Chapter 7

1.1K 89 0
                                    

Susah payah Shiho menaiki tangga darurat. Tiga jam sudah berlalu sejak tubuhnya terinfeksi Chimaera. Meski belum ada muncul ruam merah, namun efek lemasnya sudah terasa. Hidupnya masih tersisa 9 jam lagi. Virus ini sangat menular dan Shiho tidak mau orang-orang terinfeksi dari dirinya. Ia juga tak mau lagi bila Shinichi harus bertarung nyawa untuk menyelamatkannya. Lagipula Michi juga tetap akan mempunyai orang tua yang lengkap bersama Shinichi dan Ran. Tugasnya sebagai ibu Michi cukup sampai di sini saja.

***

"Belok ke Utara!" Shinichi memerintahkan pilot helikopternya. Ia sudah memasang transmitter di pakaian Frank Liam saat bertarung tadi. Kini dia sedang berusaha mengejarnya melalui koordinat yang dilacak dengan kacamatanya. Bahu kirinya sendiri masih perih akibat luka tembakan, namun Shinichi tidak mau membuang-buang waktu barang sedetikpun karena nyawa Shiho dipertaruhkan.

"Shinichi-Kun!" terdengar Masumi memanggil di earphonenya.

"Ada apa?" Shinichi menjawabnya.

"Aku tidak menemukan Shiho di tempat yang kau bilang!"

"Nani? Terakhir dia kutinggalkan di sana!"

"Tidak ada ini, aku sudah mencari ke seluruh ruangan!"

Shinichi berpikir cepat, "ke atas Masumi!"

"Atas?"

"Shiho sudah tertular Chimaera, dia pasti berpikir untuk bunuh diri,"

"Nani?!" Masumi terhenyak.

"Cepat Masumi! Selamatkan dia! Aku akan mendapatkan penawarnya!"

"Yokai!"

***

Shinichi melihat helikopter Frank mendarat di sebuah pulau tak berpenghuni. Frank dan tiga anak buahnya menggunakan motor reli untuk melarikan diri. Shinichi yang juga sudah mendarat mengeluarkan pistolnya menembak salah satu anak buah Frank hingga mengenai bahunya dan terjatuh dari motor. Shinichi mengambil motor reli tersebut untuk mengejar Frank.

Helikopter-helikopter lain dari MI6 menyusul mendarat sementara Shinichi terus berkejaran dengan Frank dan sisa dua anak buahnya. Baku tembak terjadi, Shinichi berkelit zig-zag dengan lincah menghindari tembakan tersebut. Ia juga mengeluarkan pistolnya sendiri untuk menembak dua anak buah Frank. Tembakan pertamanya mengenai punggung salah satu anak buah Frank hingga terpelanting dari motor. Tembakan kedua mengenai betis anak buah yang tersisa dan menyebabkannya jatuh dari motor juga. Kini tinggal Shinichi dan Frank saja yang masih terus berkejaran.

Jalan Frank terhadang dengan jurang yang menghadap lautan, dengan gesit ia memutar motornya, mau tak mau menghadapi Shinichi. Frank memain-mainkan gasnya dengan suara mengancam, begitu pula Shinichi. Kemudian dalam detik yang nyaris bersamaan kedua motor itu standing seraya saling menyerang. Bobot Shinichi yang lebih ringan melompat lebih tinggi, roda motornya berhasil mengenai bahu Frank dan menjatuhkannya dari motor. Frank jatuh berguling-guling di tanah.

Shinichi akhirnya turun dari motornya untuk menghajar Frank. Baku hantam kembali terjadi. Frank menghantam pukulannya ke bahu kiri Shinichi yang terluka hingga Shinichi menggeram kesakitan. Shinichi balas menendang perut Frank hingga pria Inggris itu terlempar mundur. Frank berhasil tersudutkan ke pinggir jurang. Shinichi mengeluarkan pistolnya untuk mengancam Frank.

"Menyerahlah Frank," kata Shinichi tajam. Di belakangnya muncul beberapa regu MI6 yang mengacungkan senjata kepada Frank.

Frank yang sudah terpojok mengangkat kedua tangannya.

Salah satu agen MI6 perlahan berusaha mendekati Frank untuk menahannya. Namun Frank dengan cepat membuat keputusan berbeda. Ia melompat ke jurang dan tubuhnya menghilang di lautan. Shinichi dan regu MI6 kaget dan melongok ke bawah jurang.

"Cepat periksa! Temukan tubuhnya!" terdengar para agen MI6 berseru dan membagi regu.

Shinichi menghampiri motor reli yang bekas dipakai Frank untuk membongkar muatannya. Tabung-tabung Chimaera itu masih di sana. Shinichi menyalakan senter di arlojinya dan menyorot tabung tersebut. Di antara belasan tube yang berwarna hijau pekat, hanya dua tube saja yang memantulkan cahaya senternya. Penawarnya.

***

Shiho akhirnya sampai di atap gedung. Dengan penglihatannya yang mulai buram, ia memandang ke bawah di mana terdapat mobil-mobil berlalu lalang, serta orang-orang yang sibuk mondar-mandir menjalankan kegiatan tanpa mengetahui ada orang yang sudah terinfeksi virus mematikan di atas sini. Tinggi gedung ini kurang lebih 300 meter, seharusnya ia akan langsung mati tanpa penderitaan panjang bila ia melompat.

Shiho memejamkan matanya dan membayangkan wajah Michi. Putri semata wayangnya yang telah membuat hidupnya begitu indah selama enam tahun terakhir ini. Kemudian ia membayangkan wajah Shinichi. Seketika air mata mengalir melalui ekor matanya yang indah. Meski ia tak pernah memiliki kesempatan untuk membuktikan cintanya pada Shinichi secara langsung, paling tidak Shiho tetap puas. Michi adalah hadiah terindah yang dapat diberikannya untuk Shinichi.

Gomene Michi...

Selamat tinggal Kudo-Kun...

Di saat Shiho sudah bersiap melompat, mendadak ia mendengar deruan itu. Deruan helikopter yang muncul dari bawah gedung menghampirinya. Samar-samar ia melihat seseorang dari pintu helikopter memanggil-manggil namanya. Shiho tidak bisa mengenalinya karena orang itu mengenakan pakaian pelindung diri. Tapi dari bentuk tubuhnya, sepertinya Masumi. Shiho tak kuasa mempertahankan kesadarannya lebih lama lagi. Ia jatuh pingsan.

The Falling StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang