Chapter. 20

857 112 35
                                    

"Sunflower"

Sasuke POV

Aku buta akan dirimu, Aku tak mengenalmu, kau datang bagai benang kusut yang membelit erat sisi hatiku.

Marah, emosi, benci, itu penilaianku. Aku selalu menganggapmu tidak penting, bagaikan parasit yang selalu ingin kusingkirkan.

Pengganggu, mengganggu ketenangan hidupku, pulang ke Desa bukannya tenang, tapi malah menikah denganmu, layaknya masalah baru untuk bencana selanjutnya.

Sejak kapan Aku meremehkan wanita?

Mungkin sejak Aku gila, lalu sejak kapan Aku gila?

Sejak kehidupanku berada di neraka.

Aku Pria kotor, kehidupanku kacau, obsesi mengejar kekuatan demi balas dendam, membunuh saudara karena salah paham, menciptakan kekacauan sebagai luapan emosi, Akulah si nuke-nin, Uchiha Sasuke.

Ketika sahabatku, Uzumaki Naruto membawaku kembali ke Desa, hatiku kalut, semua mata tertuju padaku seolah berkata, 'dialah orangnya, hukum segera.' Sanksi sosial sangat mengintimidasi, seakan-akan Aku dikejar walau bersembunyi di tempat paling rahasia sekalipun. Tak ada lagi tempat untuk berlari, di sinilah Aku, di rumahku, Desaku, tempat seharusnya Aku berada. Hanya satu harapan, Aku ingin menjadi seperti Sasuke Uchiha yang sebenarnya.

Cukup sulit, mengingat ketatnya peraturan Desa terhadap pemberontak, Ku jalani segala prosedur dengan baik, tentu tidak lepas dari dukungan nakama, tidaklah mengapa, paling tidak mereka memberi makanan yang layak dan fasilitas berlatih di dalam penjara.

Hatiku selalu berkata,'sudah cukup Sasuke, akhirnya kamu kembali ke tanah kelahiranmu.'

Masalahku selesai, tidak ada lagi balas dendam. Misi-misi yang Ku jalani seolah membuatku sadar, bahwa disinilah aku berada, di rumah sendiri, dibutuhkan dan didengar sebagai salah satu yang diperhitungkan, Aku hanya perlu mengikuti segala peraturan dan mengabdi sebagai rank A yang baik.

Aku lupa tanggal berapa, malam itu para Tetua mengadakan pertemuan, Aku dan Hokage turut diundang, Ku pikir tidak mengapa sesekali turut serta dalam pembicaraan mengenai Desa.

Awalnya hanya pembicaraan seputar schedule misi untuk Bulan depan dan pembahagian tugas para chunin, namun entah mengapa pembicaraan itu malah menjurus pada satu kata, pernikahan.

Panjang lebar bicaranya, intinya mereka akan menjodohkanku dengan seorang Hime, Aku bahkan kurang jelas, Hime seperti apa yang mereka maksud?

Satu-satunya yang terlintas di pikiranku, Dia adalah seorang wanita bangsawan yang hanya duduk di dalam machiya seharian penuh, bukan kunoichi seperti Sakura dan Ino yang pandai bertarung. Kamu bahkan tidak akan bisa mendengar suaranya saking pelannya, indentik dengan Wanita-wanita yang terisolasi sepanjang masa, dan jangan harap kamu akan melihatnya memasak dan mengurus rumah tangga, karena jemarinya jauh lebih berharga daripada hitaiate dikepalamu.

Tak pernah ku sangka jika Hime yang dimaksud adalah Hime dari sebuah clan.

Menikah bukan tujuanku, wanita hanya akses untuk kesenangan dan kepuasan, tidak lebih. Dalam artian, pendamping tidaklah penting, cukup satu atau dua Wanita saja untuk keisengan semata. Namanya Laki-laki, sesibuk-sibuknya sebagai shinobi, pastilah butuh hiburan sesekali.

Aku ingat betul, beberapa kunoichi rela tidur bersamaku hanya karena rasa penasaran, sungguh lucu, entah apa yang ada dipikiran mereka, wajah konyol ini mungkin. Terkadang mereka bertaruh, barang siapa yang memenangkan taruhannya, maka dialah yang akan menginap bersamaku.

Feel My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang