19

5K 621 36
                                    

Joya gugup bukan main. Ini adalah apa yang ia impikan sejak awal, menikah dengan Darren. Tapi ia bingung apakah memang semua akan baik-baik saja.

Joya belum yakin sepenuhnya, namun melihat semua keluarganya mendukung Darren, dan pria tampan itu juga menatap penuh harap dan memohon, akhirnya dia tak bisa menolak lamaran Darren. Dia ingin jadi istri Darren. Sejak awal. Joya pun mengangguk lalu menerima buket bunga dari Diana.

Darren berseru YESS di sana, menatapnya dengan tatapan haru dan bahagia. Ini memalukan sih sebenarnya, di saksikan oleh beberapa pengunjung rumah sakit, disaksikan oleh staf dokter dan pegawai yang sedang tidak bertugas.

"Joya, I Love You!!!" Seru Darren disambut seruan yang lainnya karena si Dokter dingin nan kaku ternyata bisa romantis juga.

Joe mendorong kursi roda Joya menuju ke taman. Di sana ternyata sudah menunggu para tamu undangan. Ah, bagaimana jika iya berkata tidak, pasti Darren akan malu sekali hari ini.

Meskipun hanya berpenampilan sederhana, semua orang mengakui jika Putri satu-satunya Joe Hansen tersebut sangatlah cantik dan anggun.

Joe menyerahkan Joya kepada Darren, lalu mereka berdua menghadap Pendeta di depan altar yang sudah diaturkan.

Semuanya tersenyum lega dan berharap yang terbaik bagi pernikahan mereka.

---

Ini bukan pertama kali bagi Joya berada di apartemen Darren. Hanya saja, saat ini statusnya berbeda. Dia sekarang seorang istri dari pemilik apartemen tersebut.

"Selamat datang istri ku. Sementara sampai kita pindah ke rumah, kita akan tinggal di sini. Aku tahu kamu lebih suka rumah daripada apartemen, tetapi tidak apa kan kita sementara di sini? Kalau tidak nyaman kita bisa tinggal di rumah keluarga kamu." ucap Darren.

Joya menggelengkan kepalanya. "Aku akan berada dimanapun kamu berada." Ucapnya.

Darren tersenyum bahagia. Joya memang sangat pengertian. Ia lalu mencium keningnya lembut.

"Aku ke dapur sebentar." Tak lama, Darren datang dari arah dapur, dia tersenyum membawakan minuman pada Joya yang menunggu di ruang tamu.

"Maaf, aku merepotkan." Kata Joya menerima minuman tersebut.

"Hmm... Sejak awal kamu memang sudah merepotkan. Sudah disuruh pergi tetapi selalu kembali. Sudah ditolak tetapi tak mau menyerah. Jadi kalau sekarang kamu baru menyadarinya--" Darren menggantung kalimatnya sambil menatap Joya lalu tersenyum manis.

"--kamu terlambat." Kata Darren menjepit hidung Joya gemas.

"Aw..." Joya meringis menyentuh hidungnya.

"Aku mau dengar 'aw' yang lain dong..." Goda Darren mencondongkan wajah ke arah Joya membuat Joya terbelalak.

Astaga... Joya sungguh tak terbiasa dengan sisi Darren yang seperti ini. Tak menduga jika pria dingin serba cuek dan kaku itu bisa bersikap kekanak-kanakan dan mesum.

Wajah Joya sampai merah padam.

"Apa aku benar-benar merepotkan Darren?" Joya kembali bertanya.

"Hmm... Dan karena itu aku tidak bisa kehilangan kamu. Aku selalu cemas, dan tidak yakin jika ada orang lain yang bisa menangani kamu sebaik diriku. Semua yang ada di dirimu selalu membuatku bahagia sekaligus cemas." Kata Darren menatap mata Joya intens.

Wajahnya mendekati wajah Joya hingga bisa merasakan nafas gadis itu di wajahnya.

"Kenapa cemas? Karena aku cacat?" Tanya Joya dengan suara pelan yang hampir tak terdengar.

My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang