2

7.6K 794 33
                                    

CERITA SAYA REVISI DAN PUBLISH ULANG. MOHON BANTU JIKA MENEMUKAN TYPO. TERIMAKASIH ATAS PENGERTIANNYA.

***


Darren menghela nafasnya. Ia berada di lantai 28 gedung apartemen nya sambil menikmati secangkir kopi instan dan memandang langit malam.

Perjodohan...

Itulah yang selalu ia hindari. Terhitung sejak kejadian 'itu', ia sudah menghadapi 5 kali perjodohan, dan ini yang ke 6 kalinya, dengan seorang anak orang kaya sekaligus anak dari dokter terbaik di rumah sakit tempatnya bekerja yang bernama Joya.

Darren tahu benar, Joya itu memiliki segalanya. Materi, kecantikan, kasih sayang... Segalanya yang sudah sepatutnya dimiliki seorang putri dari keluarga konglomerat yang harmonis.

Bahkan mungkin, jika ia menikahi putri sulung Joe Hansen tersebut, ia bisa minta dibangunkan sebuah rumah sakit khusus mata. Tapi sayangnya, ia bukan lelaki gila harta.

Harta bahkan sudah menghancurkan hidupnya... Ya... Harta...

Sejak hari 'itu' tak pernah sekalipun lagi Darren bangga akan kehidupannya. Ia bahkan malu. Dan hari ini, ia kembali diingatkan akan hari 'itu'.

Ponsel Darren berdering untuk yang kesekian kali. Nomer asing, dan ia abaikan. Darren seolah bisa tahu siapa penelepon asing itu. Yah... Asing. Seorang Joya sungguh asing baginya.

7 tahun hidupnya sempurna dalam kesunyian, tak ada yang mampu merusaknya. Tapi entah kenapa, dia yakin, jika Joya berbeda dari perempuan-perempuan sebelumnya yang dijodohkan sang Mama padanya. Ada sesuatu dalam diri Joya yang akan membuat kedamaian nya selama ini hancur.

Dering panggilan berhenti berganti dengan nada sms masuk.

SMS?

Ya. Darren memakai ponsel jenis jadule. Ngga jadul amat sih, tapi dia tidak menggunakan aplikasi seperti kebanyakan yang sekarang.

Jangan katakan dia kuno. Jangan katakan dia tidak bisa mengikuti zaman. Bukan, bukan itu alasannya. Hanya ponsel yang ia pakai sekarang terlalu berharga untuk diganti dengan ponsel apapun, dan sayangnya belum ada aplikasi wa, Ig dan lainnya di ponsel tersebut.

Besok, aku tunggu kamu di butikku. Aku udah minta desainerku buat merancang pakaian yang cocok buat acara pertunangan kita.

See you Darren. :)

Darren mendesah tak berniat membalas pesan sms tersebut. Tak lama dering ponselnya kembali berbunyi, kali ini dari sang Mama. Meskipun malas, tetap ia jawab panggilan sang ibu.

"Ya ma."

"Joya udah hubungin kamu belum?"

"Ma... Please. Tolonglah."

"Mama mohon Darren. Kali ini yang terakhir. Jika yang ini gagal, jika kamu tetap tak bisa membuka hatimu, mama janji menyerah."

"Ma tolong. Berhenti."

"Yang terakhir Darren... Mama mohon. Mama mohon sayang. Demi Mama, lupakan semua, kamu bisa mulai dari nol lagi."

"Tapi Ma..."

"Mama harus minta maaf berapa kali lagi Darren. Kalau Mama tahu akan jadi seperti ini, Mama pasti-"

"Stop...! Hentikan. Baiklah. Kali ini, untuk yang terakhir kali. Tapi, aku tidak ingin acara pertunanganku diketahui orang lain. Cukup Mama, perempuan itu dan keluarga inti mereka. Tanpa pesta apapun, tanpa undangan yang lainnya. Dan satu lagi..." Ucap Darren membuat jeda.

My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang