CERITA SAYA REVISI DAN PUBLISH ULANG. MOHON BANTU JIKA MENEMUKAN TYPO. TERIMAKASIH ATAS PENGERTIANNYA.
1 Januari 2022 Selamat Tahun Baru ya semuanya....
ini editan terbaru ya sesuai Novel yang udah aku revisi agak beda isinya dengan sebelumnya tapi inti cerita tetap kok shay...
bentar lagi finish kok... maaf slow update ya....
***
Darren tampak diam saja meskipun menuruti semua perintah Joya. Ada seorang pria kemayu yang sedang mengukur tubuhnya untuk dibuatkan setelan jas dan celana yang rencananya akan dipakai untuk acara pertunangan mereka minggu depan.
Lagi-lagi, bagi Joya ini adalah awal yang baik, kala Darren mau mengikuti keinginannya meskipun dalam keadaan terpaksa. Ia yakin lama-lama pasti ia akan bisa meluluhkan hati Darren.
"Mau kemana?" Tanya Joya saat Darren bergegas pergi dari butiknya setelah selesai melakukan pengukuran.
"Aku tidak ada urusan lagi di sini."ucapnya singkat tetapi Joya menahan sebelah tangannya.
"Kita dinner habis aku tutup butik ya. Setengah jam lagi aku tutup kok. Karyawanku lagi beres-beres." Kata Joya.
Darren berusaha meloloskan tangannya dari genggaman Joya.
"Aku tidak lapar."
"Darren, please... aku laper. Aku nungguin kamu berjam-jam di rumah sakit, aku bahkan belum makan siang cuma demi nungguin kamu."
"Aku tidak meminta mu menunggu." Ucap Darren dingin lalu pergi.
Ach..., perihnya ulu hati Joya. Iya kira sudah ada harapan antara ia dan Darren ternyata tidak. Pria itu cuma menurut, tetapi tidak memiliki empati apalagi simpati padanya.
"Mbak Joya yakin mau nikah entar sama itu cowok?" Tanya Tasya, nama panggilan dari pria kemayu yang bekerja di butiknya. Nama aslinya adalah Tamrin Syaputra tetapi ia singkat jadi Tasya.
"Kenapa emangnya? Calon lakik gue ganteng kan?" Tanya Joya.
"Ganteng sih, tapi serem. Kok mau sama cowok dingin amit-amit gitu ih? Gue mah ogah." Ucap Tasya dengan gerakan tubuh nya yang gemulai.
"Hmmm, soalnya dia..." Joya terdiam. Ia juga tidak tahu kenapa bisa sampai sejauh ini, tetapi akhirnya ia tersenyum dan menjawab, "...bakal gue buat jadi bucinnya gue... hehehe..."ucap Joya.
Ia teringat saja, gimana Papanya bucin banget ke Mama nya, hmmm, ingin rasanya punya pria yang mencintai diri kita tulus sepenuh hatinya.
---
Seminggu sudah berlalu dan akhirnya setelah perjuangan yang bisa dikatakan entah datang dari mana keberanian nya, saat ini Joya dan Darren resmi bertunangan.
Senyum merekah diwajahnya mewakili betapa bahagia Joya saat ini. Sebelas dua belas dengan senyum di wajah calon Ibu mertuanya.
Ia terus tersenyum sambil memandang cincin emas putih di jari manisnya. Cincin yang dibelikan oleh Darren dengan terpaksa. Kenapa terpaksa? Karena Joya ngotot ingin Darren yang memilih dan membelinya. Pilihan Darren. Harus. Joya hanya memberi tahu ukuran jarinya saja dan mengharuskan pria itu membelikan cincin pertunangan mereka.
Dan, meskipun cincin itu jauh lebih murah dari harga deretan koleksi perhiasan yang ia miliki, tapi saat ini cincin tersebut adalah yang paling mahal sekaligus berharga baginya.
Darren sendiri tak menyangka jika Joya, perempuan yang pastinya mampu membeli puluhan bahkan ribuan cincin murah seperti yang ia belikan itu malah tampak sangat menghargainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)
RomantikDewasa 21+ "Hai... Nama gue Joya. Gue anaknya dr.Aryana dan pengusaha properti Joe Hansen." perempuan muda nan cantik itu mengulurkan tangannya pada seorang pria berjas putih berkaca mata. Sedetik-dua detik-lebih dari sepuluh detik. TIK.TOK.TIK.TOK...