Tak ada kesempatan berbicara kembali setelah kejadian yang membubarkan segalanya. Meski saat kesempatan itu datang pada akhirnya, tidak juga ada bicara atau mungkin memang keduanya sudah apatis hingga merasa semua akan sia-sia.
Haruskah mereka bic...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Juni 2022
Masih di awal malam, tapi Lisa hanya merebah malas dikasurnya sejak tadi sepulang kerja. Tanpa makan, ia memilih berendam lama di bathtub dan berakhir dikasur itu. Matanya belum lelap, pelupuknya bahkan masih terus terbuka sejak tadi. Ia mencoba membaca buku sambil mendengarkan lagu "How insensitive" milik Stacey Kent. Lilin aromaterapi juga sudah menyebarkan aroma keseluruh penjuru ruangan itu. Tapi semua masih serba tidak nyaman, itu yang masih dirasakan wanita itu.
Suara ponsel berbunyi, ia terlihat seketika membuka lebar matanya dengan semangat, berharap itu dari seseorang yang masih menghindar hingga hari ini. Namun melihat layar yang menyala dari jauh, ia kecewa karena tak menampilkan foto ia dan lelakinya. Berarti ini dari orang lain. Kemudian melihat siapa penelpon itu, ia sedikit terkejut.
"Hallo"
"Aku kabar baik. Bagaimana denganmu, Ayah?"
"Begitukah?"
"Sekarang?"
"Tidak perlu, aku bisa kesana sendiri, Ayah"
"Oh, baiklah"
"Ya, sampai bertemu"
Setelah menutup sambungan itu, Lisa masih duduk diam dikasurnya, ia berpikir tentang banyak hal saat ini. Namun selanjutnya segera bergegas bersiap.
Lisa yang sudah bersiap sedikit terkejut ketika membuka pintu apartemennya sendiri, ternyata seseorang yang di utus oleh lelaki yang menelponnya tadi sudah menunggunya didepan pintu untuk siap mengantarnya ke tujuan.
"Sudah siap, Nona?"
"Oh, iya" Lisa sedikit merasa kaku.
"Mari silakan, saya antarkan" lelaki matang itu menunjukkan gesture yang sopan dan elegannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.