapi tetap saja senangnya Joya luar biasa. Karena pria ini adalah Darren!!!
Dia berada di apartemen lelaki itu, tidur di ranjangnya dan disediakan sarapan juga. Aaaawwww!!! Senangnya hati Joya.
Joya berusaha mengingat kejadian semalam tetapi ia tidak ingat sama sekali. Akhirnya ia putuskan mengabaikan hal tidak penting tersebut dan menikmati apa yang ia rasakan saat ini.
Bahagia. Hihihi. Kalian tahu apa itu bahagianya orang jatuh cinta bukan? Berbunga-bunga... Ach, Joya jadi ingin melupakan niatnya untuk menyerah kemarin. Joya bisa merasakan aura memanas di pipinya dan senyumnya yang terus mengembang.
"Kamu... Atau Paulo yang mengantarkan aku kemari? Atau, alam bawah sadarku yang membawaku ke sini?" Joya bertanya hati-hati masih sambil senyum-senyum.
Darren tak menjawab sama sekali.
"Selesaikan makanmu lalu aku antar pulang. Mama dan Papa mu pasti cemas tuan putrinya tidak pulang dan menginap di apartemen lelaki." Ucap Darren beberapa saat kemudian.
"Loh memang apa salahnya? Toh ini rumah kekasih ku... Lagipula aku tidak merasakan perih di bagian sensitif ku artinya aku masih perawan." Jawab Joya.
"Uhuk-uhuk..." Darren keselek makanannya sendiri dan wajahnya seketika memerah.
Kening Joya mengerut. "Ada apa? Semalam aku tidak berbuat aneh kan?" Tanyanya lagi.
Darren menyeka mulut setelah meminum air mineral.
Dia kelewat polos atau tidak sensitif sama sekali membicarakan hal ini pada pria? Rutuk Darren dalam hati.
"Ku tunggu di basemen." Katanya lalu beranjak dan meraih tas dokternya juga jas putih yang menurut Joya membuat penampilan Darren semakin terlihat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)
Любовные романыDewasa 21+ "Hai... Nama gue Joya. Gue anaknya dr.Aryana dan pengusaha properti Joe Hansen." perempuan muda nan cantik itu mengulurkan tangannya pada seorang pria berjas putih berkaca mata. Sedetik-dua detik-lebih dari sepuluh detik. TIK.TOK.TIK.TOK...