Chapter 3

1.5K 124 0
                                        


"Ohayou Otosan," ucap Shinichi yang baru turun untuk sarapan di meja makan.

"Ohayou Shinichi," balas Yusaku.

"Okasan mana?" tanya Shinichi seraya mengambil selembar roti.

"Paling sedang mengurus Michi," sahut Yusaku.

Tak lama kemudian Yukiko turun seraya menggandeng Michi.

"Mi-Chan duduk di sini saja ya, dekat Ojiichan," Yukiko menempatkan Michi di sisi Yusaku seberang Shinichi.

Shinichi berusaha untuk tersenyum pada Michi, namun Michi menunduk, tidak berani menatap wajahnya. Ia masih malu dan takut. Belum sekalipun Michi memanggilnya 'otosan.' Tapi Shinichi mengerti putrinya perlu waktu.

"Shin-Chan, hari ini okasan ingin mendaftarkan Mi-Chan di Teitan. Bagaimana pun juga Michi harus melanjutkan sekolahnya," ujar Yukiko seraya menyuapi bubur ke Michi.

"Eh, wakata," sahut Shinichi yang bersyukur ibunya lebih cepat tanggap dalam menangani masalah ini.

Entah kenapa melihat Michi yang pendiam, ingatan Shinichi melayang ke waktu beberapa tahun lalu saat Haibara Ai baru masuk di Teitan. Begitu pendiam dan tertutup. Mungkin kejadian yang tiba-tiba ini membuatnya sedikit syok. Di video yang telah dilihat Shinichi semalam, Michi sepertinya anak yang cukup ceria seperti dirinya. Shinichi harus melakukan sesuatu agar keceriaan putrinya kembali. Ia tidak ingin Michi seperti Shiho yang suka menahan perasaannya sendiri.

***

"Bagaimana Michi?" tanya Ran ketika siang harinya menemani Shinichi ke toko alat musik.

"Masih takut-takut, dia juga belum berani menatapku," gumam Shinichi.

"Beri dia waktu, kejadian ini juga terlalu tiba-tiba untuknya,"

"Ngomong-ngomong kau tidak marah lagi?"

Ran menghela napas, "aku ingin marah tapi bagaimana, aku lebih kasihan melihat Michi dan entah bagaimana nasib Shiho-Chan..."

Shinichi juga tampak gelisah, "aku juga belum mendapat kabar dari Masumi,"

"Apakah ada kemungkinan Shiho masih bisa diselamatkan?"

"Sekecil apapun kemungkinan itu, aku takkan menyerah. Michi sangat membutuhkan Shiho. Aku harus membawa Shiho kembali demi Michi,"

"Eh," Ran menyetujui, "tanpa ibu di usia sekecil itu sungguh menyedihkan, aku jadi teringat waktu aku kecil dan Okasan pergi dari rumah... Itu saja sudah sedih..."

"Eh. Aduh aku mau pilih yang mana ini?" gumam Shinichi saat melihat biola-biola bergantungan.

"Aku mana tahu. Aku tidak mengerti biola. Yang ini bukankah kecil dan cocok untuk Michi?" tanya Ran seraya menunjuk sebuah biola kayu.

"Hmmmm... Shiho sangat classy... Michi juga pasti begitu... tidak-tidak..." Shinichi berjalan lagi di antara deretan biola kecil yang bergelantungan.

"Kau saja yang pilih lah kalau begitu," kata Ran seraya mengikutinya.

Shinichi berhenti pada sebuah biola kecil transparan seperti kaca dan ia tersenyum puas. Tanpa pikir panjang ia membeli biola itu.

***

Ketika sampai di rumah sore harinya, Shinichi menemukan Michi sedang dipangku Yusaku di sofa ruang tamu. Yusaku membacakan novel Sherlock Holmes dan Michi tampak menyimak dengan baik.

"Lho kau pulang cepat Shin-Chan?" tanya Yukiko.

"Eh. Bagaimana Michi?" tanya Shinichi.

"Dia sudah okasan daftarkan di Teitan, lusa bisa mulai sekolah. Lalu seharian dia duduk diam saja murung sampai akhirnya ayahmu menghampirinya dan membacakannya cerita. Ternyata dia suka juga cerita misteri," jelas Yukiko.

The Falling StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang