"PHYSICAL PRESSURE""Aah, arigatou senpai, sebenarnya kami agak kesulitan memindahkan bagian itu."
Chunin-chunin muda saling bantu mengais tumpukan es, ini adalah kegiatan lain di luar misi. Fokus utamanya adalah akses menuju area perkotaan, sungguh es tebal memenuhi area itu hingga pinggang orang dewasa. Jangankan pergi ke pasar, untuk keluar rumah pun warga harus berpikir dua kali, pintu-pintu mereka beku berwarna putih, hewan peliharaan meringkuk di dalam rumah, genin-genin kecil bolos sekolah, dan para orang dewasa sibuk dengan linggisnya masing-masing.
Badai tak kunjung reda, tak satupun dari mereka mengenakan outfit tipis, bahkan hewan-hewan peliharaan harus mengenakan jeket atau semacam baju tebal.
"Jangan biarkan Momo keluar, nanti dia bisa mati," seorang Ayah melarang Anaknya membawa kucingnya keluar rumah.
"Kami akan bermain salju, Ayah," si Anak agak kesal.
"Lihatlah, para shinobi sedang bekerja di luar sana, mereka itu benci kucing."
"Bohong, shinobi suka dengan hewan, Hokage suka dengan hewan!"
"Nak, betul kata Ayahmu, salju sedang turun deras, dan itu tidak baik untuk hewan," Tsunade mengusap rambut pirang si Anak.
"Ta-tapi Hokage-sama, a-aku—"
"Dengarkan kata Hokage," si Ayah menggendong kucingnya, mereka memberi salam kepada Tsunade lalu kembali ke dalam rumahnya.
"Nah, untuk sementara, bermainlah dengan Momo di dalam rumah."
Sejak tadi Tsunade keliling Desa seraya memberi pengertian kepada warga, banyak dari mereka yang tetap ngotot keluar rumah, tapi ia berjanji hal itu akan terlaksana setelah jalan-jalan Desa dibersihkan.
Tak sedikit orang yang menganggap ini omong kosong, bagi warga yang harus membuka lapak di pasar, sehari tak berjualan sama halnya merugi. Dokar dan gerobak harus ke pasar sekarang, tapi alat berat dan shinobi bertumpuk di jalan-jalan, pemandangan rancu ini cukup menyebalkan, tapi lagi-lagi Tsunade berjanji kegiatan bersih-bersih hanya berlangsung hari ini, esok keadaan akan kembali normal seperti sedia kala.
Iris madu itu tertuju pada seorang shinobi yang sedang berkonsentrasi dengan element of fire. Shinobi itu sengaja mengatur tempo chakranya agar tidak tercipta api besar, bukannya untuk melelehkan salju, tapi hanya untuk membuatnya lebih mudah dipecahkan.
"Aah, arigatou senpai, sebenarnya kami agak kesulitan memindahkan bagian itu," kata seorang juniornya.
Fokusnya tak lepas dari si pengguna elemen api, outfit yang dikenakannya sangat kontras dengan outift yang dikenakan shinobi lain. Ia pun nampak pucat dan terkesan sangat lelah.
'Dasar...,' batin Tsunade, lagipula percuma menegurnya, shinobi yang satu ini terkenal keras kepala.
Ia hendak mengambil jalan memutar, tapi mata kelam itu malah mendelik kearahnya, tatapannya agak aneh, mata putihnya berwarna kuning kemerahan, bibirnya sama pucat dengan kulit pipinya, jari-jari tangan kanannya berwarna ungu, dan Tsunade selalu tahu itu adalah racun.
"Apalagi yang terjadi padamu?" diamatinya lekat-lekat shinobi kesayangannya itu.
"Racun," kata Sasuke singkat.
"Racun siapa?"
"Sakura."
"Heh? Sehebat itukah Sakura, datang jauh-jauh hanya untuk menularkan racun padamu?" well, Tsunade tahu Sakura sedang pergi bersama Naru.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Soul
Fanfic[Naruto: Masashi Kishimoto] Aku buta akan dirimu, aku tak mengenalmu, kau datang bagai benang kusut yang membelit erat sisi hatiku. [Dewasa] [Uchiha Sasuke X Hyuuga Hinata][Status: Republish-2021] [END]