New Pair! Happy Reading Minna!
Trring! Trring!
Tepat saat alarm berdering, Atsumu terbangun dan meraih jam di atas meja. Menguap dan memejamkan matanya kembali. Mengambil posisi tengkurap dengan guling dan bantal berjatuhan dari kasur, selimut terkibas saat kaki-nya menendang dinding.
'Tumben Samu nggak bangunin'
Sambil meregangkan tubuh dan berguling jatuh dari atas kasur, Atsumu mengucek kedua mata-nya dan menatap jam yang tidak sempat dia lihat.
"Bodoh!"
Atsumu beranjak dari duduk-nya, mengintip kasur diatas-nya. Benar saja, Osamu tidak ada di kasur-nya dan mungkin dia sudah berangkat duluan ke sekolah. Sambil berjalan keluar dari kamar, Atsumu menghubungi saudara kembar-nya.
"..."
"Samu! Apa apaan kau tidak membangunkanku!"
"Aku membangunkanmu bodoh. Aku berangkat lebih awal, karena piket kelas "
"Argghh"
"..."
"Samu.."
"Tolong bawakan onigiri di meja dapur, aku lupa membawa-nya"
"Tap-"
"Tut tut tut"
Atsumu mendengus kasar dan melempar handphone-nya, berlari kecil memasuki kamar mandi sambil menenteng handuk di bahu.
"Masa bodo dengan Osamu"
Halte bus sudah sepi beberapa menit yang lalu, dan bus yang memungkinkan membawa Atsumu ke sekolah juga sudah lewat dari tadi. Tidak ada pilihan lain selain berlari ke sekolah, mungkin membutuhkan beberapa menit. Karena jarak dari halte khusus sekolah ke Inarizaki tidak terlalu jauh dan begitu lama.
Atsumu berlari melewati toko dan warung yang sudah buka sedari pagi. Dan memang dia selalu bangun kesiangan, kecuali Osamu yang mengguyur-nya tiap hari dengan seember air. Sehingga diri-nya kehabisan baju karena rata rata basah semua.
Tepat saat lampu lalu lintas berwarna merah, Atsumu menambah kecepatan lari-nya. Dan dia menengok sekilas ke kanan, pengendara tidak begitu banyak-nya, hanya beberapa pengantar pizza atau pun paket.
Bruk!
"Astaga"
"Ittai!" Teriak Atsumu mengusap pantat-nya yang lebih dulu terkena tanah. Celana bagian lutut-nya sobek terkena goresan benda besi dihadapan-nya.
"Hei! Kalau berjalan pakai mat-" Ucapan Atsumu terhenti saat menaikkan pandangan-nya ke atas, menatap sesosok nenek tua yang kebingungan mencari tomat tomat yang bergelindingan kesana kemari.
Atsumu langsung berdiri dan meraih beberapa tomat tomat yang tidak jauh dari-nya, memasukkan kembali ke dalam kantong plastik di tangan nenek tadi.
"Maafkan saya, tadi saya tidak tahu bahwa yang menabrak saya adalah seorang nenek manis" Sesal Atsumu menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal.
"Tidak apa apa anak muda, nenek juga bersalah tadi tidak melihatmu dari arah berlawanan. Hei, celana mu robek, pasti terkena alat bantu berjalan ku"
"Tidak nek, pasti terkena jalan tadi"
"Tidak tidak tidak, ayo kerumah ku saja dan perbaiki celana mu itu"
Atsumu kembali menggeleng dan meraih tangan nenek tua itu, dan menuntun-nya ke pinggir jalan. Karena lampu masih berwarna merah.
Nenek itu hanya tersenyum menurut.
"Nek, Atsumu mau berangkat sekolah dulu ya" pamit Atsumu berlalu ingin pergi.
"Sebentar"
Atsumu membalik badan-nya dan menatap nenek tadi sibuk merogoh dua tomat dari dalam kantong plastik yang dibawa-nya. Ia tersenyum ke arah Atsumu dan menyodorkan kedua tomat itu kepada Atsumu.
"Ini untukmu"
"T-tapi"
"Ambilah, kau pasti belum sarapan"
Atsumu menelan saliva-nya dan mengambil dua tomat itu dari nenek nenek tadi. Menatap tomat itu dengan kagum. Berwarna merah segar dan gemuk, produksi yang tidak gagal dan menguntungkan petani.
"Terima kasih"
Nenek tadi hanya tersenyum dan berbalik badan meninggalkan atsumu sendirian di pinggir jalan.
Atsumu yang menyadari nenek tadi sudah pergi, langsung membalikkan kedua tomat itu kedalam tas-nya dan membalik badan. Siap untuk berlalu lagi menuju sekolah.
Tapi saat membalik badan,lampu lalu lintas berwarna hijau. Kendaraan banyak yang lewat, padahal tadi sepi. Atsumu mengacak rambut-nya kesal dan mengadah ke langit.
"ARGHHH SIALL"
Jangan lupa tinggalkan vote! Arigatou^^
![](https://img.wattpad.com/cover/295776106-288-k982109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Changes 1 - ||AtsuKita||
Fiksi PenggemarMungkin kalian pernah merasakan cinta lokasi? Dan pandangan pertama itu membawa sebongkah cinta yang menyakitkan, mengaliri nadi dan perasaan, mereka menyusunnya bagi puzzle di dalam relung hati. Namun, musim dingin penghancur segalanya. Karena musi...