"Unborn Child"
Temari segera mengamankan Karin, mereka berdua berhamburan keluar ruangan, sementara Shika berjaga di depan pintu.
Kiba agak meringis, tubuh Sasuke lebih besar dan lebih tinggi darinya, tentulah kedua tangannya terasa sakit, sementara disisinya, Lee mencoba menahan tawa di tengah kegundahan ini, kala melihat Shika membentangkan kedua tangannya di depan pintu layaknya palang.
"Cukup," ada nada peringatan pada kalimat Tsunade.
Diam sesaat, sepertinya Sasuke sudah tenang, wajahnya tertunduk lesu, Ia menyeka air matanya sesekali.
Tatapannya tertuju pada sahabatnya yang berjarak kurang dari satu meter, "Naruto..."
"Oi, sadarlah, ini tidak baik." Naruto mundur beberapa langka.
Dicengkramnya kerah baju Naruto kuat-kuat, "ku mohon, bunuhlah Aku, Aku tidak sanggup menerima semua ini—" disertai dengan isakan, "bunuhlah Aku, Naruto!!!!"
Diam lagi, tak seorang pun bersuara, semua mata tertuju pada pria putus asa yang kacau, hanya terdengar suara detak jarum jam dan samar deru angin musim dingin.
Sakura baru saja akan memegang lengan Naruto, tapi apa daya, Naruto jauh lebih cepat.
'buuk!!!' satu bogem mentah mendarat di wajah tampan Uchiha Sasuke.
"Siapa kamu?"
"...." Tubuh itu terhempas cukup jauh menghantam meja di sana.
"Kamu bukan Sasuke yang kukenal!" Jelas Naruto marah.
"...."
"Sasuke adalah sahabatku yang memiliki tekad kuat, pantang menyerah, jahat, dan ditakuti banyak orang."
"...."
"Kemana orang itu sekarang?"
"Naruto...." Sasuke menyeka segaris darah di sudut bibirnya.
"Kamu bisa mengalahkan semua orang," ada jeda, Naruto tersengal-sengal saking jengkelnya, "tapi kamu kalah oleh dirimu sendiri."
"..."
"Apakah kamu pikir Hinata akan suka dengan caramu yang seperti ini? Seperti tikus pengecut! Cengeng! Manja! Menangis seperti Wanita!"
"Didekatinya sahabat malangnya itu, "kamu harus kuat, Sasuke."
Kehilangan Ayah, Ibu, Kakak, seluruh anggota clan, kehilangan Putranya, dan kiri Ia pun harus kehilangan Hinata, hatinya telah hancur bukan main. Naruto memukul Sasuke bukan karena benci, melainkan untuk membuka matanya, bahwa ini bukanlah Sasuke yang dikenal orang-orang, Sasuke adalah Pria kuat yang bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, bukan Pria labil yang hanya pandai menangis.
Memang sulit jika kamu ada di posisi ini, sendirian sejak awal, di kejar sebagai nuke, dan kini harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai hampir meninggal karena kehabisan chakra.
Dia tak tahu lagi harus berbuat apa, jikalau pun Ia ingin berbuat sesuatu, sesuatu seperti apa? Apa yang bisa menyadarkan Hinata? Di sini telah hadir Tsunade, iryo-nin terbaik Negara Api, hadir pula si Karin, Wanita yang memiliki sel penyembuh, tapi semua sia-sia, toh Hinata tak kunjung sadar juga.
Sasuke memiliki trauma yang besar terhadap kehidupan, terpancar jelas dari aura matanya, mata itu kejam namun takut. Naruto memandangnya lekat-lekat, merangkum wajahnya dengan sepuluh jemari, "tenanglah, ada Aku, kita pikirkan sama-sama jalan keluarnya." Dipeluknya Sasuke, "Hinata belum meninggal, kamu pun tahu itu, Dia akan baik-baik saja."
"Naruto, Aku bahkan belum sempat membuatnya bahagia."
"...."
"Dia Perempuan yang sabar, tak pernah mengeluhkan apapun, menerima semua perlakukan kasarku, hanya selalu menangis, Dia bahkan pernah ku tampar beberapa kali, oh Kami—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Soul
Fanfiction[Naruto: Masashi Kishimoto] Aku buta akan dirimu, aku tak mengenalmu, kau datang bagai benang kusut yang membelit erat sisi hatiku. [Dewasa] [Uchiha Sasuke X Hyuuga Hinata][Status: Republish-2021] [END]