Chapter. 7

1.9K 195 19
                                    


"THE UNINVITED"

Mata para chunin tertuju pada pria berwajah pucat, dibahunya melingkar tas berwarna coklat, bisa ditebak isinya, beberapa gulungan dan perlengkapan tulis-menulis, tak lupa juga buku tebal dan note kecil. Tas itu terlalu kecil untuk menampung semuanya, tali pengikatnya hampir lepas saking banyaknya kebutuhan Sasuke.

Jarang-jarang senior menghampiri apartemen para chunin, ini yang pertama sejak empat bulan yang lalu. Kala itu, terjadi pesta kecil di apartemen Naruto, mereka berkumpul di sana seraya bermain kartu, tak lupa para junior diajak, tentu mereka girang, tidak semua chunin bisa bercengkrama santai dengannya.

Sasuke bagai selebriti, pamor ketenarannya berbanding lurus dengan level jutsu dan ketampanannya. Jika para wanita kagum dengan wajahnya yang rupawan, para pria justru kagum dengan predikat level A yang disandangnya.

Naruto tak ada apa-apanya, si comel itu luntur pamornya karena sikapnya yang asal-asalan, ia pun suka usil dan cerewet, tingkahnya slebor dan tak patut dijadikan panutan. Sementara Sasuke terkesan cool, walau pendiam, ia tak pelit berbagi ilmu, semalam suntuk mereka fokus dengan nasihat-nasihatnya, pembawaannya yang tenang dan santai menciptakan suasana yang hangat antara senior dan junior.

Beberapa junior menyapa, Sasuke hanya membalasnya dengan anggukan, langkahnya agak buru-buru dan rautnya seolah menahan sakit. Kedatangannya kali ini bukan untuk bermain kartu, tapi untuk menuntaskan beberapa pekerjaan. Kamar Naruto adalah tempat terbaik, tentu ia tak akan marah jika saudaranya numpang sementara waktu.

Si cerewet itu selalu menyimpan kunci di bawah pot bunga, tentu itu bukan pot miliknya—karena ia tak gemar menanam bunga, tapi milik tetangganya. Naruto memang agak ceroboh untuk benda-benda kecil, jangankan kunci, ia bahkan selalu melupakan dompetnya di kedai ramen.

Sasuke hendak membuka pintu, tapi nyatanya kamar itu tak dikunci, mungkin Naruto lupa menguncinya.

Kosong-melompong, pemiliknya sedang melaksanakan misi jangka panjang. Setelah melepas alas kaki, tubuhnya rubuh di atas karpet bulu. Racun sialan itu makin merajalela, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, tangan kanannya bahkan susah digerakkan, warna kukunya mulai berubah hitam, dan urat-urat disekitarnya malah membengkak.

Dia meringis dalam keheningan, suhu tubuhnya menurun dan pandangannya mulai buram. Efek demam, tubuhnya merayap mencari sesuatu, ia terlalu sakit untuk berdiri dan melangkah ke arah dapur. Biasanya Sakura menyimpan beberapa obat penghilang rasa sakit, mungkin Naruto menaruhnya di dapur atau di dekat lemari, atau di meja makan, atau dimanapun—kalau perlu ia akan mencarinya hingga ke tempat sampah asalkan obatnya ditemukan.

Dua ramen cup di atas meja malah menarik perhatiannya, salah satunya telah rusak kemasannya, mungkin Naru menyantapnya sebelum berangkat. Segera diseduhnya ramen itu, karena selain kesakitan, ia juga kelaparan.

Irisnya tertuju pada lemari di sudut ruangan, biasanya Naru menyimpan ramen dan cemilan di sana, ia mungkin menyelipkan obat pemberian Sakura juga. Naru tak terlalu suka dengan obat, jinchuriki selalu bisa mengobati dirinya sendiri, jika diberi vitamin atau obat, ia hanya akan menaruhnya di sembarang tempat.

Ia hendak memeriksa lemari itu, tapi sudut matanya menangkap sesuatu di atas lemari es, well—sebungkus obat herbal, sepertinya Naru hendak membawanya pergi tapi malah lupa, obat itu bahkan telah dibungkus rapi bersama dua air minum kemasan.

Hadir di atas meja satu cup ramen, tiga butir obat herbal penambah tenaga, dan dua botol air ukuran sedang. Bersyukurlah kepada Kami, ternyata manusia keji sekelas Uchiha Sasuke masih dikasihi oleh Yang Maha Kuasa. Buktinya, tak rugi ia berkunjung ke rumah sahabatnya, di rumah kecil ini ia bisa menemukan makanan dan obat, memang tak semewah hidangan di mansion, tapi di rumah Naru, kau akan menemukan sesuatu yang bernama keluarga, hal-hal yang paling sederhana pun bisa berubah istimewa jika itu milik saudaramu.

Feel My SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang