18

4.8K 643 43
                                    

Darren memikirkan sebuah ide.

"Selamat malam Pa, ini Darren." Sapa Darren menelepon Joe Hansen.

"Ada apa? Sudah selesai urusan mu dengan mantan mu itu?" Tanya Joe ketus. Darren bisa menebak wajah pria itu meskipun mereka berbicara melalui telepon.

Darren tidak bisa mengelak jika yang terjadi pada Joya sore ini adalah dikarenakan dirinya. Bagaimanapun, Tatiana menyerang Joya karena dirinya.

"Saya mau bertemu Papa. Saya mau melamar Joya untuk jadi istri saya."

Dada Joe tak bisa tak terenyuh. Darren memang sering mengatakan akan menikahi Joya, tapi belum melamar Joya secara resmi.

"Saya tahu saya tidak pantas mendapatkan Joya, tapi saya sungguh ingin menikah dengannya. Saya tahu, jika saya kehilangan Joya, saya tidak akan pernah bisa jatuh cinta lagi." Ucap Darren. Ia kemudian menceritakan sebuah ide kepada Joe.

Joe mendesah. "Apa saya benar-benar bisa mempercayakan Joya pada kamu?" Tanya Joe setelah mendengar ide pria yang sempat jual mahal pada putrinya tersebut. Mengingat hal itu ingin rasanya ia menendang wajah Darren.

"Tentu Pa. Saya tidak akan main-main soal Joya. Ini bukan tentang kebahagiaan Joya, tapi kebahagiaan saya. Dan kebahagiaan saya adalah bisa membahagiakan Joya di sisi saya."

"Baiklah. Temui saya malam ini. Ada yang harus saya bicarakan ke kamu. Nanti saya pertimbangkan, apakah saya setuju atau tidak dengan ide kamu."

Darren menatap layar ponsel di genggaman nya. Joe sudah memutus sambungan telepon namun ia masih terpaku. Dia harus menemui Joe mendapatkan restu pria itu untuk menikahi putrinya.

---

"Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik buat anak-anak mereka. Tak terkecuali saya dan istri saya Aryana. Prioritas kami selalu kebahagiaan anak-anak. Jadi, saat Joya memohon untuk menjodohkan dirinya dengan kamu, dengan berat hati saya memberi restu. Lalu terjadilah kecelakaan itu, saya tahu, joya tak akan sama lagi dihadapan orang lain, itu sebabnya saya bersikeras kamu harus tetap bersama Joya." Kata Joe menatap pria muda dihadapannya yang tampak tegang.

Senyum kecil terukir di wajah Joe. Teringat kembali masa-masa ia dulu harus menghadapi almarhum Alex, Papi Aryana yang begitu mencintainya melebihi mencintai anak kandung sendiri.

Saat ini, ada pria muda yang meminta hak untuk memiliki putri semata wayangnya. Hah... Sungguh berat rasanya.

"Apa yang bisa kamu berikan sebagai bukti kamu mencintai anak saya." Tantang Joe lalu bersidekap.

Darren terdiam. Secara finansial ia takkan pernah mampu melampaui Joe.

"Saya nggak tahu jawaban seperti apa yang bisa memuaskan Papa. Yang jelas apapun akan saya lakukan demi membuktikan perasaan saya sungguh-sungguh pada Joya." Jawab Darren yakin.

"Kalau begitu, bisa kamu berhenti jadi dokter?" Tanya Joe.

Mata Darren membulat hampir keluar. Jadi dokter adalah impiannya sejak dulu, tapi Joya... Dia sekarang ini juga bagian dari impiannya. Apa yang harus dia jawab? Ini menentukan masa depannya dan Joya.

"Boleh saya tahu apa alasan Papa meminta saya berhenti jadi dokter?" Tanya Darren dengan sopan meskipun ia sedikit tersinggung saat ini.

"Simple. Sejak dulu, saya berharap kalau nanti saya punya menantu dia akan bantu saya mengelola perusahaan saya. Anak saya Libra memilih menjalankan bisnisnya sendiri. Anak saya Virgo mewarisi perusahaan kakeknya. Dan Joya, hanya dia harapan saya. Lagipula, dengan penghasilan kamu sebagai dokter di rumah sakit ini, kamu tidak akan mampu membiayai semua kebutuhan Joya. Ditambah kondisi fisiknya dan pengobatan nya. Joya juga butuh rumah nyaman dia bu-"

My Man (Sequel MBA-my Beloved Aryana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang