Chapter. 2

2.9K 306 89
                                    


"THE WINTER CELEBRATE"

Pagi yang tidak terlalu baik, mendung dan berkabut khas musim dingin. Sasuke tidak bersemangat hari ini, belum tuntas pening dikepalanya tentang pernikahan, kini ia dipusingkan dengan jeritan para gadis. Mereka berkumpul bagai semut mendapati gula, seolah ia adalah selebriti ninja yang sedang naik daun.

Dipuja, dikejar, serta dieluh-eluhkan namanya, pria mana yang tak menginginkan hal itu? Ini adalah para gadis kunoichi, cantik dan kuat khas perawan Desa shinobi, mereka bisa bertarung dan melakukan tugas seorang wanita secara bersamaan.

Tapi tidak bagi Uchiha Sasuke, wanita selalu nomor ke sekian. Dia adalah pria angkuh dengan sedikit sifat sombong, kata-katanya selalu minim seadanya, terkadang malah hanya dijawab dengan 'hn' dan 'iya,' sesungguhnya ia terlalu malas meladeni orang-orang disekitarnya.

Termasuk para gadis, Sasuke lebih memilih jalan memutar, percaya atau tidak, di ujung lorong mereka siap dengan spanduk dan yel yel. Mata berbinar penuh harapan, bibir aktif mengucapkan kalimat-kalimat manja, belum lagi kuku-kukunya yang aktif mencakar, sungguh mereka adalah monster.

Sebuah lorong kecil di samping kios dango, itu adalah jalan alternatif menuju perkotaan. Walau bukan jalan utama, setidaknya kau tak perlu repot-repot mendengar suara bising para gadis. Kesannya agak jauh memang, lorong kecil ini dua kali berbelok kiri dan satu kali berbelok kanan, waktu yang diperlukan sekitar empat puluh lima menit. Padahal jika melintas di jalan utama, waktu yang diperlukan hanya dua puluh menit saja.

Lorong ini tak hanya dilalui oleh Sasuke, beberapa warga pun melintasinya setiap hari. Langkah mereka cepat-cepat seolah enggan berpapasan dengan bungsu Uchiha itu, penghapusan status nuke tak berarti apapun, Uchiha tetaplah Uchiha, dan mereka selalu mengenang perbuatannya sebagai kejahatan level A.

Sasuke tak heran akan sikap was was itu, ia ditakuti bagai monster yang siap memangsa siapapun. Tak terhitung berapa jumlah nyawa yang meregang ditangannya, pria berusia dua puluh delapan tahun ini adalah shinobi pembantai yang bersembunyi di balik wajah tampan.

Nyengir lebar seorang pria di ujung jalan nampak familiar, Sasuke hafal betul blondenya, sementara di sisi kiri dan kanannya Sai dan Ino melambai gembira.

"Oi!!! Teme," walau terdengar kasar, itu adalah panggilan akrab Naruto kepada Sasuke.

"Ohayou Sasuke-san," well, sapaan Sai malah lebih sopan.

"Tadi aku ke rumahmu, tapi kata pelayan, kau sudah pergi pagi-pagi sekali," suara serak Naruto berhasil menarik perhatian warga.

"Naru-kun hendak mentraktirmu sarapan ramen," Ino berbisik disisinya.

"Aku ke hutan barat," irisnya meneliti satu-persatu wajah fresh sahabatnya, "latihan lagi."

"Hm, sudah kuduga...awalnya aku ingin menyusulmu, tapi di tengah jalan malah bertemu Sai dan Ino, mereka hendak ke Kuil, jadi yaa...ku pikir aku sok ikut saja," Naruto tersenyum penuh arti, "kuharap aku bukan gangguan."

Kalimatnya membuat pipi tirus Ino memerah. "grrr...Naruto."

Ino Yamanaka adalah kunoichi tercantik di Konoha, semua shinobi pasti setuju dengan pendapat itu. Pesona Ino mengalahkan Haruno Sakura, si cherry kekasih Naruto dan Hyuuga Hinata, si putih porselin tunangan Uchiha. Sai sangat beruntung mendapatkannya, Ino tergolong gadis pemilih dan berselera tinggi, sementara Sai hanya pria lembut yang senang tersenyum.

"Sudahlah, kalian selalu seperti ini saat bertemu," Sai malah terkekeh melihat tingkah malu-malu kekasihnya, "sebaiknya kita ke Kuil, benar'kan Sasuke?"

Feel My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang