Chapter 5

1.2K 99 0
                                    


"Tanabata pertama Michi..." terdengar suara Masumi yang merekam momen Tanabata pertama Michi.

Shinichi melihat Shiho menggendong Michi untuk menggantungkan permohonannya pada pohon permintaan untuk festival Tanabata. Dengan tangan mungilnya, Michi menggantungkan kertas permohonannya pada sebuah ranting pohon.

"Yeaaa!" Masumi bersorak.

"Michi minta apa?" tanya Shiho.

"Itu... Michi minta supaya Otosan cepat pulang..."

Terlihat mata Shiho mengerjap dan berkaca-kaca. Masumi juga sampai terdiam.

"Otosan pasti pulang kan Okasan?" tanya Michi.

"Eh," Shiho hanya menyahut pendek seraya mengecup pipi tembam putrinya.

Setiap melihat video-video itu, hati Shinichi selalu merasakan kepiluan. Ia begitu iri, betapa ia ingin ikut terlibat dalam pertumbuhan Michi. Hanya bisa melihat melalui video seperti ini, ia bagai orang asing saja untuk Michi dan Shiho. Kenapa? Kenapa Shiho tidak memberitahu perihal kehamilannya? Kenapa Masumi dan Akai-San semuanya bungkam mengenai kenyataan ini? Shinichi mengerti mungkin mereka tidak mau dirinya direpotkan dengan kehamilan Shiho, terlebih lagi mereka mengetahui hubungannya dengan Ran. Tapi... Apakah semuanya sepadan? Shiho yang biasanya tsundere, berubah drastis setelah dia menjadi ibu. Matanya penuh cinta setiap kali memandang Michi yang telah menjadi pusat dunianya. Senyumnya begitu bijaksana dan terlihat sangat cantik. Selama ini ia menganggap Ran yang memiliki naluri keibuan karena kecintaannya pada anak-anak. Tapi semua itu berbeda ketika seorang wanita telah menjadi ibu yang sesungguhnya.

Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Shinichi. Buru-buru ia menghapus air matanya dan mematikan laptopnya sebelum berkata, "masuk,"

Pintu terbuka dan wajah Michi melongok di antara celah, "Otosan..."

"Michi? Kenapa?"

"Anooo... Michi boleh tidur sama Otosan?" tanya Michi, walaupun malam ini tidak ada petir, tapi mendadak ia ingin bersama ayahnya.

Shinichi tersenyum, "tentu saja, sini,"

Michi menghampirinya. Shinichi langsung menggendongnya, membawanya ke tempat tidur dan membaringkannya. Michi berbaring miring seraya memeluk boneka lumba-lumba pinknya. Walaupun Shinichi dan yang lainnya telah memberikan banyak boneka, Michi tetap lebih suka pada lumba-lumbanya. Shinichi menyelimutinya seraya mengecup keningnya.

"Sekarang tidur ya Michi," ujar Shinichi.

"Hai..." sahut Michi seraya mengusap-usapkan hidung boneka lumba-lumbanya ke hidungnya sendiri. Kebiasaannya sebelum tidur yang sudah dipelajari Shinichi.

Shinichi nyengir, "kenapa Michi suka sekali begitu?"

"Enak, biar ngantuk hehehe..." jawab Michi.

"Lumba-lumbanya dari Okasan ya?"

"Uhm. Okasan bilang, lumba-lumba itu adalah malaikat pelindung dan penyelamat di lautan. Lumba-lumba sangat disayang oleh lautan," Michi bercerita.

Shinichi tersenyum, namun kemudian terbersit sesuatu... Pelindung? Penyelamat?

"Otosan kenapa?" tanya Michi menyadari perubahan ayahnya.

"Michi, otosan pinjam sebentar lumba-lumbanya ya,"

"Eh," Michi menyerahkan bonekanya.

Shinichi bangun duduk seraya memeriksa boneka lumba-lumba itu di bawah pencahayaan yang lebih terang. Michi menatap ayahnya dengan bingung.

Shinichi memeriksa boneka itu lekat-lekat. Kemudian ia menemukan sambungan jahitan lumba-lumba di antara warna pink dan putih. Jahitan itu memang halus, namun bentuknya berbeda dengan sisi yang lainnya. Seakan pernah dibongkar dan dijahit lagi.

"Gomene Michi. Otosan janji akan belikan boneka baru ya,"

"Eh?" Michi mengerjap tak mengerti.

