"Sedang apa kalian berdua?" Tanya Darren dan seketika Joya dan Paulo saling melepas, Paulo bahkan bangkit berdiri dan mundur beberapa langkah menjauhi Joya.
"Astaga man... Loe bikin jantung gue hampir meledak karena terkejut. Ya ngapain lagi, sesi curhat lah." Ucap Paulo berusaha menjawab Darren setenang mungkin. Kejadian tadi bisa saja menimbulkan kesalahpahaman.
Darren masih menatap penuh kemarahan pada Paulo, ekspresi yang hampir tak pernah muncul di wajah Darren selama ini, selama mereka bersahabat kecuali saat Tatiana pergi meninggalkannya dulu.
"Joya tadi denger gosip enggak enak terus gue bilang tutup telinga loe setiap ada omongan yang nyakitin hati. Kenapa? Loe kira gue mau ngapain?" Tanya Paulo dengan senyum mengejek. Padahal ia sendiri tahu ada perasaan aneh yang mulai mengusik di hatinya. Perasaan yang tidak seharusnya hadir tanpa seijinnya, namun sayangnya tak mampu ia kendalikan.
Darren mengatur emosinya, lalu menatap Joya. Di kecupnya singkat kening Joya tanpa izin.
"Aku nyariin kamu kemana-mana." Ucapnya lembut. Joya menghindari tatapan Darren.
Darren mendorong kursi roda Joya keluar dari ruangan Paulo.
"Thanks ya bro udah nemenin tunangan gue..." Sindir Paulo karena Darren tak mengucapkan apapun tapi Darren cuek tak menggubris. Ia masih tidak terima dengan kejadian beberapa saat lalu. Darren tak lagi suka jika Joya dekat dengan pria manapun lagi selain dirinya.
"Aku mau kembali ke kamar." Kata Joya singkat.
"Tapi Joya..."
"Please Darren. Aku mau sendiri, untuk saat ini." Kata Joya tegas.
Darren tahu ia tidak akan bisa melawan Joya. Gadis itu adalah gadis paling keras kepala yang pernah ia kenal. Tapi, itu juga yang membuatnya saat ini tidak bisa melepas Joya. He can't let her go from his life.
"Baiklah." Kata Darren. Darren mendorong kursi roda Joya ke kamar rawat inapnya.
Saat Tatiana pergi dulu, ia terluka, ia hancur, merasa tidak dipercayai sebagai lelaki, merasa disepelekan. Tapi meskipun hancur dan sulit menerima perempuan lain karena takut mengalami hal sama, satu sisi hatinya yakin jika Tatiana suatu hari akan kembali. Dan dia menunggu.
Tapi semua berubah karena seorang Joya.
Gadis angkuh, penuh percaya diri, dan keras kepala, putri konglomerat yang tidak pernah mendapatkan penolakan, yang manja namun membuatnya merasa dibutuhkan, yang keras kepala namun tampak manis. Gadis itu membuatnya takut. Takut jika ia mungkin akan berhenti menunggu Tatiana. Dan sialnya saat ia putuskan berhenti, Tatiana yang sudah tidak ditunggu malah muncul.
Darren memang labil, tapi kecelakaan yang dialami Joya membuatnya sadar, jika ia tidak akan pernah sanggup melepas Joya. Ia tidak akan pernah bisa melepas Joya. Sebab Darren tahu, jika ia melepaskan Joya, gadis itu tidak akan pernah kembali. Joya tidak akan datang lagi, karena dia adalah Joya yang berprinsip. Jadi, sebelum hal itu terjadi, ia akan bertahan dan membuat Joya yakin tetap di sisinya, menikah dengannya.
Darren menggendong Joya dan membaringkannya di ranjang. Ia membenarkan selimut gadis itu menutupi bagian bawah tubuhnya lalu duduk di sisi kanan ranjang Joya dan menatapnya.
"Katakan padaku, jangan katakan pada orang lain, apalagi pria lain semua hal yang menjadi beban pikiran dan hatimu, apapun yang jadi keluh-kesah mu adalah milikku juga." Kata Darren sambil menggenggam tangan kanan Joya.
Joya diam saja namun ia menarik tangannya perlahan membuat hati Darren mencelos mengingat beberapa saat lalu, Joya dan Paulo saling bersentuhan tangan tapi Joya tak keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)
RomanceDewasa 21+ "Hai... Nama gue Joya. Gue anaknya dr.Aryana dan pengusaha properti Joe Hansen." perempuan muda nan cantik itu mengulurkan tangannya pada seorang pria berjas putih berkaca mata. Sedetik-dua detik-lebih dari sepuluh detik. TIK.TOK.TIK.TOK...