"Destiny"
Langkahnya pendek-pendek dengan ukuran sepatu yang sangat kecil, kimono tosca dihiasi corak boneka beruang melekat di tubuh mungilnya. Rambut pendek warna lavender bergoyang diterpa angin musim semi, alis kecilnya sedikit mengkerut tanda Ia sedang memikirkan sesuatu. Pipinya chubby dengan rona memerah khas anak berusia tiga tahun, ditambah mata bulat berwarna keunguan tanpa pupil, itu semua adalah ciri khas seorang Hime kecil dari sebuah mansion ternama di Desa Konohagakure.
Usianya yang baru menginjak tahun ketiga pada pertengahan April, tidak mengurangi keberanian si kecil untuk menyusuri Desa angin yang selalu membuatnya penasaran.
Desa Konohagakure adalah Desa besar, dengan mayoritas penduduknya adalah Ninja. Saking besarnya, pusat perbelanjaan di Tengah kota menjadi sangat sulit dijangkau oleh Hime belia ini, well dia amat candu akan kebebasan dan belanja.
Selama ini, Hime kecil selalu mendengar cerita dari pelayan, mereka sering menyebut beberapa nama tempat, otak lugunya cukup cepat memproses inti dari pembicaraan itu, bahwa betapa menyenangkannya berjalan-jalan di Tengah kota.
Sepanjang kehidupannya selama tiga tahun, Ia selalu berfikir bahwa dunia hanya sebesar helaian bunga Sakura, baginya, Mansion megah keluarga Souke adalah rumah sekaligus tempat bermain, tidak ada yang namanya toko penjual permen atau kue dango.
Pagi hingga siang, kegiatannya hanya seputar bermain bersama para pelayan, siang harinya menjelang sore Ia akan mengikuti beberapa les dan Latihan jutsu, hingga Pelajaran tata krama.
Setiap malam sebelum terlelap, Hime kecil selalu berdoa kepada Kami-sama, Doanya selalu sama dengan Doa malam sebelumnya.
'Adakah dunia lain selain dunia yang aku tinggali? Jika ada, izinkan aku untuk mengenal dunia itu.'
Dia selalu curiga bahwa ada sesuatu di balik tembok tinggi itu, pernah sekali, Hime kecil menanyakan hal itu kepada sepupunya, sang sepupu hanya menjawab bahwa di luar hanyalah sebatas hutan yang ditinggali makhluk-makhluk buas.
Sepupunya pun menambahkan bahwa, hanya Hyuuga senior yang mampu menembus lebatnya hutan belantara itu. Anak kecil tidak diperbolehkan ke hutan jika belum ahli dalam beberapa level jutsu.
Awalnya Ia berfikir kalau cerita sepupunya itu benar, namun seiring berjalannya waktu, Ia selalu memperhatikan para pelayan keluar masuk gerbang tanpa ada luka gores sedikitpun, maka keyakinannya pun goyah.
Selama satu bulan, Hime disibukkan dengan menggali lubang kecil di dekat taman belakang. Ia sengaja mencari tempat yang agak tertutupi pohon agar lubang galiannya tidak diketahui siapapun, utamanya si Kakak sepupu yang selalu menceramahi dengan segala peraturan-peraturan.
Dia bagaikan tikus kecil yang sedang mencari jalan keluar, Hime selalu mengambil waktu selesai latihan les tari. Biasanya dalam sehari, Ia menghabiskan waktu empat jam untuk menggali. Jika sudah lelah, Ia akan segera mandi agar tak seorang pun curiga dengan tanah-tanah di kaki dan tangannya.
Lubang kecil itu rampung seratus persen di Hari ke tiga puluh, sebuah rencana besar yang sudah dirancang sedemikian matang siap dilaksanakan.
Tidak sulit bagi tubuh kecilnya untuk menyelinap ke dalam lubang tikus. Pukul setengah dua belas siang, Hime pertama kalinya melihat dunia luar. Hanya berbekal sebuah sweater kecil berwarna violet dan beberapa uang receh hasil tabungannya selama ini.
Betapa terkejutnya Ia kala melihat pemandangan di balik tembok kokoh, terdapat selurus jalan setapak yang ditumbuhi beberapa tanaman liar, jalan itu nampak tidak terawat, dan sedikit seram, sangat berbeda dengan jalan setapak di dalam kediamannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Soul
Fanfiction[Naruto: Masashi Kishimoto] Aku buta akan dirimu, aku tak mengenalmu, kau datang bagai benang kusut yang membelit erat sisi hatiku. [Dewasa] [Uchiha Sasuke X Hyuuga Hinata][Status: Republish-2021] [END]