Shinichi mengambil pisau cutter di mejanya dan dengan hati-hati membelah sambungan jahitan yang diduga pernah dibongkar itu. Ia menyayat serapi mungkin agar busanya tidak rusak dan bisa dijahit lagi. Michi hanya memandang perlakuan terhadap boneka kesayangannya tersebut dengan sedih, bingung sekaligus penasaran.

Shinichi memeriksa isi lumba-lumba tersebut di antara busa-busa. Ia merogohkan tangannya masuk ke dalam dan menemukan sesuatu yang keras. Ketika ia menarik tangannya keluar, ia melihat sebuah USB berwarna merah.

"Michi tahu apa ini?" tanya Shinichi.

Michi menggeleng, ia sendiri tidak pernah tahu di dalam bonekanya ada benda tersebut.

"Okasan apa pernah bilang sesuatu tentang hal ini?"

Michi sekali lagi menggeleng, "Okasan hanya bilang Michi harus menjaga bonekanya supaya Michi bisa tidur,"

Buru-buru Shinichi memasang USB tersebut ke laptop. Michi tidak jadi tidur karena memandang bagaimana ayahnya bekerja. USB itu ternyata berisi data-data penelitian dan investigasi Shiho mengenai organisasi yang diketuai oleh Frank Liam. Terutama mengenai virus Chimaera dan gejala-gejala kematiannya dalam 12 jam ke depan setelah diinjeksikan.

Nani? Apa ini? Shinichi melihat sesuatu yang berkedip-kedip di bawah layar monitor. Video? Tanggalnya juga baru? Tidak mungkin!

Shinichi mengarahkan kursornya ke sana dan tampaklah sebuah rekaman.

"Kudo-Kun..." terlihat Shiho yang tampaknya sedang di toilet.

"Shiho?"

"Okasan?"

"Kalau kau berhasil menemukan USB di boneka Michi, maka dengarkan aku. Waktuku tidak banyak. Aku hanya bisa melakukan hal ini di toilet karena tidak ada CCTV di sini. Di dalam arlojiku, ada sebuah kamera super microchip. Kamera ini juga berfungsi sebagai transmitter yang frekuensinya hanya bisa ditangkap oleh USB khusus di boneka Michi.

"Kode-kode itu memiliki 12 digit. Aku sudah berusaha memperlambat, tapi tidak bisa terlalu lambat. Sejauh ini aku sudah berhasil memecahkan 5 digit. Aku akan terus mengaktifkan kamera di arloji ini. Lacak koordinatnya dan hubungi Masumi agar MI6 dapat segera bertindak. Aku harus pergi sekarang sebelum mereka mencurigaiku,"

Video mati.

Shinichi bekerja cepat mengutak-atik keyboardnya untuk melacak koordinat tersebut. Tak lama kemudian terlihat titik merah itu berkedip-kedip. Keberadaan Shiho. Ia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi Masumi dan menceritakan semuanya.

"Kamera super microchip itu sejauh ini masih tahap uji coba, tak kusangka ternyata Shiho sudah menggunakannya," kata Masumi setelah mendengar penuturan Shinichi.

"Cepatlah Masumi! Aku juga akan ke Inggris dengan penerbangan paling cepat!" desak Shinichi.

"Eh? Serius?!"

"Hayaku!"

"Hai hai!"

Mereka memutus sambungan.

Shinichi memejamkan matanya, tampak sedikit puas. Dasar wanita cerdas! Batin Shinichi. Shiho mengepak semua barang-barang Michi dari akta sampai daftar alergi Michi. Di saat keadaan darurat itu, Shinichi bingung karena masih sempat-sempatnya Shiho mengepak boneka lumba-lumba itu untuk Michi dengan alasan Michi takkan bisa tidur tanpanya. Siapa sangka ternyata boneka itu adalah kuncinya, Shiho percaya dirinya akan segera menemukannya.

Kau memang hebat Shiho!

"Otosan? Otosan mau ke Inggris? Apakah untuk jemput Okasan?"

Shinichi menoleh pada Michi, seakan baru sadar Michi di sana karena dari tadi sibuk menelpon Masumi.

"Eh, Otosan akan ke Inggris untuk menjemput Okasan," sahut Shinichi seraya berjongkok menghadapi Michi.

Mata Michi membesar, "benar?"

Shinichi memeluknya, "Otosan akan bawa pulang okasan untuk Michi," kemudian matanya tertuju pada boneka lumba-lumba di meja. Lumba-lumba itu sungguh memang malaikat penyelamat.

The Falling StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang