CERITA SUDAH SAYA REVISI DAN PUBLISH ULANG. MOHON BANTU JIKA MENEMUKAN TYPO. TERIMAKASIH ATAS PENGERTIANNYA.
***
Masak... Oh no. Jangan suruh pekerjaan rumah apapun pada Joya jika kalian tidak ingin terjadi bencana. Ia Seperti pagi ini, dengan santainya ia tersenyum manis padahal satu rumah sudah dibuat heboh.
Joya yang berniat membuatkan sarapan buat sang tunangan, malah berakhir dengan insiden yang hampir membumihanguskan rumahnya.
"Papa mohon... Kamu jangan ke dapur. Jangan... Sekali pun jangan coba memasak lagi, apalagi buat tunangan kamu yang nggak jelas itu." Kata Joe masih memegang tabung pemadam api. Nafasnya masih terengah-engah karena habis memadamkan kebakaran kecil di dapur rumah. Joya menggigit bibirnya sambil jempol kaki kanannya diketuk-ketuk di lantai.
"Joya kan niatnya baik Pa. Belajar masak kan bentar lagi mau menikah. Mau jadi istri seseorang." Kata Joya membela diri.
Pagi ini Joya bangun jam 5 pagi. Rekor bangun tercepat seumur hidupnya, karena ia biasanya bangun sekitar jam 9 pagi. Ia lalu ke dapur mengambil bahan-bahan sesuai resep yang dipilihnya di gugel.
Sebenarnya ia sulit membedakan beragam jenis bahan dapur, jadi ia pilih satu persatu kemudian disesuaikan dengan gambar yang ia searching di gugel.
Lalu dia mulai menyalakan api kompor gas, yang baru pertama kali ia sentuh juga, menaruh wajan di atasnya dan minyak goreng. Namun saat menggoreng sosis ia menjerit karena terciprat sedikit minyak ditambah wajan yang terlalu panas dengan minyak yang tak sebanding.
Alhasil sosis mulai menghitam, asap mulai kelihatan dan api mulai membesar, jeritan Joya memenuhi dapur bahkan seisi rumah dikuasai suaranya disambut para pembantu yang dilarang membantunya masak. Masakan pun hangus dan kebakaran kecil pun terjadi di rumah Joe Hansen akibat ulah putri sulungnya.
"Maaf Pa... Ma... Joya cuma mau buatin Darren masakan dari tangan Joya sendiri. Joya mau jadi perempuan paling sempurna buat Darren." Ucapnya polos sambil menunduk.
Aya iba kemudian berjalan mendekati putrinya dan memeluknya. Ia mengusap punggung Joya penuh kasih.
"Perempuan tidak harus selalu tampil sempurna untuk membuat lelaki jatuh hati padanya. Mama percaya, kalau Darren bukan tipe lelaki yang menuntut pasangannya serba bisa. Kamu cukup lakukan semuanya dengan tulus."
Joya memeluk Mamanya erat sekali merasa beruntung jadi putri Aryana. "Makasih ya Ma..." Katanya dan Aya pun tersenyum.
Joe sendiri tak bisa berkata apapun lagi. Aya sudah memperingatkan agar sebagai orang tua mereka jangan terlalu mencampuri urusan anak-anak.
---
Joya berdiri di depan pintu sebuah apartemen dengan nomer unit 38. Sudah beberapa kali ia memencet belnya namun belum juga dibukakan pintu.
Joya yakin betul jika hari ini Darren off. Dia sudah catat semua jadwal praktek lelaki itu. Tapi sudah hampir sepuluh menit ia habiskan memencet bel tapi pintu tak juga dibuka. Joya menempelkan dahinya di pintu hampir menyerah.
"Ngapain kamu disini?" Sebuah suara mengagetkannya dari arah belakang. Dengan cepat Joya memutar tubuhnya lalu tersenyum lebar.
Hampir saja ia menyerah, ternyata pemilik apartemen sedang tidak di dalam unitnya. Joya... Joya...
"Aku bawain kamu sarapan nasi goreng. Masih hangat. Bikinan Mama sih, tapi aku juga berperan kok dalam proses pembuatannya." Kata Joya mengangkat bekal makanan yang ia jinjing.
Darren melirik ke arah bekal lalu berkata, "Aku sudah sarapan sekalian beli bahan masakan tadi."
"Ohya? Emang sepagi ini ada mall yang buka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)
Storie d'amoreDewasa 21+ "Hai... Nama gue Joya. Gue anaknya dr.Aryana dan pengusaha properti Joe Hansen." perempuan muda nan cantik itu mengulurkan tangannya pada seorang pria berjas putih berkaca mata. Sedetik-dua detik-lebih dari sepuluh detik. TIK.TOK.TIK.TOK...