Chapter. 4

2.8K 221 70
                                    

"FLOWER MORNING"

Tujuh belas Oktober, salju pertama Negara Api, sejak dinihari butiran itu menghiasi atap-atap rumah warga. Awalnya satu, dua, lalu tiga dan seterusnya hingga warna putih mendominasi pagi hari. Percayalah, matahari tidak akan muncul enam bulan ke depan.

Langit berkabut terkesan hitam, suasana bagai malam tapi pastikan ini pukul tujuh pagi. warga nampak lalu-lalang mengenakan pakaian tebal dan kaos tangan, beberapa ada yang memakai syal dan masker tebal—well, pasti untuk melindungi paru-parunya. Mereka saling sapa seolah cuaca buruk bukan masalah, bahkan dokar-dokar dan gerobak melintasi tumpukan salju tanpa khawatir tergelincir, es yang menempel di jalan tak akan menghalangi dagangannmu untuk dijual ke pasar.

Nara Shikamaru berjalan santai di sekitar pasar, tentu saja tampangnya tetap malas—pergantian cuaca tak berhasil membuat wajahnya berubah. Ada satu hal yang menarik dari si kuncir ini, belakangan ia digosipkan dekat dengan Kakak pertama Kazekage, Temari. Tapi itu bukan intinya, shinobi selalu dekat dengan wanita mana saja, mungkin Temari salah-satunya, tapi bukan untuk selamanya, mereka memang akrab tapi bukan berarti terjalin cinta, dan selama gosip itu bukan dari Ino—sebaiknya jangan dipercaya.

Hari ini Shika akan mengunjungi Toko bunga Yamanaka, milik Ino, yang sekaligus menjadi rumah tinggalnya. Ino dan keluarganya baru saja pindah, dulunya mereka tinggal di area Utara, tapi karena di daerah itu orang-orang kurang menggemari bunga, maka keluarga Yamanaka berinisiatif mengambil tempat di sekitar pasar, dan coba tebak hasilnya, keuntungannya dua kali lipat dibandingkan tempat sebelumnya.

Beberapa Junior kadang bertanya pada Ino, 'onee-chan mengapa keluarga Yamanaka tidak tinggal di apartemen shinobi atau kompleks clan?' dan Ino selalu menjawab dengan sejujur-jujurnya, bahwa clan Yamanaka adalah clan pendatang, kelompok terbesar mereka bukan berasal dari Negara Api, dan Hokage selalu punya peraturan khusus untuk pendatang, sebuah area utara atau area umum seperti pasar dan pusat pertokoan.

Kuncir nanas Shika selalu menjadi ciri khasnya, bahkan ketika kau sedang menutup mata pun, kau akan tahu dia sedang menuju kearahmu, "ohayo," sapanya.

Kegiatan wajib di pagi hari seorang gadis adalah membantu orang tuanya, hal yang sama dilakukan Ino, dia sedang membenahi bunga-bunga ketika Shika menempelkan dua sikunya pada lemari pendek di depannya, "hati-hati, kau bisa masuk angin dengan pakaian minim itu," terkesan cuek, tapi Ino menganggapnya sebagai bentuk perhatian dari seorang saudara.

Seolah tak peduli dengan perhatian itu, ia menolak pinggang seraya mencibir, "ini pakaian ninja," katanya, "dan kostum penjual bunga."

"Pesanan Ibuku sudah siap?"

"Pesanan Ibumu? Bukannya buket itu untuk Temari-san?" Tatapan Ino penuh godaan.

Memang bukan Ino yang mengeluarkan statement tentang kedekatan Shika dan Temari, tapi Ino selalu punya mata dan telinga, anggap saja yang menyebarkan gosip itu adalah kaki tangannya. Sesaat Shika nampak berpikir, Naruto tak mungkin bergosip, pria itu lebih tertarik dengan ramen saja, tapi chouji—si gendut yang satu ini selalu tertarik dengan ramen, cemilan—dan gosip-gosip.

"Chouji, ya?" Tebaknya.

"Bukan, Temari."

"Apa-apaan kau bodoh."

Ino terkekeh, dia tahu betul sifat saudaranya ini, Shika selalu tenang dalam menghadapi apapun, dan sekarang ia malah berkata, 'apa-apaan kau bodoh,' yang berarti itu adalah suatu kalimat pembelaan, dalam artian, gosip itu mungkin benar, tapi dia belum siap jika nakama mengetahuinya.

Feel My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang