Sehari setelah tahun baru, mereka kembali ke Tokyo. Namun keadaan Shiho tidak kunjung membaik, suhu tubuhnya begitu tinggi. Masumi panik ketika suatu pagi kesadaran Shiho menurun. Shinichi langsung menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit. Kepulangan Shiho, Michi dan Masumi ke Inggris, terpaksa ditunda lagi.
"Tidak apa-apa," kata Araide Sensei yang baru saja keluar ruangan setelah menangani Shiho, "memang ada gejala sesak napas, tapi sudah diatasi. Dengan riwayat sakit seperti itu, sebaiknya diusahakan untuk tidak pergi ke tempat-tempat yang suhunya rendah,"
"Duh ide ke Hokkaido itu adalah usulanku, kalau tahu Shiho-Chan ada sakit dingin, lebih baik pergi ke tempat lain," kata Yukiko tidak enak hati.
"Shiho tidak ingin membuat kecewa semuanya, terlebih Michi juga suka main ski. Kau tidak perlu tidak enak hati Yukiko-San," ujar Masumi menenangkan.
"Biasanya di Inggris bagaimana? Di sana kan juga dingin," tanya Yusaku.
"MI6 mengijinkan Shiho bekerja dari rumah jika musim dingin sedang memuncak,"
"Boleh kami melihat Shiho, Sensei?" tanya Shinichi.
"Boleh, tapi jangan semua. Dua dua saja yang masuk,"
Shinichi yang akhirnya masuk ruang perawatan bersama Michi. Sisanya hanya menunggu di luar dan melihat dari kaca.
"Okasan!" Michi memanggil ibunya.
Walau di bawah hidungnya mengenakan selang oksigen, Shiho tetap tersenyum melihat putrinya, "Michi..." panggilnya lembut.
Shinichi menggendong Michi duduk di tepi ranjang Shiho. Michi langsung memeluk ibunya dan menyandarkan kepalanya ke dada Shiho.
"Gomene Okasan..." isak Michi, "semua salah Michi ya... seandainya dulu Michi tidak sakit..."
"Shhh... Michi bicara apa..." gumam Shiho seraya membelai-belai rambut Michi penuh sayang, "bukan salah Michi... Okasan saja yang tidak cukup kuat..."
Shinichi menunduk dengan wajah sendu, ia merasa semua ini adalah salahnya.
Shiho menatapnya dan seolah mengerti jalan pikiran Shinichi, ia berkata, "bukan salahmu juga Kudo-Kun..."
"Shiho..."
"Jangan menangis lagi Mi-Chan. Kalau Mi-Chan nangis, Okasan juga sedih. Mi-Chan menggambar saja untuk Okasan, bagaimana?" pinta Shiho pada putrinya.
Michi akhirnya menghapus air matanya dan mengangguk. Ia mulai mengeluarkan peralatan menggambar dari tas ranselnya. Seharian itu Michi menggambar dan membacakan buku cerita untuk menghibur Shiho. Shinichi menemani mereka dan tak beranjak dari posisinya sama sekali.
"Mereka seperti keluarga," gumam Yukiko yang melihat mereka bertiga dari kaca.
"Eh," Yusaku mengiakan.
"Indah sekali," bisik Yukiko dengan mata berkilauan penuh haru.
***
Keesokan paginya, Michi kembali mengunjungi Shiho di rumah sakit sambil membawa bunga lili kesukaannya.
"Okasan! Aree?" Michi yang sudah semangat memanggil mendadak melongo melihat kamar yang kosong. Ia mencari-cari ke kamar mandi, tapi Shiho tidak ketemu juga. Ia akhirnya keluar kamar lagi untuk memanggil Shinichi yang masih mengurus administrasi.
"Otosan!" panggil Michi.
"Nani?" Shinichi menghadapi putrinya.
"Okasan kok tidak ada di kamar?" tanya Michi.
![](https://img.wattpad.com/cover/295761056-288-k282071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Falling Star
FanfictionHai! Sesuai janji, Pipi Tembam hadirkan FF CoAi/ShinShi terbaru sebagai hadiah Natal. Ada aroma thrillernya sedikit, tapi ini FF yang paling kuat mengenai ikatan keluarga kali ya hehehe... Selamat membaca! Selamat menikmati! Semoga keajaiban Natal m...